9. Pengubah suasana hati

17 4 0
                                    

"Berdiri disitu len" Ujar Devan. Rhaylene menurut, dia berdiri di tempat yang ditunjuk oleh Devan. "Ambil gaya, yang cakep-cakep, oke?" Devan memundurkan tubuhnya, mengarahkan kamera handphone nya ke arah Rhaylene.
"Satu, dua, ti-"

"Rhaylene gak suka di foto" Ujar Vincent, dia merebut handphone milik Devan dari tangannya, yang langsung di rebut kembali oleh pemiliknya.

"Apaan sih lo, ganggu aja" Ujar Devan. Rhaylene berjalan menghampiri mereka.
"Pindah tempat aja yuk Dev, disana ada jerapah, gue pengen liat jerapah" Kata Rhaylene, dia menggandeng tangan Devan dan segera pergi dari sana.
Vincent yang melihat itu merasa sedikit kesal, dia pun menyusul mereka berdua. Mengikuti mereka dari belakang.

"Mau gue fotoin bareng jerapah?" Tanya Devan.

"Kita foto bareng aja" Rhaylene mengambil handphone nya, dia memposisikan dirinya di dekat Devan lalu memotret diri mereka.

"Katanya tadi gak suka di foto.." Ucap Devan.

"Kata Vincent, bukan kata gue" Balas Rhaylene.
"Disana ada monyet, liat yuk!"

Devan menganggukkan kepalanya, dia mengikuti Rhaylene dari belakang. Melihat Rhaylene tersenyum, juga membuat dirinya tersenyum. Dia bahagia bisa membuat Rhaylene senang.
"Monyetnya kayak lo ya" Ujar Rhaylene sambil tertawa kecil.

"Kok gue? Enak aja.." Balas Devan.

"Iya, monyet itu tuh, yang lagi garukin kepala. Lo kan sering garukin kepala" Ucap Rhaylene lagi.

Devan menghela nafas, dia mengalah, Daripada nanti ujung-ujungnya mood Rhaylene kembali rusak.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Seperti biasanya, hari ini Rhaylene kembali bersekolah. Begitu dia memasuki gedung sekolah, semua tatapan mengarah ke arahnya. Rhaylene mencoba untuk tidak memperdulikan mereka semua. Dia tetap berjalan maju, hingga tiba-tiba saja Stevani dan Vita datang merangkulnya.
Mereka bertiga berjalan bersama sambil bercanda tawa. Sesampainya di kelas, mereka melihat clara dan teman-temannya.

Clara dan teman-temannya itu menghampiri Rhaylene.
"Jadi ini yang katanya sering buat masalah di sekolah lamanya?" Ucap Clara yang berjalan mendekati Rhaylene. "Dia ini pengacau, pembully, iyuh banget deket-deket ama dia" Tambahnya.

Rhaylene hanya diam, dia tidak mencoba melawan apa yang dikatakan oleh Clara.
"Lo pinter cari muka ya? Kemarin-kemarin lo bantuin orang yang gue bully, padahal lo sendiri pembully. Munafik tau gak!" Clara mendorong dahi Rhaylene menggunakan jari telunjuknya.

"Iya gue pembully! Tapi itu dulu. Sorry aja ya...gue udah sadar kalau sesuatu yang gue buat itu gak baik. Gue masih punya otak, gua masih bisa mikir kalau itu semua hal yang salah. Gak kayak lo yang masih terus terusan nindas orang" Balas Rhaylene dengan santai. "Lagipula, cara gue nindas orang gak separah lo nindas orang" Lanjutnya sambil berjalan ke arah kursinya.
Rhaylene meletakkan tas nya, kemudian dia duduk di kursinya seraya menatap Clara dan teman-temannya.

"Aneh ya? Kalian semua cantik, tapi akhlak kalian itu gak bener" Ujarnya.

Clara yang kesal segera meningggalkan kelas itu, disusul oleh para teman-temannya.
Disaat itu juga, Vita dan Stevani datang menghampiri Rhaylene.
Rhaylene menghela nafasnya pelan. Dia menyandarkan tubuhnya pada kursinya dan menutup kedua matanya.

"Lo kok bohong si len? Harusnya lo kasih tau mereka kalau lo bukan pembully" Ujar Stevani.

"Gosipnya udah kesebar. Kalo gue bilang, gue bukan pembully.. Mereka gak bakal percaya stev" Balas Rhaylene.

"Heyyo! Lagi pada ngapain?" Teriak Aditya yang baru memasuki kelas bersama Devan dan Galang.

Mata Devan tertuju ke arah Rhaylene yang tengah memejamkan matanya.
Begitu Rhaylene membuka matanya, ia juga menoleh ke arah Devan. Devan melambaikan tangannya sambil tersenyum, hal yang sama dilakukan oleh Rhaylene.

"Eh kalian bedua kenapa gak ikut kemaren?" Tanya Galang.

Rhaylene dan Devan beradu pandang. Mereka sudah sepakat sebelumnya untuk tidak memberitahu siapapun tentang kemarin. Devan pun akhirnya membuka suara, "Dia bilang dia mau pulang, kalo gue kemarin lagi gak bisa. Tiba-tiba di jemput bokap" Jawabnya.

Mereka semua menganggukkan kepala mengiyakan apa yang Devan katakan. Devan dan Rhaylene kembali melihat satu sama lain sambil tersenyum, Devan mengangkat tangannya, mengacungkan ibu jarinya ke arah Rhaylene, yang juga dibalas dengan hal yang sama oleh Rhaylene.

.
.
.
TBC.
Jangan lupa tekan vote,komen dan share..
See you next chapter.

TEENAGERS [✔︎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang