Tuhan tidak seburuk itu.
Adalah sebuah kenyataan yang saat ini selalu berputar di dalam kepala Levi. Awal takdir memang membuatnya mempertanyakan sebuah keadilan. Namun, sekarang, setelah tahu bahwa kebahagiaan membutuhkan waktu dan usaha, semua menjadi masuk akal. Mungkin ia tidak akan berada di titik ini jika Tuhan selalu mempermudah setiap jalan.
Waktu yang dilalui bersama Eren semakin banyak. Semua terasa menyenangkan. Usai pertemuan pertama setelah kerunyaman hati, keduanya menjadi lebih dekat lagi. Levi mulai tidak ragu untuk menghubungi terlebih dahulu. Begitu pula sebaliknya. Kini keduanya telah membangun sebuah komunikasi yang baik.
Di sisi lain, Eren juga semakin terbuka. Suatu hari ia mulai berani mengungkit masa lalu, membicarakan Frieda dengan senyum kecil menghiasi wajah. Pada saat itu, Levi akhirnya mengetahui seberapa penting sosok gadis tersebut di mata omeganya. Perlahan tapi pasti, Eren mulai berdamai dengan masa lalu yang kelam.
Sementara itu, Levi masih berusaha menjadi sosok alpha yang terbaik. Tidak hanya memberikan perhatian, tapi ia juga meluangkan waktu untuk bertemu dengan Eren. Tidak hanya sekali atau dua kali ia melakukan panggilan video bila rindu sudah tidak tertahankan lagi. Sekadar menatap langsung sepasang mata hijau yang selalu berbinar bahagia.
Intensitas pertemuan keduanya juga semakin sering. Hampir setiap malam minggu Eren akan berkunjung ke kantor sembari membawa makan malam. Mereka akan berdiam di dalam ruangan Levi. Menyantap makanan nikmat yang dibuat langsung oleh pemuda manis sembari berbincang.
Hal yang mungkin sesekali akan terjadi adalah Eren menginap di apartemen Levi. Menikmati waktu berdua untuk saling mengenal satu sama lain. Tidak ada aktivitas dewasa selain kecup pipi gembil yang menggemaskan. Levi jelas tidak ingin menyentuh seseorang tanpa izin. Pun, ia sudah berjanji akan melakukan sesi pendekatan ini dengan perlahan.
Maka, pria itu menahan diri. Sekuat tenaga. Meski insting alpha selalu membisikkan adegan nakal yang mungkin bisa ia lakukan dengan mudah bila mengeluarkan feromon. Membuat Eren tunduk secara paksa.
Namun, Levi menolak. Ia tidak ingin menjadi alpha yang ditakuti oleh omeganya. Ia ingin menjadi seorang alpha yang mampu memberikan rasa aman dan nyaman untuk remaja tersebut.
Kurang mendapatkan perhatian secara fisik, nyatanya tidak membuat kebersamaan terasa hambar. Levi jelas menikmati setiap detik yang ia lewati bersama dengan Eren. Bibir tipis menjadi lebih sering membentuk senyum kecil. Senyum yang terkadang luput dari pandangan sepasang mata hijau.
Pria pendek mulai berubah. Gunther menyebut Levi sedang dibuai oleh asmara yang membuat sifat dinginnya sedikit melunak. Sebuah fakta yang tidak mampu untuk dibantah, karena percaya atau tidak, Levi pun memiliki pemikiran serupa. Ia mulai sadar telah melakukan hal-hal yang dahulu tidak pernah terlintas di dalam kepala. Seperti menelepon Eren sebelum tidur hanya untuk mendengar suara manisnya atau memeluk tubuh ramping bila remaja tersebut sedang berada di apartemen.
Hingga tidak terasa pendekatan mereka sudah berjalan enam bulan.
Perlahan, Eren mulai menaruh kepercayaan kepada pria alpha tersebut. Tidak ada lagi mimpi buruk di masa lalu. Pandangan bahwa semua alpha di luar sana adalah makhluk mengerikan juga mulai pudar. Berkat bantuan Levi, ia belajar mengakui bahwa tidak semua alpha memiliki perilaku yang buruk.
Selain Levi, ada dua alpha lagi yang—menurut Eren—jauh dari kata bajingan.
Erwin dan Mike.
Dua alpha yang begitu ramah. Meski pada awal pertemuan Eren sempat merasa takut ketika Mike mengendus tubuhnya selama beberapa detik. Namun, kata-kata lembut Levi membuatnya tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet [Rivaere]
Fanfiction[BL] [BOY X BOY] Alpha dan Omega. Aku dan Dia. Ini adalah kisah kami, awal perjumpaan. Sebuah permulaan. Kisah yang membawa sebuah kebahagiaan. . . . Omegaverse AU. Rate T+. Romance. Drama. Age Gap. Slow burn. Levi x Eren. Top! Levi x Bottom! E...