16. The Facts

556 34 3
                                    

Warning!!! Mengandung kata-kata yang tidak pantas ditiru!

****

"Seperti pengecut. Aku bukan apa-apa,tanpanya." - Kenzo.

****

"Woi,mana Adel?"tanya Tama sambil berjalan menuju sofa yang ada di ruangan tersebut.

Kenzo menatapnya seolah bertanya,"Maksudnya?"

Tama dengan santai menjawab,"Lah iya,kan tadi lo yang nyuruh gue bilang ke dia kan?"

Tama beralih menatap Kenzo,"Lo yang nyuruh gue tadi,masa lupa sih"

"Iya,cuman dia belom kesini."balas Kenzo.

"Lah?serius?"tanya Tama seperti terkejut.

"Ya kalo ada,dia ada disini sekarang sama lo."balas Kenzo lagi.

Kenzo berjalan kearah sofa dan ikut duduk disebelah Tama.

"Emang kenapa"tanyanya.

Sambil memegang bahu Kenzo,Tama berkata,"Bro serius. Barusan gue ngecek dikelasnya udah gak ada. Makanya gue langsung kesini,karena gue kira dia udah sampai disini."

Kenzo menyingkirkan tangan Tama dari bahunya,"Mungkin dia pergi kemana dulu kali."

"Kaga,tadi dia langsung kesini kok."

Mereka berdua diam sejenak.

Lalu saling menoleh satu sama lain.

"Apa jangan-jangan?"duga Tama.

Kenzo langsung bangkit dari tempat duduknya.

"Emang bangsat,gak ada kapoknya."

Kenzo tanpa aba-aba langsung keluar dengan amarah yang memuncak,dan disusul oleh Tama yang mengikutinya.

Sesampainya dikelas Adel,Kenzo langsung masuk begitu saja,tanpa memerdulikan ada guru yang sedang mengajar disitu.

"Ketok,lalu salam dulu Kenzo."tegur guru itu.

Kenzo tidak memerdulikannya,pandangannya menyita seluruh isi kelas.

Kenzo memerhatikan seluruh murid dikelas itu,namun tidak ada Adel.

Namun,ada tas nya.

Bisa Kenzo simpulkan,kalau ia tidak pulang atau ada acara mendadak.

"Adel mana?"tanya Tama ke orang yang duduk didekat pintu.

Orang tersebut kemudian menjawab.

"Gatau Tam,soalnya ini aja dia gamasuk kelas."

"Gamungkin dia bolos sih,kalo sakit juga tadi udah ada yang ngecek di UKS tapi kaga ada."lanjutnya.

Kenzo yang tau ini ulah siapa,tanpa sepatah katapun ia keluar,lalu menuju kelas seseorang.

"Lo bakal abis hari ini sama gue."

****

"Apaan sih anjing!"

"Demi Tuhan,bukan gua."

Kenzo menarik kerah baju Echal yang sudah lemas bersimbah darah.

"Terus kalo bukan lo,siapa lagi?" tekan Kenzo.

Echal melirik kearah Tama.

"Lo tanya temen lo,tadi pagi aja gue samperin Adel karena gue kangen dia."ucap Echal.

"Gue gak se-dongo itu nyakitin cewe yang gue sayang."lanjut Echal.

Kenzo menghela nafas dan menghempaskan tubuh Echal,Echal pun tersungkur ke lantai.

Echal berusaha bangun dan membersihkan tubuhnya.

Echal menghela nafas berat,"Gue punya alesan kenapa dulu gue ngecampakin Adel."

Ucapan Echal membuat Kenzo beralih pandang cepat kewajah Echal.

"Gue sayang tulus sama dia,tapi gue gabisa kontrol nafsu gue juga sebagai cowo.Mau gak mau gue cari pelampiasan nafsu gue,dan kebetulan sahabat Adel sendiri yang nusuk dia dari belakang."

Echal mengambil rokok dari sakunya,dan menyalakannya.

"Asal lo tau,Tessa sendiri yang nawarin diri ke gua."

"WOW!"Reflex Tama,yang membuat Kenzo menoleh dan menatapnya sinis.

"My bad,sorry."ucap Tama.

"Lanjut"perintah Kenzo.

Echal menghempuskan asapnya sambal mengangkat bahunya,"Ya gitu."

"Akhirnya Adel tau,terus yaudah gue harus pura-pura gue udah gasayang dia,dan campakin dia."

Echal menambahkan senyum sesal didalam nadanya berbicara.

"Tapi gue tau,itu hal terbodoh yang pernah gue lakuin sih."sesalnya.

"Jaga dia baik-baik bro kalo emang lo serius sama dia. Jangan tolol kayak gua yang mentingin nafsu sampe harus kehilangan sosok tulus dihidup gua."nada Echal mulai melemah.

Ya,dari sini kita bias memahami.

Bahwa tidak semua lelaki brengsek,dan tidak bias berubah.

Mereka semua bisa,jika ada kemauan.

Mereka juga manusia yang punya rasa penyesalan,dan berhak mendapat pengampunan.

Tuntun,jika memang ia masih layak kamu perjuangkan.

Kesabaran tidak mungkin membuahkan pengkhianatan.

"Gue bisa bantu cari Adel,kalo lo butuh gue."ucap Echal final.

"Sepertinya dalang dari semua ini ga jauh-jauh dari orang yang benci sama dia."

****

Hujan yang turun membasahi bumi semesta.

Semesta menangis seolah semua beban disalurkan.

Tak mengenal tega dengan seorang gadis yang masih terjebak dalam pohon tersebut.

Malam yang gelap pun,menambah suasana yang mencekam bagi Adel.

Tubuh yang penuh Lebam.

Noda darah masih berbekas di baju seragam.

Dan kesadaran yang mulai menipis.

"Ku harap jika memang waktunya,aku mati dalam pelukan yang tulus."

Dan dalam beberapa detik kemudian,kesadaran Adel hilang.

****

Fsdini

30 November 2020

Jakarta,Indonesia

Vote,comment and share <3

Look At Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang