Pesan dari Nara sebenarnya ku niatkan untuk dibaca saja tapi pada akhirnya aku balas. Bukannya jadi aneh, ya, kalau aku ga balas? Maka dari itu, beberapa saat kemudian aku memilih mengetikkan 'wkwkwk, oke.' lalu menutup aplikasi hijau itu sekaligus menonaktifkan data seluler.Tubuhku capek dan aku butuh istirahat.
“Han, nanti jam 7 makan malam, ya! Papa pulang awal.” begitu samar-samar suara mama terdengar di balik bilik pintu. Aku cuma berdeham mengiyakan lalu kembali pada kegiatanku alias rebahan di kasur.
Asli, kenapa jadi capek banget gini?
Sambil sibuk random scrolling galeri, tanganku berhenti pada sebuah foto lama yang ternyata masih tersimpan di galeri hape.
Itu foto kak Jaehyuk memegang polaroid hasil jepretanku. Hari itu, aku minta kak Jaehyuk berpose ala-ala di depan kamera untuk ku cetak versi polaroidnya. Aku juga minta dia menulis pesan disana dan membubuhkan tanda tangan dia. Waktu ditanya untuk apa, aku cuma menggeleng lalu bilang ga ada alasan spesial untuk itu, aku hanya ingin menjadikan itu kenang-kenangan.
Sialan, kenapa setahun terasa kemarin sore? Urutannya masih jelas banget diingatan!
Foto itu berada di folder terbawah galeriku. Nama foldernya 'hi!'. Kuberi nama begitu karena hal pertama yang selalu kak Jaehyuk lakukan setiap bertemu aku adalah mengucap hai lalu mengacak suraiku.
Tanpa mau mengingat lebih jauh tentang kebiasaan di masa dulu, aku memilih memandang lekat foto itu. Di foto itu, kak Jaehyuk sama 'baiknya' dengan dia yang kutemui sekarang, senyum lebar dengan sorot teduh itu, masih sama.
Aku tersenyum selagi memandang foto itu, ada kiranya 5 menit mengagumi foto itu dan dengan sadar aku bilang, “Kalau rindu itu dosa, maka dosa gue kayanya udah segudang karena rindu sama oknum dibalik foto ini.” dengan senyum yang masih tercetak di bibir.
---
Hari ini aku ketemu Nara di parkiran kampus, wajahnya keliatan lelah dan ga bersemangat. Langsung kutanya ada apa dengan dia dan dia hanya berucap gue gapapa seraya menggamit lenganku sambil kami melangkah menuju kelas.
“Kalau udah siap, cerita aja, ya!”
Nara mengangguk kemudian menumpukan tangannya ke meja lalu menaruh kepalanya diatas sana.
Kalau kaya gini, aku malah makin khawatir sama dia. Jadi kupaksa menarik tangan Nara ke kantin yang pagi ini masih cukup sepi, bahkan kantin berderet ini belum semuanya buka.
“Gue masih belum bisa cerita, Han.” aku mengangguk. Aku tau, kok. Aku ajak dia kesini bukan agar dia mau menceritakan hal yang sedang dia alami, tapi mengajak dia untuk memesan satu cangkir coklat hangat yang kata mama, bisa merilekskan pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
fix you ─jaehyuk
Fiksi Penggemar☁ミ✲ jaehyuk ─wise people said, nothing last forever. time will heal the pain. so now I am, pretending to be fine until the time give me the answer why. "Walau pada akhirnya kita berjalan di jalan yang berbeda, kamu akan selalu menjadi 'pernah' yang...