03. decision

180 38 0
                                    

via baru saja memasuki halaman rumahnya, namun yang ia lihat pertama kali adalah sebuah scoopy berwarna abu yang terparkir rapih di sana.

"punya siapa?" monolog via sembari terus memperhatikan scoopy itu lekat-lekat.

"aku pul– ang" via membuka pintu rumahnya dan sedikit terkejut dengan apa yang dia lihat.

"via"

"ngapain?" tanya via sinis.

"via ini temennya dateng, cepet ganti baju dulu. katanya mau ngomongin tentang lomba" jelas mama via panjang lebar.

seongmin– cowok itu memang sengaja datang ke rumah via untuk membicarakan tentang lomba melukis antar sekolah yang seminggu lagi akan berlangsung.

via berjalan gontai menuju kamarnya tanpa melirik seongmin sedikit pun.

seongmin sebenarnya juga tidak enak hati pada via karena datang ke rumahnya tanpa memberi tahu nya lebih dulu, tapi mau bagaimana lagi.

via merebahkan dirinya pada kasur dan menghela napas panjang.

"ck ngapain si pake ke sini segala! pake ngomong sama mama pula" via mendengus kesal sambil menatap langit-langit kamarnya. rasanya ia tidak mau melihat seongmin lagi. via merasa seperti di kejar-kejar setan setiap melihat seongmin.

tok tok

"via? jangan lama-lama ya, kasian temen kamu udah dari tadi" suara mama via dari balik pintu kamar nya membuat via terduduk di pinggiran kasur.

"iya ma" jawab via lesu, lalu ia langsung bangkit dari kasurnya dan berjalan ke arah lemari pakaian.

setelah selesai, via langsung menghampiri seongmin yang saat ini sedang asik mengobrol dengan mama nya.

"kenapa cepet banget akrab nya si"

via duduk di samping mamanya yang masih asik mengobrol dengan seongmin, bahkan keberadaan via belum juga disadari oleh mamanya.

"via" panggilan seongmin berhasil membuat mamanya tersadar dan langsung mengalihkan fokusnya pada via.

"eh ternyata udah disini, yauda sekarang kalian ngobrol dulu aja ya. mama tinggal dulu."

"iya tante makasih" ucap seongmin sopan sembari tersenyum pada mama via.

sedangkan via masih memasang ekspresi datarnya dengan tangan yang ia lipat di depan dada.

"ehem" deheman seongmin berhasil menarik atensi via. ia menatap seongmin malas lalu menegakkan tubuhnya.

"yaudah mau ngomongin apa? lomba? cepetan"

seongmin terkekeh melihat raut kesal pada wajah via lalu tersenyum.

"bikinin minum dulu kek, aus nih" pinta seongmin sambil ber-akting ala orang kehausan yang di lebih-lebihkan.

via membulatkan matanya kesal lalu memukul lengan seongmin pelan.

"lo kira gue babu lo?!"

"tadi mama lo udah nawarin, tapi gue tolak. sengaja, gue pengennya lo yang buatin." jelas seongmin sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

"dih" via bergirik ngeri lalu bangkit dari duduknya. "yaudah, mau minum apa?"

"mau lemon tea satu ya mba"

via tersenyum sangat manis, padahal dalam hatinya ia ingin sekali memaki seongmin sambil menjambak rambutnya.

•••

"kok rasanya mirip air putih ya" ujar seongmin setelah ia meneguk 'lemon tea' yang via buat.

"ya emang air putih." balas via santai sambil terus fokus pada layar ponselnya.

"teh abis, nggak ada lemon. rumah gue bukan pasar." ketus via lalu menatap seongmin malas.

"cepet apa yang mau diomongin?" via menoleh ke arah jam dinding, "gue udah ngantuk."

seongmin menatap via serius, "lo harus ikut lomba itu vi"

"alasannya?"

"ya– gaada alasan khusus sih. sayang aja bakat lo"

"gue ga se-pede itu sampe harus ikut lomba" ucap via lesu, "itu cuma sebagai hobi aja"

"yaudah, kalo ngelukis cuma lo anggep sebagai hobi aja, kenapa ga lo anggep juga lomba itu sebagai pengalaman?"

via melirik seongmin yang kini tengah menatapnya lekat.

benar juga, selama ini hidup via 'kan datar-datar saja, kenapa dia nggak coba ikut lomba itu? menang kalah 'kan tidak penting, yang penting seengganya dia punya cerita yang menarik buat di ceritain ke anak-anak nya nanti.

"aish via, lo mikirnya kejauhan"

"gimana?" tanya seongmin lagi, kali ini dengan tatapan yang lebih serius dari sebelumnya. matanya memancarkan harapan pada via– ralat, harapan pada keputusan via jadi ikut lomba itu atau tidak.

"kapan sih emang lomba nya?"

seongmin menghela napas lega, sepertinya ajakannya berhasil.

"minggu depan. kalo lo mau, kita mulai ngomongin tentang konsep dan lainnya besok. terserah lo deh mau dimana, lo yang nentuin tempatnya."

via berpikir sejenak, "gausah dimana-mana deh, di ruang seni sekolah aja."

"deal!" seongmin mengulurkan tangan kanannya. via menerima jabatan tangan seongmin dan tersenyum, semoga keputusan yang via buat tidak salah. semoga ia bisa melakukan yang terbaik.




tbc...

hi lagi!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


hi lagi!

[✓] five years apart ; cravity taeyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang