Chapter 5 Part 2

31 8 0
                                    

"Jangan bicara ngawur, Kato. Kau benar-benar--"

Kato kian menarik kursi Chelsea mendekat. Matanya menatap lurus, dari balik poni itu, Chelsea merasa dadanya mulai berdegup tak teratur. Ia ingin memperhatikan kafetaria, tengkuknya meremang entah karena orang-orang bisa saja memperhatikan mereka atau hanya karena sorot penuh keyakinan di depannya.

"Kau ingin mendengarkan, atau aku yang memaksamu tutup mulut?"

Refleks Chelsea melipat bibirnya dan terdiam patuh. Lalu dengan suara pelan, hampir tenggelam oleh keramaian desas-desis kafetaria, Kato melanjutkan.

"Kau tahu kenapa aku memintamu menjauh dari Honomi dan Atsuki?"

"Kau melakukan itu hanya untuk memenangkan aku."

Senyum miring membentang di bibir Kato, "itu dan alasan lain. Dengar, artis senior di Tokyo ini tidak hanya satu. Mereka adalah kelompok besar dari berbagai negara. Kau tak bisa memungkiri kalau sekarang kau hanya berhadapan dengan ayahku--setidaknya sekarang--karena mereka benar-benar berbahaya."

Chelsea mengerutkan kening lalu berdecak. "Kau selalu mengatakan ayahmu berbahaya, artis senior berbahaya, tapi kau tidak pernah membuktikan apa-apa padaku!"

Mata Kato memelotot, ia kian berbisik, "Ryu tidak memberitahumu?"

"Beritahu apa?"

Kali ini Kato melongo tak percaya, lalu beberapa detik setelah menyadari sesuatu, ia bergerak mundur.

"Apa? Kato, apa itu?"

Chelsea tidak mengingat apapun selain tamparan keras yang terakhir memusingkan kepalanya dan membuat ia jatuh. Efek itu walau kedengaran ringan, tapi tetap saja membuatnya tak sadarkan diri. Seperti segelas soju waktu itu. Dan jika di perhatikan, sebenarnya Chelsea tak mudah menahan fisiknya sendiri, dan mungkin itu yang menyebabkan Ryu begitu posesif.

"Kato!"

Pemuda itu melirik kecil, perubahan ekspresinya membuat Chelsea curiga. Apa jangan-jangan ada hal lain yang terjadi. Oh! Pakaian! Chelsea langsung teringat paper bag yang disodorkan Gilbert sebelum ia pingsan.

Jangan-jangan pakaian itu...

"Kato.. jangan bilang--"

"Ryu datang karena aku mengirimnya pesan dan fotomu. Gilbert memaksa pengurus kami untuk memakaikan piyama tidur. Dan dia..."

Dada Chelsea mencelus, matanya terjerembab pada khayalan buruk yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya yang disentuh orang lain, kaosnya yang ditarik ke atas dan ditukarkan dengan piyama tidur memalukan--tenggorokan Chelsea seketika tersekat, pandangannya buram waktu ia menengadah menatap Kato. Pemuda itu bergeming pahit. Sorot matanya membuat ceruk luka dalam batin Chelsea.

"Kato, apa yang dilakukan Gilbert setelah itu?"

"Aku tak yakin kau ingin mendengarnya--"

"Katakan saja!" pekik Chelsea tanpa sadar air mata meluncur turun dari matanya.

Apa yang terjadi akhir-akhir ini? Apa yang terjadi setelah ia kembali memutuskan ke Tokyo untuk tinggal bersama Ryu? Apa ini kesalahan lainnya? Dada Chelsea sesak, ia melihat Kato membuka mulutnya tapi menutup lagi, begitu terus hingga Chelsea memaksanya.

Lalu Kato dengan pelan berkata, "Gilbert menyuruhku menidurimu--"

"Apa kau melakukannya?"

Darah yang mengalir dalam tubuh Chelsea seakan menaik. Hidungnya beringsut dan ia tak bisa merasakan apa-apa selain dadanya yang meletup. Marah, sedih, malu, panik, takut...

Tokyo Kiss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang