Jangan lupa SS part yang kalian suka dan tag aku di instastory @ymowrite, ya!
.
Menatap sang istri yang sedang sibuk menyiapkan makan siang, Jungkook kemudian menopang rahang dengan kedua telapak tangannya. Berdecak lirih manakala Jihye mulai duduk di sebelahnya usai memanggil Gukie dan Gail untuk bergabung.
"Kenapa kau tidak membangunkanku?" tanya pria itu setelah Jihye meletakkan piring di depannya. "Astaga, Mom ... separah ini kau marah padaku?"
"Siapa yang marah, Daddy?" Gukie bertanya penasaran saat ia tak sengaja mendengar suara sang ayah.
"Mommy," jawab Jungkook lantas mengerucutkan bibirnya di hadapan sang anak—mencoba meminta bantuan kepada Gukie agar anak sulungnya bisa membantu dirinya berbaikan dengan Jihye. "Mommy marah, Goo. Benar-benar menyeramkan kalau sedang marah."
Gukie mengangguk setelah memasukkan makanan ke dalam mulut. "Seperti monster 'kan, Dad?"
Jihye sontak menoleh ke arah Gukie. "Makan dulu, Goo!" peringatnya kemudian membuat Gukie menunjukkan cengirannya dan kembali melanjutkan makan siangnya.
Jungkook tidak menyangka bahwa Jihye sungguh marah padanya. Pria itu bangun pukul dua belas siang, di mana ia harus melewatkan sarapan dan olahraga di hari Minggu. Sementara itu, Jihye nampak tidak mempermasalahkannya.
Sekarang pun, sang wanita tidak menyiapkan makan siang untuknya. Terhitung satu jam setelah pria itu terbangun, ia belum juga mendengar Jihye membuka obrolan dengannya. Bahkan wanita itu sama sekali tak menjawab pertanyaannya.
Mengembuskan napas kesal, Jungkook lalu memilih untuk mengambil sendiri nasi dan lauk sebelum menyantapnya untuk mengisi perut yang sudah sangat lapar.
"Ayo, belajar makan sendiri, Yel." Jihye bersuara, mengajari Gail untuk memegangi garpu dan sendok. Ada celemek yang melindungi bajunya agar makanan itu tidak mengotori pakaiannya. Lantas wanita itu memotong kecil-kecil telur rebus yang ia siapkan untuk Gail. "Sedikit-sedikit saja. Makan pakai tangan kanan, oke?" Gail mengangguk paham.
Jihye melanjutkan makannya sembari terus mengawasi Gail yang sedang belajar makan. Sementara Gukie sudah pintar makan sendiri setelah kelahiran Gyeom. Anak itu tidak lagi terlalu bergantung pada sang ibu dan mulai mandiri seiring berjalannya waktu.
"Mommy ..."
"Apa?" Jihye menoleh ke arah sang anak sulung manakala Gukie memanggilnya.
Gukie justru menatap sang ayah yang diam sambil fokus menyantap makanannya. "Kasihan daddy," lanjut Gukie membuat Jihye menghela napas dalam. "Jangan marah-marah pada daddy."
"Mommy tidak marah-marah pada daddy." Jihye lalu menatap lekat pada Gukie. "Cepat lanjutkan makannya."
"Memangnya daddy salah apa?" tanya Gukie tidak mengerti. Anak itu begitu penasaran saat ini.
Jihye menggeleng. "Tidak boleh ikut campur urusan orang dewasa, Goo. Sekarang selesaikan makan siangnya dan siap-siap. Sebentar lagi kita jalan-jalan ke mal."
"Daddy ikut?" tanya Gukie. Jihye mengangguk, lalu membuat Jungkook bernapas tenang. Setidaknya Jihye masih mengingat dirinya sebagai seorang suami. "Yeay! Daddy, nanti kita beli robot, ya?"
Jungkook mengangguk antusias. "Oke!"
Menyelesaikan makan siang, Jihye segera membereskan meja makan. Kali ini pekerjaannya sedikit lebih ringan sebab ada Jungkook yang membantu. Padahal biasanya pria itu paling malas membantu dan lebih memilih merokok di halaman belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHORIA
Fiksi PenggemarPunya suami macam Jeon Jungkook saja sudah membuat Park Jihye geleng kepala manakala mengingat pria jangkung itu merengek minta dipeluk. Lalu, apa jadinya jika si Jeon kecil ikut-ikut merengek dan membuatnya pening tujuh keliling? "Mommy ... Goo men...