keenambelas

569 126 21
                                    


Dari skala 1-10, di angka berapa tingkat kebahagiaan manusia bisa diukur?

No one. No one knows because happiness cannot count by the scale, size, or number.

Adalah hal yang selalu aku ingat jikalau aku kadang lupa soal bersyukur, dan mama adalah orang dibalik kalimat itu. Kalimat ajaib yang mampu merubah pola pikir kekanak-kanakanku dulu sewaktu masih dalam masa labil (yah, sekarang masih sih, tapi ga separah dulu).

Mama pernah nge- triggered aku buat ga menuntut banyak hal kepada kak Jaehyuk. Mama bilang bucin boleh tapi jangan bodoh. Mama bilang se-sederhana apapun momen yang aku dan kak Jaehyuk buat, harus disyukuri, harus dinikmati dan jangan pernah menuntut lebih apalagi melebihi kapasitas kak Jaehyuk. Mama juga selalu berpesan bahwa dalam hidup seseorang, kita itu bukan prioritas utama. Waktu kutanya kenapa, mama menjawab, "there will be his number one priority and life is not only talk about love. Live is not only about you and him." bahkan saat berkeluarga pun, ada saat-saat dimana hal itu terjadi. Tapi sweet things behind it is, sometimes they choose it to save the other priorities.

Lain halnya dengan yang masih berstatus tidak jelas alias ga ada ikatan. Mama bilang ada dinding perbedaan yang cukup tebal saat fase pacaran dan fase menikah. Oleh karena itu, mama selalu ingatin aku buat jangan mengekang dan menekan kak Jaehyuk seolah-olah hidup kak Jaehyuk itu melulu tentang aku saja.

Dan aku melakukan sesuai apa yang mama bilang, karena logika mama dan logikaku berjalan seiringan, lagipula... Bukannya keterlaluan kalau mengekang dan memaksa kak Jaehyuk sementara statusku hanya pacar?

Maafkan efek dari kelelahanku hari ini yang malah berbuntut ngalor ngidul kearah situ, pikiran random yang tiba-tiba melintas di kepala saat aku sedang mencoba merilekskan diri di kasur setelah kegiatan sehari ini. Kenapa sih setiap ada waktu senggang, ada aja kilas balik tentang kak Jaehyuk melintas dipikiran, kan ga enak! Makin sulit move on, kan?!

Tadinya pas baring, aku mau chat kak Jaehyuk, ingin bertanya soal kabar mamanya tapi aku ragu karena kupikir ini bukan saat yang tepat, jadi mungkin besok saja. Ya aku juga sedikit banyak khawatir karena penyakit mama kak Jaehyuk bukan level flu atau pusing biasa.

Baru saja menggulir postingan instagram, tiba-tiba ponselku berdering menampilkan nama 'Nara' disana dan segera aku angkat panggilan dari dia.

sneakpeak#1

"Halo, Nar. Kenapa nelpon?"

"Hai, Han."

Canggung. Sebuah atmosfir baru yang pertama aku rasakan saat bicara dengan Hanna lewat sambungan telepon. Agaknya sedikit meragu karena aku sendiri juga sifatnya masih menerka-nerka. Jadi, kutarik napas pelan kemudian melanjutkan percakapan.

"Nar, gue minta maaf banget tapi tadi gue udah bilang lo, kan?"

Aku menggeleng walau Hanna ga bisa melihat gesturku. "Iya, Han. Gapapa, gapapa. Lain kali kita kesana bareng ya. Bye the way gimana mamanya kak Jaehyuk? Gue kaget banget pas lo kabarin tadi."

"Jantung mama kak Jae lemah, Nar. Kata kak Jaehyuk harus dipasang ring. Kak Jaehyuk ga pernah se-frustasi tadi dan gue yakin banget dia pasti sedih liat kondisi mamanya."

"Ya menurut lo aja, sih. Gue jadi dia pasti nangis meraung-raung, tho mama gue sibuk banget dan ga deket-deket amat sama gue, tapi yang namanya mama beda, Han. Pasti ada rasa sedih tersendiri."

Disebedang sana, Hanna terdengar mendesah pelan, "Yang sabar ya, Han. Lo bisa bantu support dia, kok."

"Iya, pasti. Gue bakal kasih dukungan sesuai kapasitas gue, Nar."

fix you ─jaehyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang