Chapter 8 Part 1

27 5 0
                                    

"Apa yang akan kau lakukan jika aku terkenal nanti?"

"Tolong jangan biarkan orang-orang tahu kalau aku kekasihmu."

"Kenapa kau selalu mengatakan itu?"

"Ryu, aku cukup untuk kau ketahui saja, bukan?"

***

Di dalam penjara ruang bawah tanah, Mika, gadis bermata biru indah seperti boneka itu mengerjap kaget. Setelah Ryu bercerita tentang apa yang terjadi padanya hingga ia bisa masuk ke dalam perangkap ini, rasanya ada kesan manis sekaligus ironi yang terasa di setiap cerita itu. Lentera yang menjadi satu-satunya penerangan diletakkan di atas meja. Ryu sudah membersihkan lukanya dibantu Mika, tapi ia masih merasa nyeri di sekitar wajahnya.

"Aku berharap Asuka baik-baik saja."

Ryu terdiam sejenak. "Aku tahu Gilbert merencanakan sesuatu. Sejak pertemuannya dengan Asuka malam hari itu, aku tahu kalau ia tidak akan pernah melepaskanku jika aku tak menyerahkan diri. Aku tidak bisa membuat Asuka ikut campur hanya karena aku lagi. Tidak akan."

Mika tersenyum menenangkan. "Otosaka, aku percaya kau bisa melakukannya. Jangan seperti aku yang salah langkah. Aku sudah cukup lama mendekam di sel ini. Mungkin hampir empat tahun? Kami semua, artis yang ada di bawah sini bukan dari kalangan baik-baik. Kami semua gila popularitas dan hanya menginginkan uang. Kami sama seperti Gilbert yang tak memiliki perasaan kecuali..."

"Kecuali?"

Mata Mika seperti kosong beberapa saat, pikirannya mengingat-ingat sesuatu hingga membuat gadis itu tersenyum kecil.

"Kato. Putra Gilbert yang amat hangat padaku."

Seketika Ryu terdiam beberapa saat. "Kato--sebenarnya aku sempat mengira dia sama jahatnya seperti ayahnya."

Mika menoleh ke arahnya, "dia melakukan itu untuk menyelamatkan semua orang. Selama ini, semua hal yang bisa kuserahkan padanya, seperti bukti-bukti rekaman kecil, atau beberapa foto yang sempat kuambil waktu Gilbert melintas di antara lorong dan mengambil satu artis untuk dikuliti--"

"--dikuliti--?" Tenggorokan Ryu tersekat, "jadi itu benar?"

"Maafkan aku, tapi hanya Kato orang yang kami harapkan. Kau tahu, ketika kau menjadi artis, tak ada hal lain yang kau inginkan selain dicintai semua orang, bukan? Perasaan artis memang penuh dan tumbuh murni. Tapi Gilbert, memperdaya kami semua demi keuntungannya. Karena aku ingin menghentikan ini semua, maka aku menyerahkannya pada Kato. Aku berharap ia sadar kalau Gilbert bukan ayahnya yang sebenarnya. Ayah yang penuh rasa kasih sayang itu, sudah lenyap dan tak ada lagi di mana-mana."

Kali ini Ryu membayangkan sosok Kato kecil yang berusaha hidup di tengah kota tanpa orang tua, sendirian dan kehilangan arah mencari secercah harapan yang tumbuh di antara langit pagi dan sela-sela gedung tinggi yang rasanya tak akan pernah bisa ia capai. Begitu Gilbert menghampirinya dan mengatakan kalau ia bisa memberikan harapan baru, Kato yang lemah dan kecil hanya mengangguk dan merasakan penderitaan dan kesepian itu pergi dari hidupnya.

"Kato memang selalu jahat pada semua orang, tapi itu berbanding terbalik dengan sikap aslinya. Aku yang menyuruhnya begitu supaya tak ada orang yang menyukainya. Aku yang menyuruh Kato untuk bertahan dan menjadikan misi ini sebagai tujuan hidupnya. Bagi anak angkat, Kato, hanya ingin menyelamatkan teman-temannya supaya tak ada yang mendekatinya dan mencari tahu tentang ayahnya. Apakah ia belum cukup baik untuk semua kejahatan yang Gilbert lakukan?"

Suara Mika terdengar sendu. Meskipun Ryu juga baru mengenalnya, tapi jauh dalam dirinya, ia bisa melihat kalau Kato sebenarnya bertolak belakang dengan sikapnya selama ini. Rahasia dan masa lalu yang kelam perlahan-lahan seperti merasuki bayangannya. Ia seperti melihat Ryu tiga tahun yang lalu. Hanya saja ia merasa cukup beruntung untuk hidup seperti sekarang.

