kedelapanbelas

521 119 19
                                    

Berkali-kali aku meyakinkan kalau ini semua bukan mimpi, tapi aku masih ga yakin. Terlepas dari fakta bahwa aku sekarang ada disini dalam keadaan sadar seratus persen, aku tetap ragu ini nyata atau ngga.

Di depanku berdiri kak Jaehyuk dengan wajah yang terlihat lelah sambil menenteng paper bag yang aku gatau itu isinya apa.

"Ada apa, kak?" kataku setelah akhirnya yakin kalau ini bukan mimpi.

Dia tersenyum, lalu menyerahkan bungkusan itu, "Ketinggalan di mobil saya, Han."

Ah, ternyata jaketku yang tempo hari tidak sengaja aku tinggalkan di mobil kak Jae sewaktu kami buru-buru masuk ke UGD.

"Ah, maaf kemarin saya ga sadar ini ketinggalan. Makasih, kak."

"Kakak, mau singgah dulu?"

Dia terlihat memandang kearahku dari atas sampai bawah, "Emm, kenapa, kak? Ada yang mau diomongin?"

"Han, mama kamu ada?"

Hah? Kok tiba-tiba?

"Ada, mama di dalem."

"Saya boleh izin sebentar pinjam anaknya?"

"Anaknya siapa," polosku karena ga ngerti apa maksud kak Jaehyuk.

"Hanna Filomena, saya mau izin pinjam kamu sebentar."

"Loh? Kok? Bentar, mau ngapain?"

"Sebentar, Han. Saya rasa kita perlu bicara."

"Tentang?"

"Kamu takut saya apa-apain kamu?"

"Kak-

"Kalau begitu, saya minta waktu 10 menit buat bicara sama kamu. Disini saja kalau kamu takut sama saya."

Sorot mata kak Jaehyuk tampak asing, aku ga bisa menafsirkan apa maksud dari sorot itu yang jelas aku sedih melihatnya. Jadi kupilih mengangguk dan memberi waktu untuk kak Jaehyuk bicara sesuai yang dia bilang sebelumnya.

"Han, mama saya ngomong apa sama kamu kemarin?"

Aku menunduk membisu beberapa saat. "Han, mama cerita apa ke kamu?"

"Tentang kakak yang pernah suka sekali sama Hanna."

"Mama cerita apa aja?"

"Banyak hal, aku gabisa cerita satu-satu. Intinya tentang kakak yang suka ceritain aku ke mama kakak."

"Maaf kalau itu membebani kamu, Han." Aku menggeleng sementara mataku perlahan buram karena selaput airmata yang semakin tebal dan berubah menjadi tetesan.

"Tentang semua yang sudah terjadi, aku ga merasa kakak andil dalam kesalahan di dalamnya. Semuanya hanya tentang aku yang egois, aku yang hanya berpikir disini yang sakit itu aku aja tanpa pernah berpikir dari sisi kakak. Aku ga mengira kesalahan itu membawa penyesalan sampai sekarang."

"Kak," kak Jaehyuk yang awalnya menunduk perlahan menatapku, "Mama kakak baik sekali." Aku beralih memegang lengan kemeja yang dipakai dia, tentunya tanpa membalas tatapan kak Jaehyuk karena aku gamau semakin nangis nantinya.

"Aku masih suka kakak, beliau tau betul itu, bahkan mungkin kakak juga sadar akan hal itu, aku gamau mengelak karena untuk apa? Ga ada yang bisa aku benarkan. Beliau mengingatkan aku kepada batas yang sudah seharusnya ga aku lewati. Mau sesuka apapun kak Jaehyuk ke Hanna, mau sesuka apapun Hanna ke kak Jaehyuk, itu semua masa lalu. Dan itu semua punya masa berlaku. Mama kakak mengingatkan aku bahwa masa itu sudah habis, aku dan kakak hanya masa lalu yang kebetulan dipertemukan kembali, hanya itu. Akhirnya, aku dan kakak akan berada di jalan yang berbeda dan aku ga boleh melewati batas itu."

fix you ─jaehyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang