****
"Setidaknya aku tidak pernah kehilangan diriku sendiri."-Adel.
****
Sudah seminggu berlalu sejak Adel meninggalkan,ah atau lebih tepatnya angkat kaki dari yang mereka sebut rumah. Namun tidak bagiku.
Kalau kalian ini tanya,kabarku baik.
Disini aku cukup bahagia,ya setidaknya aku tidak tertekan seperti kemarin-kemarin.
Disini aku sekarang.
Bisa kalian tebak sendiri aku dimana.
Yap! benar.
Aku berada di apart Kenzo.
Tenang aku bukannya matre,tapi kalian tau sendiri seperti apa pacarku yang garang.
Flashback on
Aku memasuki taksi yang sudah ku pesan,lalu mengambil handphone yang ada ditasku.
Tanpa berfikir Panjang aku langsung menekan nomer Kenzo.
"Halo,kenapa sweety?"tanya suara lembut itu dari sebrang sana.
Aku tersenyum kecil,masih ada yang menghargai keberadaanku didunia ini.
"Bisa rekomendasiin kos-kosan yang aman tapi murah gak?"tanyaku
"Maksud kamu?"tanya suara itu kebingungan.
"Kamu ada saran gak,buat aku tinggal. Aku pergi dari rumah,aku ingin hidup mandiri mulai sekarang."jelasku.
"Kamu dimana sekarang?"dengan suara menggebu-gebu dan khawatir.
"Lagi ditaksi sih,gatau mau kemana."
"Kasih telfonnya ke supirnya."perintah laki-laki itu.
Adel Nampak bingung namun ia tetap melakukan apa yang disuruh.
"Pak permisi,ini mau bicara sama bapak."ucap Adel.
Supir itu mengambil handphone di tangann Adel,"Oh iya non."
"Halo"sapa supir taksi itu.
"Oh iya mas,oke."ucap supir taksi itu,lalu membalikan handphone Adel.
Adel mengambil handphonenya lalu mengecek,dan ternyata masih tersambung.
"Halo ken?"panggilku.
"Aku udah kasih tau supirnya apart aku,nanti aku tunggu lobby.Aku yang bayar. Bye sweety,see you."
Belum sempat aku membalasnya,telfon itu sudah mati.
Aku menghela nafas,ah memang anak itu suka seenaknya sendiri.
Flashback off.
Ya,begitulah mengapa aku ada disini,saat ini.
"Hey sweety,ngelamunin apa hayo"berasa langsung ada lengan kekar yang memelukku dari belakang.
"Ih kamu ngagetin aja."dumalku.
Kenzo hanya tertawa kecil sambil mencium kepalaku.
"Rambut kamu wangi,aku suka."
Kenzo tidak sampai disitu ia mencium tengkukku juga,geli.
"Ken..."tegurku.
"Hehe maaf,abisnya kamu wangi. Aku sayang deh."balasnya sambil cengengesan.
Lalu aku beralih membalikan badan dan bersandar di dadanya.
"Aku udah ngelamar kerja di Janji Manis,mulai besok aku kerja."jelasku,.
Wajah Kenzo langsung menunjukan bahwa ia tidak menyukainya.
"Ngapain sih kamu kerja?Lagi pula kan kamu masih sekolah del."ucap Kenzo dengan tajam.
Aku mengambil tangan Kenzo dan mengelusnya.
"Aku butuh duit juga Ken,lagipula aku shift-shiftan kok.Masih bias sekolah."jelasku lembut.
"Aku ada. Udah gausah,aku yang bilang nanti sama perusahaannya."
Kenzo bangkit dari duduknya,ingin berjalan kearah kamar mandi.
Namun sebelum itu,mungkin ia tau aku akan protes. Jadi ia membalikan badan dan berbicara,"Aku ganerima penolakan."ucapnya sambil tersenyum manis lalu mengedipkan satu matanya.
Jujur,aku ingin marah,namun ia sangat lucu,Tuhan.
Aku tersenyum sendiri.
"Terimakasih Tuhan,telah memberikan alasan mengapa aku masih bertahan sampai saat ini."
****
Keesokan harinya aku dan Kenzo tetap bersekolah seperti biasa.
"Eh,lo denger gak nanti bakal ada anak baru. Cowo cewe."
"Hah masa iya?"
"Iya,katanya adek kakak mereka.Baru pindah gitu dari luar negeri."
"Cakep gak nih?"
"Gue tag ah buat gue kalo cakep."
"Ye asep.Cewe mulu lo."
"Lah emang lo gamau ama cowonya?cakep katanya."
"Lah ayo,gas terus gua mah selagi ganteng."
Sebenarnya Adel tidak ingin mendengar obrolan Asep dan Ijah,namun jika mereka berdua bergosip ria,Adel berani taruhan sekelas bias mendengarnya.
Mereka bukan seperti bergosip berdua,namun rame-rame.
Adel tidak memperdulikan mereka lalu langsung duduk ditempat duduknya.
Tidak lama kemudian guru masuk,dan ia bersama laki-laki yang familiar dimataku.
"Anak-anak,kalian kedatangan teman baru. Kamu silahkan memperkenalkan diri."
Laki-laki itu mengangguk keguru tersebut,lalu menatap kearah teman-teman kelasnya.
"Perkenalkan nama saya Fabrizio Marcopolo,biasa dipanggil Zio. Saya pindahan dari Sydney .Salam kenal semuanya."
Tatapan laki-laki itu jatuh kepadaku,ia menatapku.
Tatapannya masih seperti dulu.
Masih seperti 6 tahun yang lalu.
"Baik kamu boleh duduk."
Zio melangkah kearah bangku yang kosong,dan sialnya itu dibelakang bangku Adel.
Ia duduk dengan tenang dan langsung mengeluarkan sesuatu dari tas nya.
"Lama tidak bertemu,Lia." bisiknya sambil memberi Adel sesuatu yang berasal dari tasnya.
"White chocolate,right? I miss you,so bad."
****
Fsdini
23 Desember 2020
Jakarta,Indonesia
Vote,comment and share
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me!
Roman pour AdolescentsPLEASE, DON'T COPY MY STORY! **** Bagaimana rasanya tidak dianggap oleh keluargamu sendiri? Bagaimana rasanya dikhianati oleh pacar dan sahabatmu sendiri? Bagaimana rasanya dikucilkan dan tidak diperdulikan? Bagaimana rasanya menjadi yang selalu...