Suara bel berdentang ke penjuru kampus, tanda kelas pertama usai. Beberapa mahasiswa banyak memadati lorong sekedar melintas untuk ke kantin, taman di sebelah gedung, lapangan olahraga, atau perpustakaan. Di antara mahasiswa yang lain, Chelsea berjalan agak terburu-buru ke lokernya untuk meletakkan buku tebal Bisnis Internasionalnya. Setelah ini ia akan membeli beberapa camilan dan pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas. Ia sudah mengabari Kato kalau hari ini ia tidak bisa pergi keluar karena tugas menumpuk.
Sesekali Chelsea melirik ponselnya dan menelepon Ryu. Tapi hanya nada sambung yang terdengar lalu mati. Begitu sampai di depan lemari loker yang memanjang di lorong, ia memutar kunci dan membuka pintu loker itu dengan satu sentakan. Ketika ia hendak meletakkan bukunya, secarik kertas dengan amplop putih tergeletak di atas tumpukan buku. Sejenak, Chelsea melirik ke kiri dan kanan. Beberapa orang berlalu-lalang melintasinya tanpa balas menatap.
Dengan perlahan, Chelsea membuka surat itu dan melihat dua buah polaroid Ryu di sana, sedang tersenyum imut dan yang satu bergaya tampan. Sengatan rindu yang menerjang seketika membuat hidungnya beringsut. Secara tak sengaja ia meletakkan polaroid itu kasar dan menutup pintu lokernya. Mengambil napas banyak-banyak, menenangkan dirinya.
Memikirkan Ryu sekarang hanya membuat perasaannya tersiksa. Seandainya ada orang yang tahu betapa hari-hari ini terasa sulit dijalani.
Dari antara kerumunan, seseorang mendekati Chelsea. "Asu-chan," panggil seorang gadis berponi yang sudah lama tak ia ajak bicara. Chelsea menegapkan punggungnya dan terkejut.
"Honomi-chan," Chelsea langsung mengecek keadaan sekitar, waspada pada kemunculan Kato. Tapi nampaknya ia tidak ada di sekitar sini.
"Aku sudah meletakkan itu empat hari yang lalu, berharap aku masih memiliki kesempatan atas janjimu waktu itu," kata Honomi sedikit tersenyum. Astaga, sekarang ia bahkan ikut merindukan gadis ini.
Kesepian yang melanda bersama jarak yang Ryu ciptakan seperti memberenggut semua kebahagiaan yang dulu Chelsea punya.
"Apa kau baik-baik saja, Asu-chan?"
Apakah ia baik-baik saja? Chelsea merasa pertanyaan ini mendorong dadanya menyesakkan sebuah luka yang selama ini ia tahan. Ia tidak tahu bagaimana menyelamatkan Ryu dari kebebasan di industri itu, kejadian yang merambat tanpa jeda seakan menyurutkan mimpi itu dalam kegelapan, menghilang bersama waktu yang berangsur cepat. Chelsea pikir ia tidak punya air mata lagi tapi waktu membayangkan pertemuan yang ia dambakan, ternyata air mata itu abadi.
"Asu-chan?" Honomi bergerak mendekat dan menyentuh pundaknya yang tanpa sadar sudah bergetar. Air mata mengucur dari pelupuk matanya dan tak ada hal lain yang Chelsea butuhkan selain pelukan hangat seseorang. Meski seseorang itu tak akan pernah bisa membayarnya, Honomi hanya menepuk-nepuk punggungnya dan berujar pelan, "apa aku bisa bicara padamu sebentar?"
Seraya menahan napas sesenggukannya, Honomi melepas pelukan itu. Ia tersenyum sendu menatap sahabatnya itu, dengan sabar, Honomi menyerahkan selembar tisu.
"Apa yang ingin kau bicarakan?' tanya Chelsea pelan. Ia buru-buru menghapus air matanya, takut ada orang yang menyadarinya.
Honomi agak mendekatkan bibrnya ke telinga Chelsea dan mulai berbisik, "beberapa hari yang lalu aku di datangi seseorang penting."
Chelsea menatap Honomi bingung. "Siapa?"
"Rin."
Seketika Chelsea membulatkan matanya, ia menatap Honomi kaget, buru-buru menghapus air matanya. Lalu dengan sekali tepis, ia menarik Honomi pergi dari lorong itu.
"Jangan di sini, ayo ikut aku."
***
Yang ada di kepala Chelsea ketika membawa Honomi pergi dari kampus adalah, jangan sampai ada yang melihat apalagi Kato. Walaupun ia tidak tahu masih terikat perjanjian itu atau tidak, tapi menarik Honomi menjauhi kampus terasa lebih aman. Tanpa sadar, langkah keduanya berakhir di taman tunggu yang ada di tengah pusat perbelanjaan Shinjuku. Napas keduanya terengah-engah setelah berlari sepanjang jalan. Honomi menunjuk tiang sandaran yang ada di dekat gedung besar dan pertokoan pinggir jalan.
Di sekitar gedung, banyak tempelan layar LED yang menyerukan berbagai kalimat menarik untuk pengunjung. Iklan besar yang lebih resmi terletak di satu papan khusus tak jauh dari mereka berdiri. Suasana kota yang memadat resmi membuat Chelsea tak kesepian.
"Apa itu alasannya kau bicara padaku?"
Honomi merekatkan mantelnya dan mengangguk. "Aku berusaha menghubungimu. Tapi sejak kau menyuruhku untuk menjauh, aku takut untuk memulai atau menyapamu duluan."
"Tapi, kenapa Rin tiba-tiba bertemu denganmu..?" Napas dingin Chelsea mengepul di udara seiring ia bicara. Ia tidak tahu apakah Rin ada hubungannya dengan ini semua, tapi yang Chelsea tahu, ia merasa firasatnya buruk. Kenapa tiba-tiba artis besar itu bicara pada Honomi?
"Dia memberitahuku kalau kau itu pacar Ryu Otosaka. Saat kubilang kenapa ia memberitahuku ini, dia bilang, aku harus berhenti menyukainya karena Ryu itu bukan artis yang baik."
Sejenak, Chelsea meresapi perkataan Honomi, membayangkan gadis itu datang kepadanya dan mengatakan hal buruk soal Ryu. Kenapa pula tiba-tiba Rin mengatakan itu pada Honomi?
"Kenapa dia sampai melakukan itu padamu? Apa dia mengatakan hal yang lain?"
"Waktu itu aku sedang bersama teman-teman fans Ryu di depan Sukiyaki dan membicarakan Ryu kencang-kencang. Aku tidak menyadari ia lewat di sekitar sana, dan ia mendekatiku dan teman-temanku sambil mengatakan hal itu. Asu-chan, apa ada sesuatu yang terjadi dengan Ryu-kun? Dan, apa ini ada hubungannya dengan hubungan kau dan Kato yang mendekat?"
Tiba-tiba suara Honomi seperti pergi menjauhi pikirannya. Pusat perhatian Chelsea sekarang hanya pada gadis itu. Rin yang selama ini mempunya project bersama Ryu, kenapa tiba-tiba mendatangi sekumpulan fans Ryu dan berkata hal murahan begitu? Apa yang direncanakannya? Apa jangan-jangan Ryu...
Chelsea tersekat pada pikirannya sendiri. Ia menatap Honomi dengan pandangan terperanjat. Ketika ia melihat ke belakang kepala Honomi, papan iklan yang ada di atas gedung seketika bergulir ke foto Ryu yang berpose tiduran di bawah dan Rin di atas pangkuannya. Foto itu diambil dari sisi samping, menampikkan sensasional dari keduanya. Tangan Ryu ada di paha Rin, tepat di bawah rok pendeknya, sedangkan tangan Rin ada di bibir Ryu. Sementara di kanan dan pojok foto, terdapat baris-baris kalimat promosi dan nama Ryu juga Rin.
"Ryu..." bisik Chelsea yang tanpa sadar seperti memanggilnya juga. Honomi ikut menoleh ke sesuatu yang dilihatnya. Ada 3 pose yang bergulir di layar LED iklan itu, satu pose sensasional, dua pose imut, tiga pose retro. Ryu nampak begitu tampan dan berbeda.
Apakah ini yang dirasakan seseorang ketika melihat kekasihnya menjadi bintang terkenal? Tanpa sadar, tenggorokan Chelsea tersekat. Ia segera merunduk, tak mampu melihat foto berikutnya. Tapi tangan Honomi menyenggolnya untuk segera melihat lagi.
"Asu-chan! Kau lihat itu!" seru Honomi seraya menunjuk papan iklan itu. Chelsea segera mengangkat wajah, kali ini sebuah video interview pendek bersama Rin.
Walaupun suaranya agak terbenam kearamaian kota, tapi di bawah video itu terdapat subtitle percakapan mereka. Ketika bagian Ryu, MC-nya menanyakan pertanyaan, "apa yang akan kau lakukan setelah bekerja sama dengan Rin?" Ryu terlihat terdiam sejenak, tangan Rin menyelip di antara lengan kekasihnya, dan itu membuat degup jantung Chelsea berdentum tak beraturan. Matanya terasa kering sekaligus perih.
Jawaban Ryu terpampang di bawahnya, "aku akan melanjutkan promosi music video di Amerika bersama dengan Angelina Courtney untuk lusa nanti. Oh, ada Rin juga di music video lainnya, tapi kami berangkat bersama."
Honomi menoleh terkejut ke arahnya. Mata bulatnya menatap tak percaya sekaligus menuntut jawaban. Keramaian yang tadi meleburkan suasana, seketika membuat Chelsea lupa pada poros waktu yang sedang berputar. Chelsea tidak tahu apakah itu benar, tapi sampai sekarang bahkan Ryu tak mengabarinya apapun soal ke luar negri. Dada Chelsea berangsur perih, dan ia tak menemukan apa-apa selain rasa pahit di ujung lidahnya dan rasa dingin sekaligus menusuk di pelupuk matanya.
"Asu-chan, apakah itu benar?"
Di bawah tulisan yang sudah menghilang itu, Chelsea masih bisa merasakan sesak yang kian merambat ke pangkal tenggorokannya. Ia tidak tahu sejak kapan menahan napas, tapi ketika video itu berhenti berputar, Chelsea tetap bergeming.
***
Sekedar info yaa, Tokyo Kiss sudah menuju ending nih. Yukk yang udah lupa atau ketinggalan ceritanya coba scroll lagi deh, siapa tau bisa kerasa lagi feelnya hehe. Terima kasih <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Kiss 2
RomanceCompleted. Sekuel dari Tokyo Kiss "Kau pikir dunia ini masih soal cinta masa SMA, hah?" Rin menggeleng kecil sambil tersenyum mengejek, "kau sangat naif, Ryu." --- Setelah International School, kini kisah Ryu dan Chelsea harus dihadapakan pada keny...