DUA PULUH SEMBILAN - MOMMY DADDY MOMENT

19.3K 1.5K 219
                                    

Warning. Mature content.

Gukie baru saja tertidur lima belas menit yang lalu usai sang ayah membantunya menggosok gigi serta mengganti dengan piama dan berakhir membacakan dongeng meski tak sepandai bagaimana cara Jihye membacakannya.

Setelahnya Jungkook memilih duduk di kursi pada halaman belakang untuk menikmati satu batang rokok juga segelas anggur merah sambil melihat langit malam dan merasakan angin dingin yang sesekali meniupnya.

Kepulan asap nikotin itu berakhir saat Jungkook mematikan bara api pada rokoknya dan memilih untuk menyandarkan punggung pada punggung kursi dengan bibir menyesap minuman.

"Kukira kau masih di dalam kamar Gukie." Suara lembut dari sang istri membuatnya refleks mendongak dan menemukan presensi Jihye yang berdiri di sampingnya. Di gendongan Jihye, ada Gail yang belum tertidur. Pun mata bulatnya terlihat sangat terang dan tidak menunjukkan bahwa anak berumur satu tahun itu tengah mengantuk.

"Goo sudah tidur sejak tadi," jawabnya lalu menegakkan punggung dan menarik pinggang Jihye agar mendekat pada posisinya duduk. Jungkook memeluk pinggang sang istri dengan tangan kanannya. Saat hendak mengecup pipi Gail, wanita itu lekas menjauh—membuat Jungkook berdecak jengkel.

"Tidak boleh. Kau habis merokok dan minum!" larang Jihye kemudian meraih gelas berisi setengah anggur merah di sana. Sejenak, Jihye mengudarakan gelas di genggamannya sambil menatap benda itu, lalu ia menurunkan pandangan menatap Jungkook. "Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"

Jungkook menggeleng. Kepalanya bergerak ke arah kiri saat Jihye melangksh dan duduk di kursi di sebelahnya.

"Aku hanya bosan di rumah terus," sahutnya lantas mengantongi bungkus rokok serta pemantik api yang ia letakkan di atas meja marmer.

Jihye mendengus sembari menepuk punggung Gail. "Ada apa? Memikirkan perusahaan? Atau ada yang lainnya?" tanyanya sebab tak percaya dengan jawaban sang suami.

Pria itu menatap Gail di pangkuan Jihye sebelum berkata, "Tidak mau menidurkan Iyel dulu? Aku butuh kau."

Jihye mengangguk dan buru-buru berdiri dari posisi duduknya untuk membawa anak bungsunya ke dalam kamar utama dan menyusui Gail hingga terlelap.

Wanita itu membiarkan Jungkook berada di halaman belakang untuk menghabiskan anggur merah serta barangkali kembali menyesap rokoknya.

Membutuhkan waktu agak lama hingga Gail akhirnya menutup mata dan tenggelam dalam mimpinya. Jihye dengan pelan menjauhi ranjang dan merapikan gaun tidurnya sebelum menghampiri Jungkook yang ternyata telah berpindah ke ruang keluarga sembari menonton berita pada televisi.

Jihye melangkahkan kaki telanjangnya menuju dapur untuk mengambil segelas air dingin dan ia bawa ke ruang keluarga.

Ia duduk di samping Jungkook—tak menciptakan banyak jarak agar ia bisa memeluk lengan sang suami kapan saja.

"Kau lama sekali," ujar Jungkook dua detik setelah Jihye duduk di sebelah kanannya.

"Iyel baru saja bisa tidur." Jihye menjawab sambil meletakkan gelas berisi air dingin ke atas meja kaca di depannya. Wanita itu lantas menatap sang suami. "Bagaimana? Segelas anggur dan rokok mampu meringankan pikiranmu, hm?"

Pria itu tak langsung menjawab, pun malah memeluk Jihye kelewat erat sampai wanita itu sulit mengambil napas untuk beberapa detik lamanya.

"Sedikit," jawabnya. Kedua maniknya tertutup rapat seraya menikmati usapan lembut dari telapak tangan Jihye ke punggung lebarnya serta pada kepala. "Aku rasa bulan ini tidak bisa janji untuk mengisi rekening Gukie dan Gail. Aku hanya bisa memberikan uang bulanan untukmu. Kau tahu ... wabah ini benar-benar membuat keuangan perusahaan menurun drastis."

EUPHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang