Rumah itu letaknya tak jauh dari pinggir Shinjuku. Kompleksnya cukup luas dan Kato sempat salah masuk gang waktu menggotong gadis itu. Setelah berhasil membuka pintu pagar dan pintu utama, ia pun mengamati isi rumah itu sekali, lalu menemukan kamar dengan papan nama gantung bertuliskan Asuka. Ia langsung berjalan ke lantai atas, lalu dengan satu sentakan, ia mendorong pintu kamar itu dan meletakkannya yang terpejam di atas kasur.
Sialan, maki Kato sambil melempar poni yang ujungnya sudah basah karena keringat. Sekarang masalah apa yang bakal ia campuri? Sesaat, ia memandang sekeliling kamar dan menemukan dirinya canggung. Kamar itu tidak terlalu besar tapi cukup nyaman. Tirai putih dan rak pajangan yang diisi beragam buku, koleksi CD, miniatur kecil mengisi sebagian ruang. Dari sebrang ruangan, ia melihat figura kecil di atas meja belajar. Sambil merasa ragu, ia perlahan mendekat ke sana.
Foto Ryu dan Chelsea bergaya imut di depan kamera. Senyum tipis menyumbat di bibirnya. Paman Subato benar. Ternyata pemuda yang dulu sempat ditemui bersama Yakuza itu adalah Ryu Otosaka. Wah, hebat sekali dia bisa lolos begitu mudahnya dari Yakuza?
Kato melirik Chelsea yang terpejam di kasur. Sebelah tangannya berada di atas kasur. Otaknya terus berputar kejadian waktu ayahnya--Gilbert, harus mendapat beberapa tawaran yang ditarik kembali. Hanya gara-gara pacar gadis itu? Menarik sekali bukan kalau ada masa lalu seseorang yang terungkap di tengah popularitasnya? Itu sama halnya dengan Ryu membayar semua project yang diambil alih olehnya. Impas setidaknya.
Ia menyentuh wajah Chelsea dengan satu jari, lalu teringat waktu gadis itu meludahinya.
Dari awal Kato sudah didoktrin untuk tak mengenal ampun pada orang yang menindas keluarganya. Cara Ryu yang tidak langsung menginjak harga diri ayahnya sang artis senior membumbungkan dengki terdalam untuknya. Tawaran iklan, sampul majalah dan interview kian menyusut karena pendatang baru. Kata Gilbert, beginilah artis lama jatuh. Ia ditarik paksa bergantian dengan artis pendatang baru. Tapi bukan begini caranya, pikir Kato. Apa karena Ryu belum punya kerut di bawah mata jadi bakat yang tidak seberapa itu mampu mengalahkan prestasi legendaris ayahnya?
Sayangnya, artis pendatang baru sekarang harus paham kalau wajah tampan bukan hal mudah untuk menembus popularitas. Kato akan memberitahu pelajaran lainnya sekarang.
***
Chelsea belum menjawab teleponnya juga sepanjang perjalanan pulang. Ia tak berhenti berpikir kenapa satu pesan tak dibalas dari pukul sembilan. Sekarang sudah hampir setengah dua belas, Ryu berkendara bak setan di tengah jalan tol kosong mengarah Shinjuku. Otaknya terus mematok pada bayangan buram Chelsea. Kemana dia? Apakah sudah sampai rumah? Harusnya ia batalkan saja pool party dengan Rin kalau begini caranya. Ia sama sekali tak menyangka kalau kehidupan di balik layar seorang Rin cukup liar. Yah, sepertinya Ryu tahu seperti apa lawannya sekarang dan setidaknya itu bisa membuat dia lebih waspada.
Pintu garasi naik otomatis waktu sensor mobil mendekat. Suasana kompleks sudah sepi dan langit sudah hitam kelam. Ia mengarahkan remote kunci sampai satu bunyi alarm terdengar, dan waktu ia berbalik hendak memasuki rumah, sebuah bayangan hitam berdiri di belakang lampu teras. Ryu merasa seperti di tusuk waktu melihat pintu rumahnya terbuka tapi langsung membeku waktu bayangan hitam itu muncul di bawah lampu.
"Wah, jadi ini tampang Ryu Otosaka pria tertampan versi pendatang baru itu?"
Suara seorang pemuda di atas senyum miringnya tertampik di depan rumah. Kakinya yang menginjak lantai teras seketika membuat Ryu mual. Siapa dia berani-beraninya masuk ke rumah orang?
"Apa yang kau mau? Sudah geledah semuanya?" kata Ryu berusaha menahan parau.
Pemuda itu tersenyum mendekat, tingginya hampir sama tapi itu tak mengalahkan hawa dendam yang terasa di sekitarnya. Mata pemuda itu menyipit dan ia berbisik, "sudah. Bahkan sampai ke pacarmu."
Mata Ryu membelalak, lalu dalam satu tarikan kuat ia merenggut kerah bajunya. Napas Ryu tertahan, mata pemuda itu seakan berkilat tak takut meski cengkraman Ryu menyesakkannya.
"Siapa kau?"
"Siapa aku?"
Matanya melebar, ia tertawa sejadi-jadinya. Melihat Ryu seperti menyaksikan pertunjukan sirkus bodoh yang menyedihkan. Rambut pemuda itu agak panjang diikat kebelakang seperti anak basket di siang hari, tapi itu tidak menggambarkan apapun soal siapa orang ini sebenarnya. Ryu tidak mau langsung percaya, ia memperat cengkramannya.
"Yang pasti aku bukan artis yang tak punya bakat sepertimu," ujarnya langsung melenyapkan tawa. Ekor matanya menajam, sorotnya berkilat seakan baru saja membuka topeng.
"Ryu Otosaka, sayang sekali. Kau mungkin boleh menikmati karirmu sekarang, tapi kau tidak akan pernah tahu kekuatan para senior yang sebenarnya."
Kening Ryu mengerut. "Senior?"
Senyum pemuda itu terbit lagi. "Apa kau takut? Wah, mari kita selesaikan ini sekarang kalau begitu. Tapi tunggu aku panggil Gilbert dulu."
Apa jangan-jangan selama ini Chelsea di bully di kampus barunya? Apa yang terjadi? Kenapa ada pria asing yang tiba-tiba muncul di depan rumahnya, tengah malam di saat ia sama sekali tak mendapat kabar dari Chelsea. Padahal biasanya gadis itu selalu rutin menanyakan dan memberi kabar.
"Hoi, Otosaka-san. Apa kau ingin mengubah pikiranmu? Mungkin kau takut begitu aku menyinggung Gilbert?"
"Persetan! Apa yang kau lakukan pada Asuka?! Aku tidak akan melepaskanmu jika hal ini berkaitan dengan dia. Oh, atau mau kupanggil polisi?"
Tampang pemuda yang tak mengenal takut itu hanya terkekeh kecil. Ia meludah sekali dan mengempaskan dirinya dari cengkraman Ryu dengan mudah.
"Asuka-san meludahiku di depan umum. Tapi mungkin aku bisa menyimpan dendam itu besok dan kutuangkan sekalian bersama dendam ayahku, ya? Kau tertarik menyerahkan diri atau kupaksa menyeretmu?" Ia menepuk-nepuk kerahnya seakan jejak Ryu itu debu. "Kau panggil polisi, atau aku akan memanggil Yakuza?"
Jantung Ryu seketika terpompa cepat. Tanpa sadar, napasnya tersekat di tenggorokan. Ia tak mendapati satupun nama dari ingatannya selama ia ditahan bersama perkumpulan itu. Tapi ia yakin pemuda ini bukan anggotanya.
"Siapa kau?"
Pemuda itu menikmati ekspresi bingungnya, ia hanya tertawa mengibaskan tangannya. "Menyedihkan sekali, Otosaka-san. Kau berjuang keluar demi gadis itu dan sekarang kau harus diinjak lagi."
Sekarang otak Ryu cukup penuh untuk membaca orang di depannya ini. Para senior--apa jangan-jangan pemuda ini ada hubungannya dengan artis? Atau dia sekedar wartawan yang tidak tahu malu? Akhir-akhir ini Ryu tahu kalau ia sering di ikuti wartawan, tapi cukup sampai gang kompleks karena penjaga gerbang selalu memberi pengamanan ketat. Tapi pemuda ini..? Kalau dia bisa masuk ke kompleks tanpa ditegur, berarti dia masuk sebelum pukul sepuluh. Tapi kenapa dia bisa berdiri di sini dan menyinggung Chelsea?
"Dengar, kau tidak tahu apa-apa soal diriku. Atau pacarku. Tapi--"
"Oh aku tentu tahu soal pacarmu. Kami satu kampus, dan ia berhasil merahasiakan kalau kau adalah pacarnya. Sungguh hebat, tapi itu tak lama lagi karena aku tahu sekarang."
Ryu mengernyit dalam. "Kau teman kampus Asuka?"
Pemuda itu tersenyum miring. "Sudah selesai bicaranya, Otosaka-san. Aku hanya akan memperingatkanmu sekali. Batalkan projectmu dengan Rin atau Asuka, akan selamanya menderita dibawah popularitasmu." Sorot tajamnya menyusup bagai badai malam yang bergemuruh kencang. Pundak Ryu disentak terdorong waktu pemuda itu berpaling pergi meninggalkannya. Jejak kenyataan yang membingungkan seperti baru saja menerjangnya. Ia tak mengerti kenapa semua orang, bahkan orang asing turut mengatakan hal yang Kyoto katakan juga. Apa maksud mereka berkaitan dengan para senior? Siapa dia? Siapa teman kampus Chelsea yang tahu kalau mereka berpacaran?
***
Sudahkah kalian pusing sampe sini? Hehe jangan nyerah sampe nunggu jawabannya yaa. Oiya btw, karna perkembangan tulisanku, Tokyo Kiss 2 jadi nggak se-pure yang pertama. Ceritanya bakal lebih berat seiring pertambahan usia. Kurleb sih, tapi semoga kalian tetep suka yaa.
Yosh! Ditunggu part selanjutnya besok💕 terima kasih🐰
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Kiss 2
RomanceCompleted. Sekuel dari Tokyo Kiss "Kau pikir dunia ini masih soal cinta masa SMA, hah?" Rin menggeleng kecil sambil tersenyum mengejek, "kau sangat naif, Ryu." --- Setelah International School, kini kisah Ryu dan Chelsea harus dihadapakan pada keny...