kelimabelas

566 133 5
                                    


Lorong rumah sakit tampak lengang, hanya ada beberapa petugas dan keluarga pasien yang datang silih berganti. Wajar, tipikal rumah sakit yang seharusnya. Sudah sekitar dua jam lebih Hanna duduk di salah satu bangku panjang yang disediakan di lorong.

Sewaktu Jaehyuk ajak dia untuk masuk menjenguk mamanya, Hanna menolak. Bukan karena Hanna ga suka tapi lebih kepada Hanna akan merasakan canggung luar biasa berada diantara keluarga Jaehyuk. Dia tahu betul kalau dia bukan tipikal yang mampu membaur dengan cepat, apalagi dia seperti orang asing yang tiba-tiba datang ditengah keluarga Jaehyuk yang sedang khawatir dengan keadaan sang mama.

Seems like I'm not supposed to be here but here I am trying my best to help him.

Jadi Hanna memilih menunggu disana, menunggu detik demi detik hingga berganti menit kemudian jam. Menunggu Jaehyuk datang mengabarinya tentang kondisi sang mama.

Sebenarnya Jaehyuk sudah memberi nomor teleponnya kepada Hanna agar jika ada apa-apa, Hanna menghubungi Jaehyuk terlebih dulu.

“Han, kabarin kalau mau kemana-mana. Telepon aja, ok? Kalau mau pulang juga kabarin aku.” Hanna hanya mengangguk sebagai jawaban. Dan hingga saat ini, Hanna belum punya niat untuk mengabari Jaehyuk, she want him to focus on his mom first.

Getar dari ponsel Hanna mengalihkan fokus cewek itu, ternyata satu panggilan dari sang mama.

Ah, saking paniknya tadi Hanna sampai lupa memberi kabar kepada mamanya dan keterusan sampai sekarang.

“Halo, Ma?”

“...”

“Maaf... Hanna lupa ngabarin.”

“...”

“Ah, mama tau dari Junkyu kalau Hanna ga dateng?”

“...”

“Hanna... Lagi di rumah sakit, Ma.”

Ga lama dari itu sosok yang Hanna tunggu datang, dengan wajah setengah lega, Jaehyuk berjalan ke arah cewek itu.

“Siapa?” gestur Jaehyuk bertanya, Hanna ga jawab, dia hanya membalas dengan gestur 'tunggu sebentar' kepada Jaehyuk yang kemudian dibalas anggukan oleh cowok itu.

“...”

“Hanna akan cerita. Nanti setelah sampai di rumah.”

“...”

I will. Don't worry.”

---

Setelah mematikan sambungan telepon, aku langsung melirik kak Jaehyuk.

Dia kelihatan capek dan jauh dari kata baik-baik saja.

“Kak,” kata-kataku menggantung karena setelah itu dia langsung memutusnya.

“Han, maaf.”

Aku terhenyak, maaf kenapa? Aku ga ngerasa ada yang salah disini.

Kutanya dia, “Maaf? Maaf kenapa, kak?”

Matanya menyorot dengan lelah, “Jam segini kamu belum pulang karena nunggu aku.”

Tak lagi memerdulikan soal panggilan yang tiba-tiba berubah, fokusku kali ini hanya berusaha memberikan semangat kepada kak Jaehyuk.

Tuhan, kenapa ada manusia sebaik dia? Saat dia sedang kena musibah masih sempat-sempatnya minta maaf untuk hal yang aku tidak permasalahkan. Walaupun kuakui menunggu dua jam lebih bukanlah sebentar tapi aku bisa mengerti dengan kondisi dan kak Jaehyuk seharusnya ga minta maaf untuk itu.

fix you ─jaehyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang