"Belati"

38 10 3
                                    

Beberapa jam telah berlalu, tidak terasa jika matahari kembali menerangi bumi. Sampai detik ini, aku hanya tetap fokus mengawasi. Hanya manusia ini yang masih tersisa, aku tidak boleh sampai kehilangan. Dia sangat berguna sekali, agar dapat menuntunku lebih dekat kepada Rino. Aku tidak boleh lalai untuk yang kedua kalinya.

Nampaknya, “kaki tangan” Rino itu belum juga muncul-muncul dari dalam rumah kecil itu? Fikirku sambil terus fokus dengan sisa waktu dan rencana besarku. Sembari menunggu kemunculannya, dengan memperhatikan serta mengawasi area sekitar dengan penuh kehati-hatian.

Hari ini adalah batas akhir, yaitu hari terakhir dari misi penyelidikanku. Fikirku keras, sesekali mengamati alat pelacakku.

Beberapa menit kemudian

“Hahh.” Celetukku pelan. Saat teralihkan oleh sesuatu yang sangat menarik perhatianku.

Aku sempat dikejutkan, dengan kemunculan satu lagi sosok manusia. Mereka berdua nampaknya sedang menuruni anak tangga dengan perlahan. Selain si "kaki tangan" Rino, ternyata salah satu manusia itu adalah dia lagi. Lagi-lagi si "manusia beruntung" itu, ia memang sungguh membuatku bingung. Aku fikir dia sudah tewas.

"Hmm.. Apa yang mereka lakukan?" Gumamku, saat melihat tingkah aneh mereka, apalagi dengan si "manusia beruntung" itu, yang matanya sedang tertutup kain.

Setelah cukup lama berjalan pelan, mereka berdua nampaknya menuju beberapa petugas yang sedang terikat di pepohonan bergetah.

Dengan tiba-tiba, mereka pun seolah-olah langsung bersikap aneh. Nampaknya, seperti ingin segera menghabisinya dengan cara yang tak lazim. Memang benar, ternyata satu persatu dari penjaga itu, diperlakukan dengan sangat brutal. Hmm.. Efek dari zat emosi itu, sepertinya terus meracuni otak mereka. Mereka seakan sedang menikmatinya. Membunuh secara perlahan, dengan cara yang gila.  Fikirku serius, seraya tetap memantau.

Hampir berjam-jam lamanya, bahkan sampai menjelang malam. Aku hanya disuguhkan oleh pemandangan yang liar. Emosi yang labil, sepertinya telah membuat mereka menjadi binatang buas. Hmm.. Pantas, jika zat emosi tidak diperbolehkan untuk dilepaskan sembarangan. Dampaknya bahkan bisa membuat punah peradaban manusia. Dan Rino, ia sudah melanggar aturannya, walaupun hanya dengan porsi yang kecil. Hal ini, tidak bisa dibiarkan lagi, Rino harus mempertanggungjawabkannya, bahkan menebus segala perbuatannya. Fikirku, sembari mengingat apa yang juga pernah ia lakukan kepada Alf.

Setelah mereka benar-benar menyelesaikan semuanya dengan sangat beringas. Si "Kaki tangan" Rino, sepertinya malah terlihat riang gembira, seolah menari-nari di antara api yang menyala-nyala. Terkadang, ia berteriak dengan sikap yang aneh. Sedangkan si "manusia beruntung" itu, ia hanya terdiam sembari mengamatinya dengan mimik heran.

"Tiiit." (Suara dari alat pelacak)

"Rino." Gumamku.

Sontak, api yang ada di hadapan mereka pun langsung padam dengan sekejap. Tidak lama setelah itu, tiba-tiba saja muncul sesuatu yang berkilauan. Hmm.. Tidak salah lagi, sepertinya Rino akan segera menuntaskan seluruh rencananya. Fikirku seraya tetap fokus dan serius memperhatikan.

Memang benar, nampaknya Rino akan segera membereskan anak buahnya itu, si "kaki tangannya" yang gila itu. Terlihat, dengan senjata yang sontak diarahkannya kepada si "kaki tangan".

"Zupppp.. Wushhh."

Dengan sekejap, manusia itu menjadi asap dan lenyap. Tinggal sisa si "manusia beruntung" itu. Kali ini aku harus mendapatkan target yang tepat. Aku harus mengenai sasarannya. Ya! Simbol dari inti kostum yang terletak di bagian rusuk di bawah lengan kanannya.

Hmm.. Perisai pelindung pada kostum itu, sepertinya juga tidak akan membiarkan senjata apapun bisa menyentuhnya. Maka dari itu, aku harus mengenai titik kelemahan itu dengan jarak dekat. Fikirku, sembari mempersiapkan senjata pemusnah, lalu mengatur daya aktif, serta kamuflase khusus senjata.

the Son of Borneo [Selesai], (Pusing, Jangan BACA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang