26

202 41 9
                                    

Regie baru saja menutup kafenya bertepatan dengan sebuah mobil yang berhenti tepat di depannya. Chen dan pekerja lain di kafe sudah pulang terlebih dahulu, menyisakan gadis bermata monolid tersebut sendirian.

Saat kaca mobil diturunkan, senyum tak bisa di sembunyikan dibibir tipis Regie. Gadis itu mempercepat kegiatannya agar seseorang di dalam mobil tidak terlalu menunggu lama kedatangannya.

Setelah selesai dengan tugasnya, Regie segera memasuki mobil tersebut. Tenaga yang tadinya terkuras gara-gara bekerja di kafe kini kembali terisi penuh saat dirinya mendapatkan pelukan hangat dari Aurin.

"Maaf lama," ucap Regie sambil mengusap punggung Aurin lemah, terlihat sangat kelelahan. Hal tersebut membuat Aurin mengeratkan pelukan mereka, sebenarnya Regie merasa sesak; namun jika di suruh melepaskan juga ia tidak mau. Terlalu nyaman saat berada di kungkungan gadis yang lebih tua.

"Gak kok." Ucapan Aurin hanya di balas gumaman dari Regie. Sudah beberapa menit berlalu, tetapi diantara mereka berdua belum ada yang melepaskan pelukan. Membuat Aurin berinisiatif untuk lepas terlebih dahulu, ia takut jika Regie akan tertidur di pelukannya.

Aurin terkekeh gemas memandang wajah Regie yang tampak memelas, bibir gadis itu juga terlihat di majukan; mungkin merasa kesal saat pelukan yang nyaman terlepas begitu saja. "Kamu capek banget, ya? Aku anterin pulang langsung aja, gimana?"

"Kok pulang, sih? Katanya kamu mau makan nasi kucing?" Regie berujar dengan kesal, menimbulkan kekehan dari sang lawan bicara. Dengan gerakan santai, Aurin menjalankan mobilnya menjauh dari tempat semula.

"Kamu keliatan capek banget, aku jadi gak tega. Soal nasi kucing, bisa lain waktu." Helaan napas pelan Regie hembuskan, dirinya juga tidak bisa menyembunyikan wajah lelahnya di hadapan gadisnya. Rasa kantukpun sudah mendera matanya yang tampak berat hanya untuk terbuka. Ditambah jari-jari mungil Aurin yang menyingkirkan anakan rambutnya sambil mengusap lengannya pelan membuat Regie semakin mengantuk.

Aurin tersenyum tipis, dirinya ingin sekali waktu seperti ini agar berjalan lambat. Di saat seperti inilah ia ingin mendekap Regie erat, membiarkan gadis itu tau bagaimana besarnya perasaan yang Aurin punya untuk Regie. Entah mengapa disaat dirinya sedang berdua bersama Regie, rasa takut akan kehilangan gadis itu semakin kuat. Perkataan sang ayah dan Sutan tempo hari yang lalu juga masih teringat jelas di ingatannya.

Pemikiran Aurin terputus saat mendengar bunyi yang membuatnya terganggu, bunyi seperti benda yang beradu dengan kaca. Gadis cantik itu menoleh dan menemukan Regie yang tertidur pulas dengan kepala yang gadis itu sandarkan di kaca mobil sampingnya.

Sekuat tenaga Aurin mencoba untuk tidak memekik gemas, wajah Regie saat tertidur adalah hal tercantik yang pernah Aurin temukan. Bukan berarti di saat biasa, Regie tidak cantik. Menurut Aurin, gadisnya akan selalu tampak cantik; tetapi saat Regie tertidur, kadar kecantikan gadis barista tersebut bertambah.

Aurin menepikan mobilnya di tepi jalanan yang sepi. Sebegitu pulasnya Regie tertidur, hingga dirinya tidak merasakan jika laju mobil sudah berhenti. Aurin yang melihat hanya tersenyum, sedikit memajukan tubuhnya kearah Regie. Di jarak seperti ini, Aurin dapat mencium bau badan gadis di sampingnya yang tercium aroma kopi yang memabukkan. Membuat jantungnya kian berdetak tak terkontrol. Dirinya segera memajukan tubuhnya untuk makin dekat dengan tubuh Regie yang bersandar.

Tidak, Aurin tidak akan melakukan hal yang kalian pikirkan. Sungguh!

Gadis berkulit pucat tersebut hanya membenarkan posisi kepala Regie agar tidak berada di permukaan kaca. Saat telah selesai, Aurin kembali menegakkan tubuhnya di balik kemudi. Namun netranya masih belum terputus dari objek di sampingnya.

"Gi, kamu tau? Aku sayang banget sama kamu. Apapun yang terjadi, aku gak akan ninggalin kamu. Kita bakal berjuang bareng-bareng, kalaupun kamu minta aku buat izin ke orang tua kamu; aku pasti bakal ngelakuin itu demi hubungan kita." ucap Aurin lirih, gadis itu menggapai tangan Regie dan menaruhnya tepat di depan wajahnya. Sedikit memberi ciuman disana dan setelahnya di usap dengan ibu jarinya.

Pena Ajena [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang