Cafetaria yang terletak di jantung kampus ramai mahasiswa mengisi perut. Sekarang sudah hampir jam dua siang, tapi Chelsea masih harus mengerjakan tugas Ekonomi Investasinya. Bersama Honomi yang membawa nampan stainless besar, ia berjalan ke arah kursi kosong di pinggir jendela yang menghadap taman hijau di sebelah gedung. Langit biru cerah tanpa awan, berlatar gedung-gedung yang menjulang, Chelsea menatap nanar.
"Sejujurnya aku takut, tapi kalau aku tidak menemui Kato sekarang juga, mungkin nanti malam aku tidak bisa tidur." Ia menyandang sumpit di kedua jemarinya lalu memasukkan segumpal nasi ke mulut.
Honomi menghela napas. "Itu adalah tekatmu sejak 5 jam yang lalu. Aku yang awalnya ngeri, kini membayangkan kau melakukan itu. Memangnya, siapa artis senior yang dimaksudnya? Ayahnya? Memang kenapa kalau Ryu-kun populer sekarang? Dulu dia juga populer. Ah, orang tua macam apa yang menyuruh anaknya mengancam artis begitu? Dia kira dia pemilik generasi?" Tampang Honomi menahan marah persis mirip Yuki. Ia mengerucutkan bibir sambil menggembungkan pipi tembamnya. Sambil menggigit ujung sumpit, mulutnya sibuk mengunyah. "Tapi tetap saja, aku tidak pernah berani melawan Kato. Dia punya aura mengerikan jika kau berdiri hanya dua meter jauhnya."
Chelsea setuju. Itulah yang dia rasakan sekarang. Bahkan sebelum melihatnya saja jantungnya sudah ketar-ketir minta penjelasan. Mungkin rasa marahnya bisa mencuat seperti waktu ia meludahi wajahnya. Hanya saja, kejadian semalam begitu membingungkan. Kenapa pula Kato yang selama ini mengancamnya malah membantunya pulang? Dan--OH! Chelsea tersedak dalam satu ingatan.
Kalau kau meludahi Kato, itu tandanya dia melukaimu, kan?
Suara Ryu terngiang, ia batuk-batuk sementara Honomi menyodorkan air putih.
"Kenapa, Asuka-chan?"
Chelsea menepuk tenggorokannya sesekali lalu ia menatap ngeri ke arah Honomi. "Tadi pagi Ryu--" Apa semalam mereka sempat bertemu? Ya tuhan, bayangan Kato menatap tajam ke arah Ryu membuat tengkuknya meremang. Dari mana juga Ryu tahu kalau ia meludahi Kato? Ia tak sempat menceritakan kejadian itu, dan tak ada jawaban lain selain Kato yang mengatakannya pada Ryu. Tapi Ryu baik-baik saja tadi...
Dari pintu masuk kafetaria yang ada di ujung ruangan, suara ricuh para pemuda baru datang membuat pusat perhatian. Begitu juga Chelsea dan Honomi. Ia melihat pemuda yang memakai kaos dibalut jaket abu-abu flanel itu diiringi pemuda lainnya seakan ingin menjungkir balikkan sesuatu. Mereka bak preman sekolah, menerobos sela-sela kursi meja sembarang dan datang ke depan kafe tanpa memedulikan kericuhan yang dibuatnya. Orang-orang awalnya kesal, tapi mereka berbalik tak peduli. Sudah biasa Kato dan kelompoknya begitu.
Honomi menghela napas. "Apa kau akan melakukannya sekarang? Kau akan menerobos teman-teman pria mengerikannya itu?"
Chelsea tak menjawab pertanyaan Honomi. Ia malah menenggak ludahnya sendiri. Nyalinya menciut tiba-tiba. Ia memandang dari kejauhan sambil bersuara dalam hati, jika Kato sampai menoleh ke arahnya ia janji akan menghadapinya.
"Mungkin.." tepat ia menjawab itu, Kato yang sedang menunggu nampan stainlessnya di isi nasi, menoleh ke arah Chelsea.
Tenggorokan Chelsea terasa dicekik dari jauh. Kato tak melakukan apa-apa dalam dua detik terakhir sebelum mengambil nampan selain balas menatap. Senyum miring terbit di wajahnya, dan ia berjalan menghampiri meja Chelsea.
"Demi apa dia ke sini?" Honomi tersekat. Tapi Chelsea menikmati tiap langkah penuh pesona seorang Kato yang selama ini tak pernah ia sadari.
Tinggi Kato hampir sama dengan Ryu, bedanya rahang Kato terlihat keras dan tajam. Bola mata cokelatnya tidak memesona, tapi menakutkan. Seakan kau bisa merasakan aliran listrik menyengat dari sana. Ketika sadar kalau Honomi mulai mengguncang tangannya, Chelsea terkesiap.
"Wah, lihat siapa yang menungguku. Hey Honomi temanmu ini sebenarnya--" Chelsea bangkit berdiri dan membekap mulut Kato secepat mungkin. Suaranya kencang sekali sampai orang di dekat mereka menengok. Yah, ternyata bukan mereka saja, akhir-akhir ini Kato VS Asuka sedang jadi perbincangan hangat, jadi siapa juga yang melewatkan dua orang itu.
"Jangan di sini, Kato." Chelse menurunkan tangannya sementara kelima teman cowok Kato kini berdiri di belakangnya bak penguntit yang patuh.
Kato mengerling sambil melemparkan nampannya ke atas meja. Ia merunduk, sebelah tangannya disanggah ke atas meja. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Chelsea hingga tanpa sadar membuat gerakan Chelsea mundur--bahkan terduduk. Tatapan Kato seakan mendorongnya melakukan itu.
"Jadi kau menyimpan pacar artismu itu dengan bersikap lugu, ya? Sayangnya, banyak artis yang terlalu sempurna sampai kau dibutakan olehnya." Kato berbisik.
"Apa maksudmu?" Chelsea menyipit. Nada getar amarahnya mulai terasa di pangkal tenggorokan. Ternyata, merasa marah di dekat Kato lebih mudah. Bayangan wajah Ryu yang melintas bersamaan dengan munculnya anak ini saja sudah membuat Chelsea panas. Kato tidak pantas mengancam hal-hal itu pada Ryu. Ryu berjuang keras atas usahanya selama ini.
"Maksudku adalah," sebelah tangan Kato terangkat dan satu jemarinya menyentuh pipi Chelsea. Kulitnya terasa dibakar tiba-tiba ia teringat mimpi semalam.
Ia seperti sedang di sentuh orang persis seperti ini.
"Maksudku adalah, kau tidak pantas untuknya."
Pandangan Kato berubah, seiring menakutkan jadi mendebarkan. Rasa aneh menjalar dari tulang pipi Chelsea hingga ke kepalanya. Ia merenggut lalu dalam gerakan sedetik menarik tangan Kato keluar dari perhatian. Keluar dari kafetaria dan rasa marah yang membumbung dikepalanya.
***
Guyss jangan lupa votesnya yaaa. Yok biar semangat apdet nih💕 terima kasihh😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Kiss 2
RomanceCompleted. Sekuel dari Tokyo Kiss "Kau pikir dunia ini masih soal cinta masa SMA, hah?" Rin menggeleng kecil sambil tersenyum mengejek, "kau sangat naif, Ryu." --- Setelah International School, kini kisah Ryu dan Chelsea harus dihadapakan pada keny...