002 - Them

5K 440 11
                                    

Mereka baru saja sampai dimision setelah pergi ke lotte word. Lisa benar benar membawa chaeyong untuk menaiki semua wahana yang ada disana. Kini mereka baru saja masuk ke dalam mansion. Selama perjalanan mereka kembali ke mansion atensi Lisa tak lepas dari chaeyong. Dia menatap kawatir kakaknya itu karena chaeyong lebih banyak diam didalam mobil. Lisa beberapa kali bertanya apa dia baik-baik saja dan selalu chaeyong jawab jika dia baik baik saja.

“unnie, kau benar tak apa?” tanya lisa yang untuk kesekian kalinya pada chaeyong. Sungguh sebenarnya lisa merasa bersalah akan sikap diamnya chaeyong karena lisa berfikir ini akibat dia mengajaknya menaiki wahana ekstrim dan pertama kalinya chaeyong mau melakukannya yang memang selalu chaeyong tolak jika dia mengajaknya.

Chaeyong menatap lisa dengan tatapan sebal karena sungguh chaeyong berfikir jika lisa benar benar berlebihan. Nyatanya memang chaeyong tidak apa apa, hanya saja ia merasa butuh sedikit jeda untuk mengembalikan dirinya kembali setelah dia melawan rasa takutnya akibat janjinya untuk menemani lisa.

“aku benar benar tak apa lisa, sungguh. Jangan kawatir.” Jawab chaeyong.

“ani, kau lebih banyak diam sejak kita kembali. Maaf karena memaksamu untuk menemaniku unnie.” Ucap lisa dengan nada bersalahnya.

“gwencana, aku hanya tidak menyangka akan menaikinya selama hidupku. Aku benar benar melawan rasa takutku lisa. Tapi aku baik baik saja, bahkan aku merasa hebat sekarang karenanya.” Jawaban chaeyong kali ini membuat lisa bernafas lega.

“sekarang ayo kekamar, aku ingin mandi.” Chaeyong yang langsung pergi menaiki tangga karena kamar mereka berada di lantai 2 diikuti oleh lisa.

***

Matahari pagi mulai memancarkan sinarnya menembul celah celah yang berada di area kamar chaeyong dan lisa. Suara alarm yang berbunyi juga sudah terdengar hanya saja bunyi itu hanya mampu membangunkan chaeyong. Chaeyong mulai mendudukan dirinya demgan mata yamg masih setengah terpejam. Tangannya menepuk tepuk lisa yang berada disisinya bermaksud membangunkan lisa.

“lisa-ya bangun. Aku ada kelas pagi hari ini. Kau akan pergi bersamaku atau ku tinggal saja?” suara chaeyong yang masih serak dikarenakan baru bangun dari tidurnya.

“hmm, kita pergi bersama unnie. Aku akan bangun, pergilah mandi lebih dulu.” Respon lisa yang masih betah dengan posisinya.

Chaeyong beranjak dari kasur berniat pergi untuk bersiap pergi ke kampus. Tentu saja tak lama dari itu lisa melakukan hal yang sama.

Setelah mereka bersiap, mereka turun untuk sarapan. Chaeyong yang lebih terburu buru karena memang dia mengejar kelas pagi membuat lisa kesal karena menarik tangannya dengan kencang.

“yak cepat lisa, aku tidak boleh telat karena kau. Kita harus sara.....” ucapan chaeyong tertahan ketika melihat persepsi 4 orang yang berada di meja makan.
Sama halnya dengan chaeyong, lisa juga dibuat terkejut dengan keberadaan 4 orang itu. Sampai mereka tak sadar jika mereka sudah berdiri cukup lama didepan orang orang itu hingga suara dari satu satunya pria di meja itu menyadarkan mereka, dia adalah kim siwon, ayah mereka.

“chaeng, lisa duduklah. Kenapa terus berdiri disana?” mereka berdua pun secara refleks menggangguk dan segera duduk di kursi untuk memulai sarapan mereka

4 orang di meja makan itu tersenyum melihat tingkah chaeyong dan lisa. Mereka memang kembar tapi bukankah lucu jika mereka melakukan gerakan yang refleks berabarengan seperti itu.

“kapan kalian kembali?” pertanyaan itu berasal dari chaeyong yang heran karena melihat ayah, ibu dan kedua unnie nya berada di meja makan pagi ini.
Ini adalah momen langka yang terjadi dimansion sejak kedua kakaknya itu resmi untuk mulai membantu mengurus perusahaan ayahnya 5 tahun lalu.

“appa dan eomma tiba tadi malam, tapi kalian sudah terlelap. Appa tak mau membangunkan kalian.” Kini suara kim yoona, ibu mereka yang terdengar melihat kedua putrinya dengan senyuman yang di balas ragu oleh chaeyong tetapi tidak dengan lisa.

Lisa hanya diam, ia tak berniat terlibat dalam percakapan mereka. Lisa memang menginginkan momen seperti ini, tetapi karena appa, eomma dan kedua unnienya disibukan dengan kegiatan mereka sampai mereka bahkan tak pernah mengabari atau menanyakan kabar jika itu tak ada sesuatu hal yang terjadi. Oleh karena itu lisa rasanya menjadi canggung untuk terlibat pembicaraan dengan keempatnya.
Mereka menjalankan sarapan tanpa ada yang berbicara cukup lama hingga suara siwon memecahkan keheningan yang hanya berisi suara dentingan sendok dan piring.

“jennie-ya, jisoo-ya bagaimana keaadaan kantor cabang? Semuanya baik baik saja?” keduanya mengalihkan atensinya pasa siwon

“eoh appa semuanya baik baik saja, aku dan jennie masih bisa menanganinya.” Jisoo yang menjawab pertanyaan yang siwon lontarkan.

Pembukaan pembicaraan yang siwon buat menjadi bembahasan panjang. Disana lisa mulai berfikir bahwa ini seperti bukan acara sarapan lebih tepatnya seperti meja rapat kantor ayahnya. Lama lama berada di antara pembahasan yang bahkan lisa dan chaeyong tak mengerti membuat lisa kesal yang berakhir dengan dia meletakan sendok dimeja hingga menimbulkan suara. Seketika mereka semua berali fokut menatap lisa yang mulai berdiri dari duduknya.

“chaeng-ah kajja kau bilang ada kelas pagi. Kau akan terlambat jika terlalu lama.” Lisa mengatakannya dengan nada datar sembari beranjak dari ruangan itu.

Chaeyong beranjak pergi menyusul lisa yang sudah lumayan jauh pergi. Kepergian si kembar tidak luput dari pandangan siwon, yoona, jisoo dan jennie.  Siwon menghela nafas melihat sikap anak bungsunya yang beberapa tahun terakhir ini lebih diam dan dingin terhadapnya, yoona, jennie dan jisoo.

“apa kita melakukan kesalahan?” pertanyaan itu terlontar dari jennie.

Mendengar pertanyaan jennie, yoona dan jisoo mengalihkan pandangannya yang memang tadi memandang kepergian sikembar beralih pada jennie.

“kurasa mengabaikan mereka adalah kesalahannya. Aku baru sadar bahkan kita tak menanyakan kabar mereka dan malah membahas pekerjaan di meja makan” setelah mengatakan itu jisoo juga pergi dari meja makan karena memang sudah selesai, dan dia akan ingin istirahat karena  memang ia dan jennie baru saja tiba pagi tadi.

Mendengar itu siwon baru menyadari hal itu. Sungguh sekarang dia berfikir betapa bodohnya dia yang bahkan tak tau situasi dan malah mengabaikan putri kembarnya.

“aku sudah selesai, aku akan istirahat. Aku duluan appa eomma.” Jennie pergi setelah mengecup pipi kedua orang tuanya yang di balas anggukan terta senyuman dan belayan lembut pada rambut jennie yang di lakukan oleh yoona.

Dulu rutinitas seperti itu selalu di lakukan oleh semua anaknya. Namun sekarang hanya jennie yang masih melakukannya, bahkan keempat putrinya sekarang sangat jarang terlibat percakapan layaknya kakak beradik.

“yoona-ya” ucap siwon lirih “apa aku salah dalam bertindak?” pertanyaan itu terdengar lirih di telinga yoona.

“bukan hanya kau. Kesalahannya ada pada kita berdua siwon-ah. Kurasa aku bukan ibu yang baik bagi mereka karena jarang sekali aku memperhatikan mereka.” Mendengar itu siwon merasa memang jika dia gagal menjadi seoarng ayah, bagaimanapun dia yang meminta kedua putri nya untuk membantu perusahaannya setelah mereka baru saja lulus dari studinya. Dia melakukannya karena memang siwon sudah tidak sanggup jika mengurusnya sendirian. Dia tidak memikirkan akibatnya akan seperti ini, terlebih pada perubahan sikap sikembar terutama lisa.

.
.
.
.
.
.
To be continue

Yeay i’m back.
Terimakasih yang udah sempet baca cerita gua🙏🙏







MY OLDER SISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang