Suara pelatuk pistol memekakkan telinga, ujung benda itu mengeluarkan asap begitu Chelsea merasa tak bisa bergerak. Sekujur tubuhnya dingin dan matanya panas ketika ia menyadari seseorang memeluk tubuhnya, menghalau peluru itu menembakkan jantungnya.
Mata nyalang Kato yang satu detik pertama terasa hidup, tapi kini jatuh dan redup. Sedetik, pemuda itu langsung roboh ke lantai.
"KATO!!"
Chelsea tersungkur. Diikuti Ryu yang cepat-cepat menangkis pistol dari tangan Gilbert dan menghajarnya sekali lagi hingga ia benar-benar jatuh pingsan.
"Kato--!!" Chelsea buru-buru menekan darah yang mengucur deras dari sekitar relung dada Kato dengan tangannya. Kepala Chelsea berdenyut hebat, dan ia tak bisa merasakan apapun selain tubuhnya yang gemetar melihat darah itu tak berhenti mengucur dari tubuh Kato. Pemuda itu terbaring lemah dan sekarang, giliran Kato yang gemetar. Chelsea menggenggam tangan pemuda itu, berharap tak menangis, tapi ketika ia dihadapkan kenyataan ini, Chelsea tak bisa mengatur logikanya selain kenyataan kalau Kato yang kini memberinya dingin seperti kematian.
"Aku akan menelepon ambulans!" Ryu beranjak pergi sementara Chelsea membiarkannya keluar dari garasi mencari telepon.
Hanya ada suara napas Kato yang berusaha terdengar normal. Pemuda itu masih sempat tersenyum kecil. Ia meremas genggaman Chelsea, "aku menepati janjiku, bukan?"
Pandangan Chelsea mulai buram, ia merasa seluruh hidungnya beringsut keras. Ia tak ingin melihat pemandangan ini. Ia hanya ingin melihat bagaimana rasa tulus waktu Kato menceritakan semua kehidupannya yang penuh rasa pahit itu tenggelam dalam masa lalu. Membiarkan harapan baru memenuhi anak ini dan masa depan menyambutnya dengan baik. Ia ingin memastikan sekali lagi kalau Kato berhak hidup sesuai keinginannya, hidup bebas seperti yang ia impikan selama ini.
"Asuka--jangan menangis--"
"Apa kau tahu yang kau lakukan!? Kau bodoh! Kau benar-benar bodoh! Sama seperti ayahmu! Kau hanya mengubur semua mimpimu untuk hidup sesuai keinginanmu! Kau melepaskan itu hanya demi--"
Chelsea tidak tahu ke mana arah pembicaraannya, ia hanya merasa seluruh dadanya perih dan sakit. Melihat Kato pengap-pengap mencari udara padahal ia bisa bernapas normal beberapa detik sebelumnya, amat membuat Chelsea tak bisa memikirkan apapun.
"--demi kau tentu saja."
"Kato..." Chelsea ingin menekan darah itu, Chelsea ingin menghentikan aliran darah itu keluar dari dadanya, tapi semua nampaknya sia-sia karena Kato darah tak berhenti mengalir. Sebagian diri Chelsea ingin ambruk, tapi ia tidak bisa. Getir yang menguasai tiap inci kulitnya ketika merasakan gemetar tubuh Kato membuatnya tak bisa mengatakan apa-apa lagi.
"Inilah kehidupan bebas yang akan kujalani, Asuka. Akhirnya, berkat kau, ini semua selesai.."
Chelsea menggeleng, air matanya berderai hingga tak bisa ia rasakan sendiri, napasnya sesak dan wajah Kato mulai buram penuh oleh air mata. "Tidak, ini belum selesai sampai kau selamat. Ryu sedang memanggil ambulans--"
Kato kembali meremas genggaman tangannya, dingin dan menyakitkan. "Terima kasih, Asuka..." mata sayu Kato menatapnya dalam, "sampai bertemu di kehidupan selanjutnya, ya?"
Tenggorokan Chelsea seperti tersumpal sesuatu. Air matanya kian menderas dan ia tak menemukan suaranya selain sengguknya yang semakin keras. Ini tidak benar-benar berakhir seperti ini, kan? Meskipun Gilbert sudah jatuh tak berdaya, tapi bukan ini bayaran yang ia dapatkan. Bukan ini takdir yang terjadi pada hidup Kato.
Sebelah tangan Kato yang tak berdarah terangkat, menyentuh pipinya dan dengan lembut menghapus air mata Chelsea. "Jika di kehidupan selanjutnya kita bertemu... aku akan memastikan kau, benar-benar menjadi milikku."
Setelah berkata demikian, senyum terakhir yang membuat Chelsea berteriak seketika menghujamnya penuh luka. Mata Kato memejam bersamaan kepalanya jatuh miring dan saat darah mulai menggenangi lantai tanpa ia sadar, Chelsea menangis keras dan melupakan semua yang terjadi kecuali sosok Kato yang benar-benar sudah pergi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Kiss 2
RomanceCompleted. Sekuel dari Tokyo Kiss "Kau pikir dunia ini masih soal cinta masa SMA, hah?" Rin menggeleng kecil sambil tersenyum mengejek, "kau sangat naif, Ryu." --- Setelah International School, kini kisah Ryu dan Chelsea harus dihadapakan pada keny...