"Sekarang, apa yang harus kulakukan? Aku dan Kato merencanakan untuk menculik salah satu di antara kalian supaya bisa dijadikan sandera, tapi nampaknya Gilbert lebih dulu mengetahui rencana itu--"

Mika tersentak pelan, "Kato nampaknya diikuti seseorang selama ini tapi ia tak menyadarinya."

"Kato diikuti?"

Mika mengangguk. Ia mengambil secarik memo dan menulisnya sesuatu di atas sana. "Ini," ujar Mika seraya menyerahkan kertas bertuliskan angka lagi. "Ini adalah surat adopsi yang Gilbert simpan di ruangannya. Brankas itu ada di antara buku-buku di belakang lemari."

"A--apa yang kau ingin aku lakukan?"

Sejenak Mika menatapnya terdiam. "Kato--hanya ingin melepas ikatan adopsi itu dan pergi bebas. Dia--ingin menyelamatkan kami semua lalu setelahnya ia bisa pergi bebas."

Diam-diam Ryu mencengkram kertas itu. Memikirkan bagaimana Kato merencanakan ini semua rasanya amat berat. Kali ini bukan bayangan Kato saja yang muncul, bagaimana rencana itu bisa tumbuh perlahan-lahan seakan memunculkan banyak sekali emosi yang tertimbun. 

"Kau... bagaimana bisa tahu banyak hal tentang ini?" Ryu bertanya pelan sesaat Mika meletakkan memo dan penanya ke atas meja.

"Aku... hanya tak ingin membuat pengorbanan Kato selama ini sia-sia."

Tiba-tiba suara pintu disentak terbuka mengejutkan keduanya. Di susul suara berisik yang memenuhi lorong dan cahaya senter menyorot seiring langkah orang-orang itu, Ryu menegap dan bangkit beranjak. Tiga pengawal yang memakai baju kembar berjalan ke arah penjara tempat Ryu berada. Ia terkesiap waktu melihat salah satu penjaga mengeluarkan kunci dan membuka jeruji itu. Tapi belum sempat Ryu mengatakan apapun, kerah bajunya sudah lebih dulu dicengkram hingga ia merasa tercekik. Cengkraman orang itu amat kuat dan Ryu tak bisa melakukan apapun selain menuruti langkahnya dan pergi meninggalkan penjara itu.

Sebelum sekilas pancaran mata penuh harap Mika yang melambai pamit ketika ia menoleh ke belakang sel.

Kalau ada orang yang selama ini berjuang sendiri, mungkin ia tidak pernah sendiri. 

***

Honomi berlari sepanjang jalan dari kampus menuju stasiun polisi terdekat. Ia melirik jam tangannya, sekarang sudah pukul tujuh lebih dan ia tak menemukan Chelsea di manapun. Setelah mencari Kato, sekarang bukan pemuda itu saja yang hilang, melainkan Chelsea juga hilang dalam sekejap mata. Ia berusaha mencari terus, tapi ketika petugas kampus menyuruhnya pulang dan membiarkannya mengecek di rumah, Honomi menyerah.

Ia bahkan tidak tahu di mana rumah Chelsea, dan harapan satu-satunya yang ia percaya adalah perasaannya. Sejak Chelsea mencari Kato dengan wajah khawatir itu membuat Honomi tak bisa berhenti memikirkan kalau akan terjadi hal buruk. Meskipun Chelsea sempat membuatnya frustasi dengan sikap menjauhnya itu, ia tetap merasa sebagian diri Chelsea tetap peduli terhadapnya. 

Masalah Kato mungkin tak diketahui banyak orang, terlepas ia adalah seorang anak artis terkenal, tapi persoalan Ryu dan Chelsea lain hal lagi. Ketika Kato terus mendekati Chelsea, ia merasa Kato sedang melindungi gadis itu dari sesuatu. Walaupun di mata Honomi Kato adalah sosok mengerikan, tapi ia tak bisa membohongi dirinya ketika Chelsea mulai berteman dan percaya pada lelaki itu.

Ia melintasi teras stasiun polisi yang ada di tengah kota begitu memasuki kawasan parkiran yang luas. Ia menghampiri salah satu meja resepsionis yang terdapat dua polisi berjaga. Di dalam kantor polisi itu, beberapa orang hilir mudik dan sedang duduk di ruang tunggu yang berjejer di depan resepsionis. Kesibukan memenuhi ruangan ini dan Honomi segera menghampiri resepsionis.

"Permisi, aku ingin melapor," katanya setengah terengah.

"Kau perlu mengisi formulir--"

"Temanku hilang di kampus sore ini!"

***

Tokyo Kiss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang