23. Kemping

19 4 0
                                    

Tak tak tak
Di malam seperti ini, suara pantulan bola basket terdengar.
Vita dan Galang lah yang memainkannya, sementara keempat teman lainnya tengah terduduk di depan tenda sambil menikmati segelas cokelat panas.
Padahal kemping ini hanya kemping kecil-kecilan, bukan di hutan, bukan di tempat yang benar-benar cocok ditempat kemping, melainkan hanya di sebuah tanah rerumputan yang luas dan sepi, tapi bagi mereka ini sudah cukup. Senang rasanya berkumpul bersama di tempat seperti ini.

"Yes masuk! Galang kalah!" Senang Vita saat berhasil memasukkan bola ke dalam ring.

"Masa kalah ama cewek sih lang!semangat bro!" Teriak Aditya dari seberang sana.

"Vit, gue bisa masukin bola ini dari sana" Galang menunjuk ke arah mobil yang terparkir cukup jauh dari ring.

"Serius lo? Coba kalo bisa" Ucap Vita.

"Kalo masuk, lo harus bilang iya ke permintaan gue yang satu ini" Kata Galang sambil memantulkan bolanya dan berjalan ke arah mobil.
"Guys, lo semua jadi saksi ya!" Teriak Galang.

"Sip" Kompak mereka berempat.

"Iya udah cepetan! Gue iyain asalkan bolanya berhasil masuk" Ujar Vita.

Galang mengangguk, tangannya memantulkan bola ke tanah, saat hendak melemparkan bola itu, Galang menoleh ke arah Vita.
"Gue mau lo jadi pacar gue!" Teriaknya setelah melemparkan bola itu.

Tak!

Bolanya memasuki ring kemudian terjatuh. Vita terkejut, sementara keempat teman lainnya tersenyum gembira begitu melihat bolanya masuk kedalam ring.

Galang pun berlari ke arah bola itu, dia mengambil bolanya dan segera berjalan ke arah Vita.
"Bolanya masuk, lo harus bilang iya" Ucapnya dengan nafas yang terengah-engah sehabis berlari.

Vita terdiam, beberapa saat kemudian dia menganggukkan kepalanya. Galang tersenyum senang masih dengan nafas yang terengah-engah. Keempat teman di belakang sana bertepuk tangan dan bersorak untuk mereka berdua.

"Boleh gue jujur?" Tanya Vita yang dibalas anggukan.
"Gue udah lama suka sama lo lang... Tapi gue gak punya keberanian buat ngomong ke lo.. Karena waktu itu lo cerita ke gue, kalo lo suka sama orang" Ucapnya.

Galang terkekeh pelan, dia maju dan mengacak-acak rambut Vita, "Orang yang gue maksud itu lo, Vit" Ucapnya.

"Aciee!! Jangan mesra-mesraan woy! Gue iri!! Gue iri!!!" Teriak Aditya dari sana.

"Ganggu aja lo, tuh ada pacar lo" Balas Galang.

"Gak romantis, gak pekaan, blo'on" Gumam Aditya.

Stevani tertawa kecil mendengarnya, hingga kemudian dia mencubit pipi Aditya.
"Lupyu" Ujar Aditya.

"Jijik gue lama-lama" Ucap Devan, dia bangkit dari duduknya.

"Bodo" Balas Aditya, setelahnya menjulurkan lidahnya meledek Devan.

"Pergi yuk len, disini orang pacaran semua" Ujar Devan.

"Kalian berdua emang gak ada niatan pacaran?" Tanya Vita seraya berjalan bersama Galang menghampiri mereka.

Mereka berdua terdiam. Rhaylene pun berdiri, "Mungkin belum saatnya. Semua juga butuh proses dan tentunya-"

"Gak instan, lo udah bilang itu ke gue" Kata Devan, memotong pembicaraan Rhaylene. Rhaylene terkekeh pelan, setelahnya berjalan pergi dari sana menuju ke arah danau kecil disekitar sana.
Rhaylene duduk dipinggiran danau itu, menatap kedepan sambil memejamkan mata. Beberapa saat kemudian, Rhaylene merasakan ada seseorang yang memasangkan earphones ke telinganya.
Rhaylene membuka matanya dan menoleh ke arah samping, Devan  duduk disana memakai earphones yang juga tersambung dengan earphones di telinganya.
Dia menyalahkan musiknya, mendengarkan musik itu bersama Rhaylene.

"I like your eyes you look away when you pretend not to care" Devan bernyanyi, matanya menatap ke arah Rhaylene yang tertawa akibat tingkahnya.

"Apaan sih, gak jelas.." Ucap Rhaylene.

"Kan lagunya emang gitu" Balas Devan.

"Iyain" Rhaylene tersenyum menatap ke arah depan.

Sudah cukup lama menghabiskan waktu di sana, akhirnya mereka kembali ke tempat masing-masing. Rhaylene naik ke atas rumah pohon, sementara Devan kembali ke tendanya. Sesampainya di atas sana, kedua temannya itu sudah tertidur. Rhaylene memilih untuk duduk di pojok dekat pintu. Matanya menatap ke layar handphone nya, melihat foto-foto dirinya bersama Devan disana.

"Dih apaan sih, ngapain juga gue mikirin dia, mending tidur" Gumamnya, setelahnya dia menutup matanya, masih dengan posisi yang duduk bersandar pada dinding rumah pohon.

.
.
.
TBC
Jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak ya guys,
Supaya author makin semangat dan makin rajin untuk lanjutin ceritanya..

See you next chapter..

TEENAGERS [✔︎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang