02 : Rasa yang terpendam

267 106 112
                                    

🌺Happy Reading 🌺

Rasa ini masih tetap sama dan semoga tidak akan berubah sebelum saya mengucapkan janji suci di hadapan ayahmu nanti.

°°°

~MUHASABAH CINTAKU~

Nurmalasari980~

Benar nyatanya memendam itu adalah cara yang terbaik, untuk setiap rasa yang belum mampu untuk disampaikan secara langsung. Bahkan rasa yang terukir rapih sejak dulu, masih tetap sama dan tidak sedikit pun merubah. Hanif tersenyum kembali melihat wajah gadis yang tak sengaja ia temui di pelataran masjid.

Andai ada keberanian untuk berbicara dan sekedar bercerita singkat, seperti dulu. Mungkin ia akan lebih senang. Bayangan masa kecilnya dengan gadis itu selalu terlintas dalan ingatannya. Gadis itu masih tetap sama. Dan tidak ada yang berubah darinya selain usia dan wajahnya yang semakin cantik dan menawan.

Hanif, memang memendam rasa terhadap Habibah sejak dulu. Semasa ia menuntut ilmu disini dan tak sengaja berkenalan dengan gadis itu. Awalnya ia sedikit terusik karena Habibah kecil terus meledek dirinya sebagai pria yang cemen karena tidak bisa memanjat pohon di halaman mudi. Dan dari sejak itu mereka cukup dekat, meski setiap bertemu hanya ada pertengkaran atau bahkan saling mengejek.

Jika di ingat kembali, rasanya Hanif ingin tetap berada di masa itu. Ingin selalu berdekatan dengan gadis itu meski selalu di hiasi dengan pertengkaran. Tapi jujur Hanif sangat merindukan itu semua. Boleh kah ia meminta agar Habibah bisa menjadi teman hidupnya?

"Rasa ini masih tetap sama dan semoga tidak akan berubah sebelum saya ucapan janji suci di hadapan ayahmu nanti."

Hanif tersadar saat dirinya melantur tak jelas. Ada seseorang yang mengucapkan salam. Ia pun mempersilahkan orang itu untuk masuk. Dan ternyata orang itu adalah ning Nisya, putri dari pemilik mudi ini.

"Ada apa ning?"

"Afwan, ana di minta memanggil antum untuk ke ndalem sama Abah."

"Oalah, baik. Syukron ning. Nanti saya akan segera kesana."

Ning Nisya mengangguk lalu berpamit untuk melanjutkan tugasnya,mengajar. Diri nya sedikit seneng setelah menemui putra dari sahabat Abahnya itu. Yang tak lain adalah gus Hanif, anak dari Kyai Jafar. Sejak dulu Nisya memilik rasa terhadap Hanif. Namun, ia belum ada keberanian untuk mengatakan sejujurnya kepada kedua orang tuanya. Mungkin jika itu terjadi, ia akan segera di nikahi oleh Hanif.

Tapi, Nisya tau bahwa hati Hanif bukan untuknya. Lagi pula ia tidak akan berlama-lama disini. Akan ada waktu ia menutup mata. Namun, untuk menghilangkan rasa itu tidak lah mudah. Sejak dulu hingga kini masih tetap sama.

***

Di ndalem sudah ada Habibah dan yang lain, mereka semua sedang menunggu seseorang yang mereka sendiri tidak tau siapa orang itu. Karena Abdullah hanya ingin mempertemukan mereka disini,tanpa menyebut kan siapa namanya.

Pintu terketuk dan menampakkan seorang pria. Dia membungkuk dan menundukan kepalanya. Habibah yang masih sibuk bercerita dengan sang kakak belun terfokus dengan kehadiran pria itu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Mari gus masuk."

"Enggeh Bah."

"Silahkan duduk gus."

Gus Hanif pun duduk, tatapan tak sengaja tertuju kepada Habibah. Degupan jantungnya mulai bergejola tak karuan. Rasanya sangat canggung dan sedikit risih,karena sudah lama tak bersitatap seperti ini.

"Jadi gini gus. Saya ngumpulin kalian disini buat rencanain sesuatu."

"Apa Bah?"

Abdullah pun menjelaskan semua rencana yang ia persiapkan untuk putri satu-satunya. Dan mereka semua serempak setuju, mengikuti arahan yang diberikan oleh Abdullah.

***

Setelah pulang dari mudi, Habibah dan Hanifah kini terduduk santai di tuang televisi. Abi dan ummi nya tidak ada dirumah karena ada urusan mendadak yang harus mereka selesaikan. Dan itu bukan masalah bagi mereka berdua, saat di tinggal berdua dirumah.

Habibah dan Hanifah akan menyuri kesempatan untuk bisa makan mie instan kesukaannya. Karena memang jika abi dan umminya di rumah, mereka tidak ada kesempatan untuk memakannya. Bahkan mie-mie itu akan di buang semua jika ketahuan di depan mata orang tuanya. Memang berlebihan, tapi jelas kedua orang tuanya ingin yang terbaik untuk anaknya.

Sebagai orang tua, sudah pasti khawatir jika terjadi apa-apa sdengan anak-anaknya. Terlebih saat Habibah keracunan mie sejak itu. Hisyam sangat sangat melarang bahkan tak segan membuang mie di dalam rumahnya. Dan saat kejadian itu Hisyam serta Mariah semakin protektif kepada kedua putrinya itu.

"Bah, apa enggak ketahuan?"

"Enggak, kalo kakak enggak ngomong ke Abi."

"Tapi kalo abi nanya, kakak jawab apa?"

"Ish, pake nanya lagi. Bilang aja mie nya di gondol kucing. Terus nanti langsung di cuci mangku sama alat masaknya biar enggak ketahuan."

"Kamu tau kan kakak enggak bisa bohong. Apalagi sama abi."

Habibah melupakan sesuatu, kakaknya ini sangat jujur dan tidak bisa berbohong begitu saja. Lalu ia pun menghela nafas panjang. Lagi pula mienya sudah mau matang, masa iya dia membuangnya. Sayang dan jatuhnya mubazir.

Mie telah siap di hidangkan. Namun, Habibah dan Hanifah masih menimbang-nimbang memakannya atau tidak. Tapi dalam hati kecil Habibah, sangat ingin melahap mie itu sampai habis. Apa lagi telor dan irisan cabe itu sangat mengoda. Minta cepat-cepat di makan.

"Udah ah, aku mau makan." Sebelum Habibah melahap nya. Tangan Hanifah menahannya.

"Jangan Ibah."

"Ish, mubazir kak. Kasihan tuh mie nya nanti nangis kalo enggak di makan."

"Iya juga sih. Yaudah deh yuk kita makan aja. Tapi nanti ajarin kakak bohong yah."

Habibah menepuk jidadnya, frustasi. Jangan-jangan mereka tertukar. Mengapa bisa kakaknya sangat polos sedangkan dia sangat terlihat nakal. Habibah hanya membalas wajah polos sang kakak dengan senyuman manisnya.

Mereka sangat menikmatinya, hingga ia lupa dengan larangan kedua orang tuanya. Biarlah nanti ia akan menjelaskan nya atau bahkan berbohong apa yang tadi di sarankan oleh Habibah. Yang jelas Hanifah cukup diam dan mengiyakan apa kata adiknya.

"Assalamualaikum,paket."

"Bah itu siapa?"

"Kakak tanya aku, terus aku tanya ke siapa?"

"Yaudah kamu buka gih, kakak mau beresin ini semua sama mau cuci piring."

"Oke deh." Habibah berjalan menuju pintu.

Setelah ia membuka pintu, ia terkejut karena.... Tidak ada siapa-siapa. Dan Habibah pun memastikan kembali dengan berjalan keluar sampai di depan gerbang rumahnya. Namun, yang ia temui adalah buket bunga mawar kesukaannya tergeletak di luar gerbang rumahnya.

Ia pun mengambil nya dan melihat buket bunga tersebut mencari tau siapa yang malam-malam mengirimkan buket ini. Bulu kuduknya merinding. Lalu masuk kedalam rumah, dengan terbirit-birit sambil berteriak.

"Kak Ifahhhhh...."

Bersambung...

Plis ajaran nya Ibah jangan di tiru, bohong tetap aja dosa yah. Jadi buat kalian yang suka bohong hati-hati aja😂, buat hiburan aja deh kepolosan sih Ifah yang masyaAllah gemesin.

Terimakasih buat dukungan dan semangatnya

Ambil baiknya buang buruk nya:)

📝27/03/2021

Muhasabah CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang