Chapter 1 Part 2

82 14 1
                                    

Duduk di sofa sambil memeluk bantalnya, perasaan Chelsea teraduk-aduk waktu melihat pacarnya dari kaca internet.

Astaga, kenapa Ryu cocok sekali kalau jadi model seperti ini? Bentuk tubuhnya yang tinggi, wajah menawan dan tatapan menusuk, yang selama ini selalu membuatnya tak berhenti menyumpah. Bagaimana dagunya terangkat waktu ia menyambut kilat potret, membayangkan visualnya terpampang di poster jalanan, Ryu ada di mana-mana. Benar-benar ada di mana-mana. Bahkan Chelsea baru sadar kalau Ryu seakan-akan sudah menjadi model utama di Youtube agensi itu.

Pintu toilet terbuka, Chelsea tak mengubah posisinya, ia terlalu fokus pada tatapan manik cokelat yang ada youtube itu. Video itu tentang wawancara dan behind the scene Ryu soal produk yang sedang dikomersilkan itu. Tiba-tiba, dari belakang, Ryu melingkarkan lengannya, memeluk Chelsea dan menghirup aroma tubuh gadis itu ketika menariknya mendekat. Kepalanya bergerak menelusup ke sekitar pundak dan leher Chelsea.

"Ryu hentikan," pinta Chelsea yang merasa geli.

Ryu tersenyum pelan, "bagian mana? Ini? Ini?" Pemuda itu malah semakin menciumi leher belakang Chelsea hingga ia terlonjak menjauhi pemuda itu.

"Ryu! Astaga, kau tahu kesalahanmu?"

Bibir pemuda itu melengkung ke bawah, ia menatap Chelsea seperti anak kecil yang minta maaf pada ibunya, "maafkan aku. Rencananya aku ingin memberimu kejutan, tapi malah aku yang kelupaan karena ketika bertemu denganmu, rasanya aku ingin memilikimu seutuhnya terus."

"Astaga," Chelsea mengusap wajahnya. Ia pasrah dengan itu semua. Apa yang Ryu inginkan, apa yang Ryu sedang kerjakan, dan wajah menawan Ryu di youtube itu.

Memiliki kekasih semenarik ini ternyata menyulitkan.

"Kalau kau ingin menyuruhku mundur dari agensi itu akan kulakukan. Aku tahu kau pasti--"

"Tidak. Aku tidak berencana melakukan itu," potong Chelsea. "Aku hanya benar-benar terkejut. Statistik kehidupanmu sungguh..." Chelsea bisa merasakan alisnya terangkat kagum, "sungguh meningkat pesat."

Ryu tersenyum sambil tak melepas tatapannya dengan lembut. Ia mendekat ke arah Chelsea, kali ini ia membiarkan Ryu memeluknya dan mencium pipinya dengan lembut. "Kau wangi sekali, Asuka. Wangi yang selama ini kurindukan," bisik Ryu di sebelah telinganya.

Hal-hal yang Chelsea tahu soal Ryu adalah, pemuda itu seberbahaya ini. Mendapati informasi tentang ini, sejujurnya sangat sulit bagi Chelsea untuk menerima keadaan. Di satu sisi, ia seperti merasa yakin kalau karir Ryu akan meningkat suatu saat nanti. Pesona yang dari dulu terpancar hingga ke satu sekolah itu, bagaimana cara Ryu memperlakukan seseorang, cara ia sopan santun, cara ia mendekatkan diri. Semua itu bisa membuat orang bahkan langsung jatuh hati padanya. Dan Chelsea tinggal menunggu rasa ketakutan menjalarinya setiap malam jika Ryu tidak memberinya kabar kapan ia pulang. Belum lagi perselingkuhan, belum lagi kehidupan menjadi dewasa yang selama ini sangat ia takuti. Apapun keadaannya, ia tidak pernah ingin membayangkan Ryu pergi dari kehidupannya.

Ia pernah kehilangannya sekali, dan ia tidak mau hal itu terjadi.

"Asuka, lihat aku."

"Tidak. Aku tidak mau melihat wajah cabulmu itu."

"Siapa bilang? Mau kau yang melakukannya atau aku?"

"Tidak," jawabnya bersikeras. Ia masih berfokus pada video di ponselnya. Memikirkan segala kemungkinan mengerikan yang menjadi keraguan dalam bibit pikirannya.

Tangan Ryu terangkat, ia merenggut wajah Chelsea hingga membuatnya menatap Ryu paksa. Tapi Chelsea langsung memejamkan mata, Ryu tertawa pelan.

"Hey, Asuka. Jangan melakukan itu, kau hanya membuatku semakin gemas."

Tokyo Kiss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang