"Rhaylene gak dateng?" Tanya Vita ke Stevani. Stevani membalas itu dengan anggukan.
Tangannya meremat ujung seragamnya, khawatir jika nanti Clara akan benar-benar datang.Baru saja dia memikirkan hal itu, tiba-tiba saja Clara datang bersama teman-temannya. Clara masuk dan menghampiri Stevani dan juga Vita. Mereka berdua pun segera bangkit dari duduknya dan menatap wajah Clara dengan sedikit kepanikan.
"Mana temen lo? Si cewek pembully itu?" Tanya Clara.
"Gak ada, dia gak dateng" Jawab Stevani.
"Lo bohong kan? Lo umpetin dia kan?" Tanya Clara lagi, "Guys, cari tuh cewek di sekitar sini" Perintahnya yang langsung dituruti oleh beberapa temannya.
Suasana di kelas kini semakin ramai. Rhaylene juga belum datang."Mau lo apain temen kita?" Tanya Vita yang maju mendekati Clara.
"Mau gue kasih pelajaran, dia udah banyak buat kesalahan sama gue!" Jawab Clara.
"Pelajaran kata lo? Rajin amat lo mau ngajarin dia. Dia udah pinter, gak kayak lo yang blo'on, iya gak stev?" Ujar Vita sambil tertawa kecil.
Karena kesal, Clara menarik rambut Vita, membuat gadis itu meringis kesakitan."Lepasin woy!" Teriak Vita.
"Aduh.. Lepasin dong, kasian dia" Ujar Stevani.
"Gak, gak bakal gue ampunin dia. Dia udah ngeledek gue depan orang-orang" Ucap Clara yang masih menarik rambut Vita.
"Yah wajar aja depan orang-orang, lagian siapa suruh bawa orang kesini" Balas Vita.
Clara makin menarik rambut Vita dengan kencang.
"Kasih tau gak! Mana Rhaylene!" Teriak Clara."Gue di sini"
Pandangan mereka tertuju ke arah pintu masuk, Rhaylene masuk ke kelas, dia berjalan ke arah Clara. Clara pun segera melepaskan tangannya dari rambut Vita.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Rhaylene kepada Vita."Gak apa-apa sih, tapi sakit" Jawab Vita sambil memperbaiki ikatan rambutnya yang berantakan.
"Lo kalau punya masalah ama gue, lo harus selesain masalah lo itu sama gue, bukan sama temen gue, keliatan banget tau gak kalo lo tuh pengecut" Ujar Rhaylene, "Apalagi sekarang lo bawa antek-antek lo" Lanjutnya seraya melemparkan tas nya ke mejanya.
"So, mau selesain masalahnya di mana? Tengah lapangan? Atau disini?" Tanya Rhaylene.Clara berjalan maju mendekati Rhaylene, kemudian segera menoleh ke arah siswa/siswi yang memperhatikan mereka dari luar.
"Semuanya liat kan? Dia ini pembully, dan kalian tau? Orang yang dia bully bunuh diri gara-gara gak sanggup hadepin dia" Ucapnya, "Kalian mau liat foto cewek yang dia bully?" Tanya Clara.Mereka semua mengangguk, Clara menganggukkan kepala ke arah salah satu temannya, seolah mengerti, temannya itu membuka layar handphone nya, memperlihatkan foto seorang gadis di sana.
Rhaylene tetap santai, dia hanya mengikuti permainan Clara.
"Kasian ya, dia gak bisa bales dendam ke lo. Perlu gak ya gue balesin dendam dia ke lo?" Tanya Clara.
"Kasian banget nyebarin berita hoax, lo gak malu?" Tanya Rhaylene.
"Hoax? Lo mau lari dari kenyataan? Emang lo kan yang bunuh cewek itu" Ujar Clara.
Rhaylene tersenyum miring. Dia menatap Clara sambil melipat kedua tangannya di depan.
"Len, udah lah.. Gue takut lo di apa-apain ama dia" Bisik Stevani. Rhaylene menggeleng, "Ini masalah gue, gue bisa urus ini. Lo gak perlu khawatir" Balasnya.
"Lo tuh gak tau apa-apa Clara.. Gak usah sok tau kehidupan gue deh" Ujar Rhaylene.
Clara mendorong pundak Rhaylene, "Gue tau semuanya ya" Lagi, dia mendorong Rhaylene.
"Lo itu pembunuh" Ucapnya masih terus mendorong Rhaylene hingga hampir sampai ke arah papan tulis, "Munafik!" Lanjutnya, "dan terakhir, pembully"Brak!
Punggung Rhaylene menabrak papan tulis di belakangnya."Lo udah buat banyak masalah sama gue. Lo udah rebut apa yang gue mau!" Ujar Clara, "Sekarang saatnya gue kasih lo pelajaran"
Baru saja Clara hendak menampar Rhaylene, tiba-tiba saja Devan datang menahan tangannya. Devan datang bersama Aditya, dan juga Galang.
Kedua teman lainnya pun segera menghampiri Rhaylene."Siapa lo seenaknya dorong-dorong dia?" Tanya Devan yang masih menahan tangan Clara.
"Kalian semua percaya apa yang dia bilang?" Tanya Galang ke semua orang yang ada di sana. "Kalian bego kalau kalian percaya!" Tambahnya.
"Maksud lo apa lang?! Gue tau semuanya. Dia udah ngebully adek lo kan? Ampe adek lo bunuh diri, iya kan?" Tanya Clara dengan suara yang sengaja ia keraskan. Mendengar itu, semua orang disana terkejut, termasuk Devan, Vita, Stevani dan juga Aditya.
Devan melepaskan tangan Clara, dia menatap tak percaya ke arah Rhaylene.
"Nggak Dev, dia bohong. Gue gak bunuh adek nya Galang" Ucap Rhaylene. "Stev, lo tau semuanya kan? Bener kan gue gak bunuh siapapun?" Tanya Rhaylene, yang dibalas anggukan oleh Stevani."Orang yang kalian liat di foto emang adik gue.." Ucap Galang, yang membuat semua orang di sana bertambah terkejut "Tapi kenyataan yang kalian denger itu salah" Lanjutnya.
"Karina meninggal bukan karena di bully Rhaylene. Justru Rhaylene yang nolongin karina waktu dia ditindas di sekolahnya" Ujar Galang, dia menoleh ke arah Rhaylene, "Karina meninggal karena sakit, malah... Waktu karina sakit, Rhaylene yang gendong dia sampe rumah sakit" Lanjutnya, sambil menatap wajah Rhaylene.
.
.
.
TBC!!
Hayo pada penasaran gak nih???Jangan lupa tekan vote komen dan share ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENAGERS [✔︎]
Roman pour AdolescentsFOLLOW DULU BARU BACA!!!!! 𝙍𝙝𝙖𝙮𝙡𝙚𝙣𝙚: Bahagia rasanya ketika kita punya banyak sahabat yang tentunya bisa terus nemenin kita. Kayak Stevani, Vita, Galang, Aditya dan Devan. Kita semua berpasangan, yah.. Stevani sama Aditya, Vita sama Galang...