"Apa maksudmu?" tanya Chelsea yang merasa detak jantungnya perlahan berdegup cepat. Mata Kato menyipit, ia berujar rendah.
"Kau tahu kenapa aku bisa tahu kau dan Otosaka pacaran?"
"Kau menguntit Ryu, itu jelas," kata Chelsea yakin.
"Aku melihatmu datang berdua di bandara waktu itu. Sebelum aku bertemu denganmu di kampus saja, aku tahu kalau kau begitu menarik."
Chelsea mengerut samar, ia segera menarik diri dan Kato tak menahannya. Pemuda itu tersenyum kecil. "Kenapa?"
"Tidak cocok untukmu menyatakan perasaan saat ini," ketus Chelsea.
"Matsumoto-san, kau sudah berjanji untuk menjauhi Honomi dan Atsuki. Kau akan bersamaku sepanjang hari," senyum itu masih di sana dan Chelsea benci melihatnya. Kato sangat menarik jika sedang tersenyum, dan ia benci kenapa jantungnya berdegup aneh. Padahal ia amat kesal dengan semua kekonyolan keputusan ini.
"Kau akan terus mengoceh atau memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi sekarang?"
Kato menghela napas panjang lalu memasangkan earphone dari mp3 itu ke telinga Chelsea. Jempol kanannya mulai menekan tombol on, lalu sebuah suara mulai terdengar. Chelsea menatap Kato yang juga menatapnya dalam. Tapi ia menghiraukan karena suara orang bercakap-cakap dimulai.
"Apa yang kau lakukan? Kau memotong semua penghasilanku?" Suara tinggi seorang wanita muncul.
"Kau pikir untuk berada di atas sana itu gratis? Kau perlu mempelajari apa arti hormat pada seniormu." Kali ini suara berat terdengar jauh.
"Tapi--! Bukankah aku sudah membayarnya setiap malam--setiap kau menyentuhku--" wanita itu terdengar terisak, "kau memeras semuanya!"
"Ne, Mika, apa kau tahu kalau populer itu biayanya sangat mahal? Bukankah itu yang kau mau? Kau hanya perlu membayarku lalu bimsalabim, populeritas senantiasa datang padamu, itu saja. Benar, kan sayang?"
"Jangan panggil aku itu! Menjijikan! Dasar petua gila! Kau hanya merusak semua kepercayaan orang! Aku tidak ingin popularitas! Kembalikan semua uangku!"
Suara pria tua itu tertawa keras. Mereka terdengar seperti ada di tengah ruang kosong hingga suara sepatunya menggema seiring langkah.
"Mika, masa depanmu cukup menjanjikan. Kau butuh seseorang untuk menyadarkanmu kalau kau sedang di atas. Dan caramu itu dengan membayarku seperti ini."
Wanita itu menjerit, terdengar seperti berusaha melepaskan diri. Suara langkahnya berisik dan ia masih terisak. Chelsea mengaitkan kedua tangannya kian erat, tanpa sadar ia menahan napas untuk mendengar terus.
"Tetua cabul! Bakar saja uang itu! Akuilah kalau kau sudah tua dan tidak berdaya! Tak ada orang yang menginginkanmu lagi dan kau akan mati dimakan waktu!"
Tiba-tiba suara tamparan memekakkan telinga, Chelsea refleks menoleh kaget ke arah Kato yang masih terus memandanginya.
"Bawa dia," kata pria itu rendah. Terdengar wanita itu memberontak dan terus mengatainya dengan sebutan kasar. Lalu detik di layar mp3 berhenti, suara itupun selesai. Chelsea berharap mendengar lebih lanjut tapi seluruh otaknya membeku seakan menerka apa maksud Kato memberi ini semua. Ia melepas earphone dan hendak membuka mulut. Tapi tindakan itu dihentikan Kato, ia membekap mulut Chelsea seiring Kato menyuruhnya diam.
Terdengar suara dari luar. Ia melirik ke pintu kamar, suara sepatu beberapa orang terdengar mendekat. Entah kenapa denyut nadi Chelsea seperti pindah ke telinganya. Ia belum sempat bertanya pada Kato siapa itu, tapi pintu segera disentak terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Kiss 2
RomanceCompleted. Sekuel dari Tokyo Kiss "Kau pikir dunia ini masih soal cinta masa SMA, hah?" Rin menggeleng kecil sambil tersenyum mengejek, "kau sangat naif, Ryu." --- Setelah International School, kini kisah Ryu dan Chelsea harus dihadapakan pada keny...