LIMA PULUH TUJUH - KEPERGIAN DADDY

12.3K 1.6K 164
                                    

Malam selalu menjadi waktu yang paling dinanti oleh Jeon Jungkook maupun Park Jihye. Akan tetapi, malam ini agaknya Jihye masih merasa malas untuk tidur dengan sang suami. Bahkan wanita itu menyuruh Gukie dan Gail untuk tidur sekamar di kamarnya.

Selesai pulang dari mal dan memilih untuk makan malam di luar karena Jihye tidak ingin memasak, mereka kembali ke dalam rumah tanpa obrolan apa pun—maksudnya, Jungkook yang selalu berbicara dan Jihye hanya membalas seadanya.

Gyeom sudah terlelap di sejak perjalanan pulang sebab terlalu banyak meminum ASI sang ibu. Bahkan suara Gail dan Gukie yang sedang berdebat di kamar pun tidak bisa mengganggu tidur balita yang tidur di baby box tersebut.

"Goo kenapa tidur di sini, sih?" tanya sang ayah setengah kesal. Gukie sedang memainkan ponsel Jihye sementara wanita Park itu sedang sibuk membersihkan kamar mandinya. Kemudian Gail duduk di sebelah sang ayah yang tidur telentang di atas ranjang.

"Mommy yang menyuruh. Kata mommy ini kamar bersama," jawab Gukie tanpa menatap sang ayah.

"Daddy ..."

"Apa, Iyel?" Jungkook kini menatap anak keduanya. Melihat perut Gail yang bulat hingga anak itu terpaksa harus memakai piama yang sedikit ketat, membuat Jungkook terkekeh gemas, lantas buru-buru menarik Gail ke dalam pelukannya dan mengecupi perut Gail yang buncit. "Woah, ada apa di dalam perut ini, huh? Mau Daddy bedah?"

Gail terkekeh manakala Jungkook menggelitiki perutnya dan menggigit pipi Gail dengan gemas. "Tidur di kamar hyungie, yuk?!" tawar Jungkook pada Gail.

Gail lekas menggeleng. "Tidak mau. Mau dengan mommy. Katanya mommy mau peluk Iyel sampai pagi," respons anak itu sedikit kesulitan berbicara.

Kalau sudah begini, Jungkook akan tersingkirkan karena bagi anak-anak, Jihye adalah nomor satu dan dia adalah yang kedua—kecuali saat meminta robot atau yang lain.

Jungkook mengembuskan napas pelan. Turun dari atas ranjang karena Gail kini fokus melihat layar ponsel yang dimainkan oleh sang kakak. Melepas kaos polos berlengan panjang hingga menunjukkan tato barunya, pria itu kemudian memasuki kamar mandi. Kepalanya refleks menoleh ke arah kanan; tepat di mana sang istri sedang sibuk membersihkan bathup.

Pria itu menurunkan celana untuk buang air kecil. Namun, matanya tak berhenti memandang sang istri. Setelah selesai, Jungkook berjalan ke arah sang istri. "Masih marah padaku?" Pria itu berjongkok dan memegangi lutut istrinya. "Jiya ..."

"Hm?" Wanita itu menyahut tanpa menoleh sedikit pun. Setelah selesai, Jihye membilas bathup dan menjauhi Jungkook untuk mencuci tangannya di wastafel. "Ajak anak-anak sikat gigi."

Jungkook justru memeluk sang istri dari belakang. Meletakkan dagunya di bahu Jihye, kemudian menatap Jihye dari pantulan cermin. Jihye pun ikut menatap sang suami melalui cermin dan mengembuskan napas jengah. "Cepat pergi, Jeon. Aku masih harus mandi."

"Ikut. Aku juga belum mandi."

"Kau dulu kalau begitu," sahut Jihye sebelum menyikat giginya dan fokus menatap wajahnya sendiri di dalam pantulan cermin. Lima menit kemudian Jihye merunduk untuk berkumur dan meraih tisu untuk mengeringkan bibirnya yang basah. "Masih belum mau berangkat juga?"

"Kau kenapa menyuruh anak-anak tidur di sini? Mereka kan punya kamar sendiri." Dari nadanya berbicara, Jungkook kelihatan begitu kesal, tapi ia tidak bisa marah lantaran ia sedang kebingungan dengan bagaimana cara mengatasi kemarahan sang istri. "Sayang ..."

"Tidak tahu. Aku kesal denganmu. Kalau tidak mau tidur dengan anak-anak, kau tidur saja di kamar Gukie." Jihye lekas melepas pelukan. "Jangan membuatku semakin kesal denganmu, Jeon."

EUPHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang