Chapter 5 Part 4

36 6 0
                                    

Di kamar yang hening, Chelsea merasa sekujur tubuhnya tersengat bising yang nyata. Kejadian akhir-akhir ini yang tenggelam bersama waktu, seketika membuatnya lupa kalau ia sudah beberapa minggu lebih tak menghubungi orangtuanya. Mereka tidak jadi ke Tokyo karena ada urusan mendadak di Indonesia. Kenyaataan itu sedikit membuat Chelsea sadar, kalau dibalik semua kecemasannya ini, ia masih punya orang yang menunggunya pulang.

Siang tadi, waktu Ryu menciumnya sedalam rindu yang terlalu lama tidur, Chelsea sadar, hubungan mereka semakin hari semakin mustahil. Ia tidak tahu siapa yang memulai ini semua, tapi inilah kenyataannya. Ryu menjadi model terkenal, dan ternyata, ada dalang yang mengatur semua karir orang-orang. Artis pendatang baru yang rasanya tabu di mata Chelsea, kini permasalahannya mirip seperti yang terjadi 3 tahun lalu.

Apa kutukan itu masih berlanjut sampai sekarang? Di mulai dari kemunculan Kato, artis senior, kejadian kemarin, semua terasa seperti mimpi, tapi ketakutan itu yang kini mengunci kakinya. Ia tak bisa kemana-mana selain menyadari kalau hubungan mereka semakin renggang karena permasalahan ini. Dada Chelsea terasa sesak, hening yang mencekam terasa meneriakinya untuk segera bangun dan lihat kalau Ryu sedang tidak baik-baik saja. Ada celah sedikit untuknya bisa membantu dan itu adalah Kato.

Mp3 dan Gilbert yang menyuruh orang-orang membawa artis yang tak mau menepati perjanjian itu kini bermerbak dalam pikirannya. Langkah pertama yang harus ia selidiki, sama seperti petunjuk apa yang akan Ryu lakukan jika ia benar-benar masuk ke kandang singa itu. Tiba-tiba bayangan Ryu yang memejam di depannya, menyesap setiap inci bibirnya terasa seperti mimpi. Apakah yang dikatakan Ryu benar? Apakah dia akan mendatangi Gilbert sendiri sementara sekarang Chelsea merasa tak berdaya dan lumpuh pada ketakutannya sendiri?

Belum lagi masalah Kato yang sampai sekarang menumbuhkan banyak sekali pertanyaan tak berakhir. Bagaimana sejak awal Kato mencurigainya, menyakitinya, dan sekarang membantunya. Chelsea merasa bodoh ketika ia menuruti semua rencananya, dan ia tak percaya kalau harapan akan kebaikan bisa terbit dari pemuda itu lebih besar dari rasa takutnya. Jika Kato adalah orang yang membantunya memunculkan keberanian, apakah Chelsea percaya pada dirinya sekarang kalau ia mampu menghadapi pemuda itu sendiri?

Sekarang jantungnya terpacu kencang tanpa alasan. Antara kepercayaannya dengan Kato dan suara Ryu yang terngiang-ngiang akan mendatangi Gilbert merasukinya. Hari-hari ke depan tidak pernah akan baik-baik saja. Gilbert bisa saja memasuki hidupnya lagi kapanpun ia menemukan pintu itu. 

Dari bawah, suara bel rumah berdentang keras. Chelsea tersentak dari pikirannya sejenak.

Siapa?

Bel kembali berbunyi. Ia bangkit dan turun ke bawah. Dari bawah pintu utama, seseorang menekan bel lagi. Ia berjalan pelan mendekati pintu, berharap langkahnya tak kedengaran ke luar. Tapi ternyata perhitungannya salah.

"Matsumoto, buka pintunya."

Mata Chelsea membelalak begitu mendengar suara berat Kato di balik pintu. 

"Apa maumu, Kato? Pergi dari sini."

Kato menyentuh daun pintu seakan meninjunya dari depan. "Buka atau kudobrak pintu ini."

"Seharusnya kau menghilangkan kebiasaan mengancammu itu."

"Kau bukan gadis penurut, ancaman ini hanya berlaku padamu." Suara rendah Kato membuat tengkuk Chelsea mendesir. Apa ada orang lain yang mengikutinya? Sejak percakapan di kafetaria tadi, ia merasa belum siap menghadapi Kato. 

"Cepat buka atau--" sebelum mendengar ancaman yang lainnya akhirnya dengan keberanian penuh, Chelsea menarik kenop pintu dan membiarkan Kato menghambur masuk.

Pintu langsung di tutup, suara angin dan gemerisik di luar kembali terpisahkan oleh pintu. Sekarang hanya ada desing sepi dari dalam rumah dan napas Kato yang terengah-engah. Ia melepas syal dan jaket kulitnya sambil menatap Chelsea. 

"Kenapa kau lari begitu aku memberitahu kalau akan membunuh ayahku? Kau tidak percaya atau kau perlu waktu untuk melihat kenyataan itu?"

Chelsea mengerutkan kening. "Kau pembohong, Kato. Dulu kau selalu membanggakan diri kalau kau anak Gilbert. Kau mengancamku, mengancam semua orang atas nama dia. Kau bertindak seolah-olah kau adalah anak pingitnya yang setia, yang selalu menghajar orang ketika mengatai ayahmu hal buruk. Tapi sekarang... apa maksudmu dengan membunuhnya? Kau hanya berusaha menipuku, kan? Kau hanya terus memainkan kartumu supaya kau memenangkanku! Iya, kan?!"

Puncak amarah itu muncul ketika Chelsea kembali mengingat bagaimana Kato menginginkan Ryu lewat dirinya. Artis senior atau ayahnya, atau siapapun itu, Kato seperti orang kelaparan ketika melihatnya. Ia tak mampu mendapatkan Ryu, padahal ia bisa saja mencari keberadaan Ryu lewat Chelsea. Tapi semakin ke sini, Chelsea tak pernah mendapatkan Kato bertanya atau mengancam soal Ryu. Yang ia bahas selama ini adalah bagaimana berbahayanya Gilbert. Dan apa sebab yang terjadi jika Chelsea masih terus berhubungan dengan Ryu.

Gara-gara marah, Chelsea jadi tidak sadar kalau wajahnya kian mendekat seakan ingin meninju Kato. Ia mendongak menahan napas marahnya, meski Kato tak menunjukkan banyak ekspresi. Matanya bergerak sayu menatap bibir Chelsea yang gemetar karena marah. Lalu sebelum Chelsea menyadarinya, sebelah tangan Kato terangkat, menarik leher Chelsea mendekat. Ia memiringkan kepalanya dan dengan mudah menempelkan bibirnya di atas bibir Chelsea.

Dalam sedetik, degup jantung Chelsea menggebu keras, ia terlonjak untuk mundur tapi Kato langsung menahan pinggangnya dan membiarkan telapak tangan itu menjejak panas di sana. Mata Kato terpejam, ia melumat bibir Chelsea pelan seakan ingin memberitahu kalau selama ini ada rahasia yang ia simpan. Di depan Chelsea dan di depan semua orang. Ia ingin memerangi apa yang selama ini Chelsea percaya lewat matanya. Padahal, yang sering terjadi adalah orang terlalu sering melihat lewat matanya saja, bukan perasaan.

Chelsea menggeliat ingin melepaskan diri, tapi Kato mengunci semua gerakannya bahkan mendorongnya hingga ke dinding. Saat Chelsea mengerang sakit, Kato membuka matanya dan melepas ciuman itu pelan-pelan. Dari jarak dekat, Chelsea bisa jelas mendengar suara napas pemuda itu, napas menjijikan dan memuakkan. Ia tak kuasa untuk menampar Kato, tapi Kato langsung mencegah dengan mudahnya.

"Rasanya berbeda." Kato berujar pelan.

"Apa maksudmu! Lepaskan aku," Chelsea menjerit, ujung tenggorokannya terdengar putus asa. Tapi ia harus melepaskan diri dari pemuda ini.

"Kau mulai mempercayaiku, bukan? Tapi kau menolak itu semua karena kau lebih percaya pada Ryu yang senantiasa melindungimu. Yang katanya mampu melindungimu."

"Jangan macam-macam Kato! Aku percaya Ryu, aku percaya padanya lebih dari omong kosongmu! Kau tak pernah membuktikan apa-apa selain membuatku takut dan terancam! Kau..." Chelsea kehabisan napas. Ia sesak karena semua emosi itu tumpah ruah di hadapan Kato. Ia marah pada kenyataan yang tak bisa ia cegah. Ia marah karena semuanya terjadi begitu cepat dan ia tak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan Ryu atau setidaknya menyuruh Ryu berhenti dari industri itu.

"Aku memang menipu semua orang, bahkan kau. Tapi dengar," ia menarik Chelsea lebih dekat, "aku tak pernah membiarkanmu dalam bahaya. Bahkan ketika itu ayahku sendiri."

Bola mata hitam pekat itu memantulkan wajah Chelsea. Berbagai ekspresi tergambar di sana, dan Chelsea tahu ia tak bisa mendengar apapun selain jantungnya yang berdegup keras.

Ia mulai menyerah, "kenapa Kato..? Kenapa kau melakukan ini semua? Kenapa kau menipuku dan tak memberitahu jawabannya sekarang?" Suara putus asa itu terdengar menyedihkan. Pandangannya buram, setitik air mata mulai menuruni pipinya. Ia ingin menyerah. Di hadapan Kato, ia ingin semuanya segera terjawab karna sekarang, Chelsea mengakuinya.

Ia percaya Kato dan mengakui rasa takut untuk melihat Ryu menghilang lebih menguasai hatinya sekarang. 

"Karena..." Sebelah tangan Kato terangkat, ia menyingkirkan poni Chelsea di antara matanya lalu, "karena aku ingin memastikan apakah aku benar-benar menyukaimu atau tidak. Yah," Kato memiringkan kepalanya, "nampaknya aku bukan lagi menyukaimu."

Sebelah tangan Kato dilingkarkan ke pinggang Chelsea, menariknya lebih dekat hingga Chelsea terus menjaga jaraknya.

"Tapi menginginkamu."

Setelah mengatakan itu, Chelsea tak mampu bersuara atau menepis semua gerakan Kato. Tangan Kato terkunci di semua tubuhnya, hanya ada panas yang membara terasa di tiap inci bibirnya. Sementara ia tak bisa bergerak, hanya air mata yang terus mengucur dari sudut mata, berharap mendapat bayarannya setelah semua ini selesai.

***

Tokyo Kiss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang