Chapter 8 Part 2

31 5 0
                                    

Ryu tersungkur ke lantai begitu pintu dari koridor disentak terbuka. Wajahnya terjerembab ke lantai marmer yang dingin dan ia merasa benturan itu menyerang nyeri di sekitar wajahnya. Ia menoleh ke belakang dengan alis bertautan ke arah pengawal itu, tapi tak sempat memaki karena setelahnya kedua tangan Ryu dibopong paksa untuk bangkit. Ketika Ryu tersadar dengan pemandangan di depannya, baru lah ia melihat apa yang seharusnya daritadi ia sadari.

"Asuka?" gumam Ryu pelan, bahkan hampir tak berani bersuara. 

Di ruang garasi luas ini, Ryu menatap gadis yang terduduk di tengah ruangan bersama seorang pemuda berpakaian lusuh dan berkeringat. Mata Chelsea di tutup kain dan ia nampak menunduk dengan kedua tangan diikat ke belakang. Napas Ryu tercekat seketika, dari belakang pengawal tadi memaksanya bergerak maju selangkah, tapi Ryu merasa dirinya sudah hancur sebelum ia terkena apapun. 

"Ah, ini dia kartu terakhirku," seru Gilbert dari pojok ruangan yang tak terkena sinar lampu. Garasi ini amat besar dan luas, di tengahnya terdapat banyak sekali mobil yang dibungkus kain abu-abu sementara langit-langit garasi tinggi hingga suara teriakan siapapun bisa menggema jauh. Ini adalah garasi pertama yang Ryu lihat waktu ia datang ke sini sendirian. Ternyata benar, di sinilah tempat segala macam operasi itu bergerak. Tubuh Ryu di dorong dari belakang hingga ia kembali terjerembab tepat di depan Chelsea.

Gadis itu agak tersentak mundur, matanya berusaha melihat, namun ia seperti merasakan apa yang ia sadari juga.

"R--ryu?" katanya memanggil ke arah yang lain. Hati Ryu mencelus perih. Wajah Chelsea penuh keringan dan penutup matanya basah. Napasnya terengah-engah sementara ia bisa melihat bahu gadis itu gemetar hebat. Meskipun ia masih bisa mendengar suara lantang itu, Ryu bisa tahu kalau Chelsea ketakutan. Sedangkan di sebelahnya, Kato dengan mata memicing dingin dan napas pendek-pendek agak membungkuk. Sekujur tubuhnya berusaha menahan sesuatu, kedua tangannya juga diikat ke belakang dan Ryu baru menyadari punggung Kato yang hanya dilapisi kaos tipis hitam sobek-sobek dan berdarah. Begitu Kato tahu apa yang Ryu lihat ia berpaling dan membuang wajah.

"Asuka..."

Chelsea ingin bergerak mendekat tapi langkah Gilbert yang menghentikannya, Ryu terkesiap dan langsung ikut beranjak. 

"Bukankah ini tidak perlu terjadi? Kau hanya ingin aku menyetujui semua perjanjianmu, bukan? Kita sudah hampir selesai!" seru Ryu menghampiri pria bertubuh besar itu. 

Gilbert menyunggingkan senyum penuh kemenangan. "Kau terlalu naif. Nyatanya, percuma juga agensimu menyuruhmu untuk memenuhi misi ini. Kau sepenuhnya gagal."

Ia berjalan melintasi Ryu dan menghampiri Kato yang kemudian ditendang olehnya. Pemuda itu tersungkur, tubuhnya amat lemah dan tak ada pembalasan lain selain ekor matanya yang melirik penuh dendam.

"Apa maksudmu?"

Jas besar yang selalu dikenakan Gilbert dilepasnya, ia menyerahkan dasinya juga pada pengawal dan menerima secarik dokumen dari salah satu pengawal.

"Sekarang ini bukan hanya dua orang ini yang sedang menunggumu untuk berkata jujur, tapi agensi kecilmu itu juga sedang dalam kendaliku. Mudah saja menghancurkannya karena mereka sendiri yang menyuruhmu masuk untuk menuntaskan aku, bukan begitu?"

Sekilas, Ryu jadi teringat kata-kata Kyoto waktu di gedung Clai're sore itu. Ia yakin tak ada satu orang pun, tapi siapa yang tahu masalah ini..? Seketika Ryu tak bisa berpikir, ia berpaling ke arah Gilbert yang masih membaca dokumen di tangannya seperti penjahat paling santai di dunia. 

"Kau bahkan sampai mencari tahu sejauh itu?" Ryu mendecih pelan, "betapa takutnya kau padaku, bukan?" kali ini Ryu mengangkat dagunya, ia bisa melihat Gilbert mulai menatapnya dingin. Dengan menyelipkan cerutu di bibir, Gilbert berjalan mendekat ke arah Kato lalu menebaskan satu pukulan ke punggung pemuda itu hingga Kato terpental jatuh. 

Tokyo Kiss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang