keenam

671 144 1
                                    


Koridor Akuntansi dan Manajemen itu berbeda. Dipisahkan oleh beberapa sekre himpunan dan UKM, jadi anak Manajemen bakalan jarang banget bisa ketemu sama anak Akuntansi. Fakta ini membuat aku merasa bersyukur karena aku bakalan jarang liat kak Jaehyuk sliweran di area kampus. Aku butuh waktu buat bisa ketemu dia lagi setelah kejadian Accounting Night Festival waktu itu.

"Ngapain, Han?"

"Ini, dosen PA gue nyuruh gue ke kantornya. Kemarin kan janjiannya sore, ternyata si bapak ga bisa jadi gue disuruh sekarang."

"Untung makul udah kelar, mau ditemenin aja apa gimana?"

Aku menggeleng, "Gausah, deh. Mending lo ke kantin sekarang cari tempat duduk, gue sebentar, kok. Cuma minta tanda tangan di LPSM doang."

"Bener gapapa? Ga akan nyasar, kan" denger itu aku langsung ketawa, teringat beberapa hari lalu nyari ruang dosen malah nyasar ke sekre BEM alias jauh banget woi sampe diketawain sama senior karena bisa-bisanya nyasar ke sekre BEM.

"Udah tau ya gue. Dah, ah sana."

"Mau dipesenin apa? Biar nanti pas lo dateng langsung makan." Aku mikir bentar. "Hmm... Mau nasi uduk ayam."

"Oke, gue duluan ya!" aku mengangguk lalu ngelambain tangan ke Nara. Habis itu langsung gas ke ruang dosen PA.

---

Sesuai perkiraan, aku bentar doang di ruang dosen PA. Pertama, karena ga ada mahasiswa lain yang konsul selain aku dan yang kedua karena si bapaknya cuma basa-basi gitu. Yaudah, lima menit kemudian kelar dan aku langsung ke kantin.

Kantin kampus kami itu nyatu, kebayang kan serame apa kantin saat jam makul selesai? Aku bahkan ga bisa nemuin Nara.

Asli, bermenit-menit aku disini berdiri sambil diliatin beberapa orang. Mungkin mereka pikir aku ngapain?

Alhasil, Nara menyadari keberadaan aku. Dia lambain tangannya nyuruh aku segera nemuin dia.

"Minus lo nambah, ya?"

"Kayanya iya, deh. Soalnya nyari lo susah banget tadi."

"Lo lucu banget anjir kaya anak orang ilang tadi."

"Diem. Udah mesen?"

"Udah, tapi belum dateng masa. Coba lo cek lagi, deh." Aku ngangguk. Kebetulan mau pesen teh es juga jadi sekalian gapapa.

"Bang, pesenan nasi uduk ayam sama ketoprak udah belum?"

"Waduh neng, bentar dulu, ya. Ini lagi banyak pesenan, yg jadi baru ketopraknya. Tunggu bentar atuh, ya."

Aku ngangguk, "Sama teh es ya, Bang."

"Oke, mau berapa?"

"Dua, bang. Makasih."

Sudah, kan. Habis itu aku langsung duduk. Sambil nunggu makanannya dateng aku sama Nara ngomong-ngomong bentar gitu,tapi abis itu aku kaget. Rasanya baru dua menit aku duduk tapi pesenan kami udah jadi. Setau aku abangnya tadi belum selesai bikin pesenan yang lain.

"Ini ga salah meja?" tanyaku memastikan, karena serius aku beneran kaget kok bisa secepat itu gitu, loh?

"Kenapa, Neng?"

"Katanya tadi masih bikinin yang lain? Seriusan? Takutnya abang salah meja."

Abangnya ngegeleng, "Yang ketoprak kan emang udah, Neng. Kalau yang ini nasi uduk ayam, tadi tuh ada si aa' katanya buat neng dulu."

Nara langsung heboh, "Seriusan?? Yang mana, Bang? Yang mana?"

"Mana ya...?" Abangnya terlihat memindai seluruh bagian kantin, kami pun ikutan karena penasaran kok ada manusia yang sebaik itu.

Sampe abangnua berhenti dan nunjuk meja agak pojok, "Itu. Yang pake jaket jeans hitam. Yang lagi sama anak himpunan,"

"Itu?" tanya Nara.

"Lo kenal?"

Bukannya menjawab, aku justru beku beberapa detik. Seolah ga cukup keterkejutan ku barusan, orang yang dimaksud abang tadi menoleh ke arah aku.
Demi apa, ampas banget rasanya.

"Diliatin, Han. Lo kenal dia??? Seriusan siapa, sih? Setau gue dia senior?"

Suara Nara menyebalkan banget di telinga. Sumpah.

"Han?"

"Hanna, ih, kok diem? Woi, lo kenapa anjir?"

"Dia mantan gue."

---

fix you ─jaehyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang