DUA - RINDU DADDY

21.5K 2.3K 190
                                    

Kalau tidak ada sang ayah ternyata akan jadi bosan seperti ini, barangkali Gukie akan bolos sekolah terus agar bisa ikut dengan ayahnya yang masih mengunjungi Kota Busan.

Jihye sedang sibuk melipat baju karena Bibi Han tengah membersihkan halaman belakang. Lalu apa yang dilakukan si jagoan kecil Jeon itu?

Gukie hanya merebahkan tubuh mungilnya di atas ranjang kamar sang ibu dengan robot Thor di tangan kanannya. Nampak begitu tenggelam sebab si Jeon kecil itu keras kepala untuk tetap memakai kaos sang ayah yang berada di dalam lemari.

Jihye sempat melongo karena tangan dan kaki Gukie bahkan tak bisa dilihat setelah memakai kaos suaminya. Lucunya, Gukie malah senang sekali karena bisa menghilangkan tangan serta kaki secara mendadak.

Tidak lagi memikirkan nasib telur yang sebenarnya Jihye buang di dalam sampah. Gukie kini memikirkan sang ayah. Ingin cepat-cepat bermain perang robot dengan Jungkook sampai malam agar ibunya tidak menyuruh untuk mengerjakan PR.

“Goo, sudah minum susu belum?” Jihye memberi pertanyaan sembari memasukkan beberapa pakaian yang telah terlipat ke dalam lemari.

Gukie yang asyik menonton kartun kucing dan tikus kini mengerjap dan menggeleng. “Belum,” jawabnya santai.

Mengembuskan napas, Jihye lantas berdiri dan meninggalkan lantai kamarnya untuk menghampiri sang anak. “Ayo, minum susu dulu.”

Bukannya menurut, Gukie malah menggeleng dan mengambil posisi duduk. Bibirnya mengerucut, sedangkan matanya sudah berair.

Mom ... rindu daddy,” rengek Gukie.

Jihye tersenyum, kemudian merangkak ke atas ranjang dan dipindahkan ke gendongannya.

“Nanti malam daddy sudah pulang, kok. Kalau tidak mau minum susu, Mommy telepon daddy biar marah dan tidak jadi pulang. Mau?”

Mendengar ancaman sang ibu yang agaknya mengerikan di kepalanya, Gukie dengan gesit menggeleng dengan kedua mata mengerjap sayu.

“Mau minum susu, tapi belikan robot lagi, ya?” kata Gukie memeluk leher Jihye saat wanita itu berjalan menuju dapur.

Meraih gelas bening di atas rak, Jihye lalu mengangguk. “Iya, Mommy belikan,” jawabnya lembut.

Jihye menghela napas dalam. Sedikit menyesal karena sang suami dengan semangat mengenalkan Superhero yang kini telah menjadi kesukaan anaknya.

Tidak masalah, sebenarnya. Hanya saja Gukie sekarang sangat berlebihan dalam meminta mainan robot kesukaannya.

Harus yang besar dan bagus. Sayangnya, yang besar dan bagus pasti harus merogoh kocek banyak.

Kalau cuma diberi jawaban bohong—mengiyakan saja tanpa benar-benar dituruti—takutnya Gukie akan meniru perbuatan sang ibu.

Parahnya lagi, Jungkook memang selalu menuruti permintaan Gukie meskipun harus mengeluarkan uang cukup banyak.

Hanya satu yang tidak pernah mau Jungkook turuti; Gukie yang meminta tidur di kamar orang tuanya.

Oh, tentu saja Jungkook menolak dengan lantang bersama sebuah alasan yang membuat Gukie jadi bergidik sendiri.

Hyung sudah besar, harus tidur di kamar sendiri. Kalau tidak ... Daddy tidak mau belikan Thor lagi.

Alih-alih merengek seperti yang biasanya Gukie lakukan agar permintaannya segera dituruti, anak semata wayang itu malah mengangguk.

Selesai mengaduk susu cokelat, Jihye lekas meletakkan anaknya ke atas kursi bar dan menyerahkan gelas susu.

EUPHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang