ketujuhbelas

529 125 16
                                    


Sore jam tiga aku dan Nara memutuskan untuk bertemu di kafe dekat rumah sakit, kebetulan Nara baru selesai kerja kelompok jadi kuminta dia buat stay disana, biar aku saja yang menyusul dia.

Setelah bimbang mau beli apa, kuputuskan untuk membawa buah mangga dan apel untuk mama kak Jaehyuk. Beres beli, aku langsung menemui Nara di kafe.

“Beli apa aja, Han?”

“Apel sama mangga aja, sih.”

“Gapapa. Mama kak Jae pasti ngerti kantong mahasiswa.”

Ku tunjuk bingkisan yang dibawa Nara, “Itu apaan?”

“Ini roti sama donat, gue beli di bakery kafe ini, masa iya gue ikut tapi tangan kosong.” aku mengangguk mengiyakan. Setelah itu kami keluar dari kafe dan segera menujur rumah sakit.

Perihal ruangan, aku sudah tanya kak Jaehyuk tadi. Awalnya kak Jaehyuk bilang ga perlu repot-repot jenguk mamanya, tapi aku meyakinkan dia kalau ini murni karena aku mau jenguk, jadi aku sama sekali ga merasa repot. Setelah dia kirim nama ruangannya, aku sama Nara langsung menuju ruangan itu.

Agaknya aku sedikit gugup saat membuka kenop pintu, tapi Nara meyakinkan lagi bahwa aku harus bersikap santai agak tidak terlalu kentara, toh aku harus ingat niatku kesini murni untuk menjenguk mama kak Jaehyuk.

“Eh? Akhirnya datang.” adalah ucapan pertama yang menyapa telingaku saat kepalaku menyembul perlahan dari balik pintu. Kak Jaehyuk ada disana, tampak duduk di bangku sambil mengupaskan pepaya untuk mamanya. Aku dan Nara tersenyum mengangguk, kemudian menyapa mama kak Jaehyuk yang turut tersenyum menyambut kami.

“Ma, ini Nara dan Hanna, adik kelas Jae.”

“Halo, tante. Saya Nara.” Nara menyalimi tangan mama kak Jaehyuk, mamanya tersenyum manis sekali, persis dengan kak Jaehyuk saat tersenyum.

Aku beralih meraih tangannya kemudian turut menyalimi, “Saya Hanna, tante.”

“Hanna ini yg kemarin ikut kesini kan, Jae?” kak Jaehyuk mengangguk.

“Ya ampun, kata Jaehyuk kamu nunggu diluar sampe dua jam lebih. Kenapa ga masuk aja kemarin, Han?”

Aku menggeleng canggung, “Gapapa tante, kemarin lagi chaos banget, pasti kalian butuh waktu.”

Mama kak Jae tersenyum lagi, “Makasih, ya, Han. Maaf buat kamu menunggu Jae.”

Itu terdengar seperti 'menunggu' untuk sesuatu yang lain.

“Eh, gapapa, tante. Aku santai aja, kok. Paham situasi, tan.”

Mama kak Jaehyuk tersenyum, “Makasih udah repot-repot jenguk kesini, ya.” aku dan Nara kompak mengangguk dan kemudian obrolan kami selanjutnya adalah obrolan ringan seputar penyakit mama kak Jaehyuk dan obrolan lainnya.

“Tante di diagnosa lemah jantung empat tahun lalu. Setelah itu tante banyak bolak-balik ke luar negeri buat terapi dan segala macemnya. Makanya Jaehyuk ini tante titipkan ke adik tante yang di Malang. Dia tante pindah sekolahkan kesana.”

Aku mengangguk paham. Satu hal yang aku sudah tahu sebelum mama kak Jaehyuk cerita adalah tentang kepindahan kak Jaehyuk ke Malang se-masa SMAnya.

Getar salah satu ponsel memecah obrolan kami, ah ternyata dari ponsel kak Jaehyuk. Dia izin keluar ruangan sebentar untuk mengangkat panggilan itu.

Kami lanjut berbicara dan sepersekian menit kemudian kak Jaehyuk kembali masuk tapi bedanya dia ga duduk melainkan mengambil jaket jeans hitam yang dia sampirkan di kursi tempatnya duduk tadi.

fix you ─jaehyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang