Pintu kelas terus di gedor kuat oleh sekumpulan zombie di luar, membuat mereka tidak bisa menahan pintu nya lebih lama.
"Ce-cepat tinggalkan aku"
Kepala di geleng kuat, tanda ia tidak setuju dengan ucapan gadis berponi yang keukeh menyuruh nya pergi.
"Tidak! Jika pergi. Kita harus pergi bersama-sama!"
Suara tegas gadis bergigi kelinci tersebut membuat tiga sahabat nya terdiam sendu.
"Aku sudah terinfeksi" lirih nya membuat yang lain menatap nya tidak percaya.
"Jangan bercanda!"
Gadis berponi tersebut menangis diam, sungguh ia juga tidak ingin semua ini terjadi, ia juga masih ingin berjuang bertahan hidup lebih lama bersama sahabat nya. Tapi takdir berkata lain. Mungkin ini lah yang dinamakan pengorbanan. Iyah? Dia harus berkorban demi keselamatan sahabat nya.
Tangannya mulai bergetar hebat menahan gejolak sakit yang sungguh luar biasa.
Sedangkan engsel pintu kelas semakin merenggang tidak kuat menahan lebih lama.
"Aku mohon cepat lah pergi!"
"Unnie? Aku tidak mau meninggalkan mu"
Si gadis berkulit putih menatap teman di sampingnya sendu, sungguh ia tidak ingin ada yang berkorban lagi.
"Aku tidak bisa menahan nya lebih lama? Cepatlah!"
Pintu kelas semakin bergetar hingga membuat celah, tangan zombie semakin menerobos masuk mencakar apa saja yang ada di sekitarnya.
"Unnie? Pergilah. Kalian harus selamat meski tanpa ku. Aku akan menahan pintu ini sebisa ku"
Air mata meluruh tanpa permisi, tidak pernah ia bayangkan jika harus kehilangan sahabat seperjuangan nya, lagi?
Gadis berponi itu tersenyum, meyakinkan sahabat nya.
"Kenapa harus ada pengorbanan lagi?" gadis bergigi kelinci itu berucap lirih menatap gadis di samping sendu
"Demi keselamatan pasti akan ada yang berkorban. begitu pun dengan persahabatan pasti akan ada yang mengalah. Kalian semua harus selamat"
Gadis bergigi kelinci tersebut menggeleng dengan air mata yang terus mengalir. Ia tidak ingin kehilangan sahabatnya lagi.
"Bawa yang lain pergi Unnie" Ucap gadis berponi lalu tersenyum, senyum yang memancarkan kesedihan.
"Tidak Unnie! Kamu juga harus ikut!" bantah gadis berkulit putih tidak setuju, ia terus menolak, sungguh ia ingin semua sahabat nya selamat.
"Aku tidak mungkin ikut dengan kalian. Aku sudah terinfeksi!"
Tangannya di genggam erat, mereka semua tidak ingin ini terjadi. Kehilangan sosok sahabat tidaklah mudah bagi mereka.
"Pergilah. Aku sudah tidak kuat menahan pintu ini lebih lama"
Kepala tertunduk menahan sesak, tangannya sudah bergetar hebat menahan pintu yang semakin goyah. Matanya menatap dua sahabatnya sendu, dengan senyuman menahan tangis. Ia mengangguk untuk meyakinkan dua sahabat nya.
"Pergilah"
Dengan terpaksa dan perasaan yang hancur, si gadis bergigi kelinci menarik gadis berkulit putih. Meski ia juga tidak rela meninggalkan gadis berponi itu.
"Pe-pergilah"
"Tidak Unnie!?"
Gadis berkulit putih terus memberontak tidak ingin meninggalkan sahabat nya dalam keadaan seperti ini. Sampai sesuatu terjadi begitu cepat.
Bruggh!!Gruaarr!!
"Pergi!"Pintu kelas berhasil terbuka membuat sekumpulan zombie lapar langsung menerjang masuk.
"Tidak Unnie!?"
Hai guys? Gimana prolog nya?
Semoga kalian suka dengan fanfiction
Ku ini :)
Jangan lupa beri vote dan Coment
Untuk dukungan nyaSalam once:)
KAMU SEDANG MEMBACA
School In Life [END☑️]
Fanfictionsebuah virus aneh yang menyerang seluruh kota, membuat beberapa siswi sekolah menengah atas terjebak dalam gedung sekolah yang penuh dengan manusia yang haus dan lapar akan daging dan darah. akankah para siswi itu berhasil bertahan hidup di gedung...