****
"I,m always here,for you."-Kenzo
****
"Dalam 5 menit kalo emang lo masih gamau ngaku juga,siap-siap aja jadi gelandangan ya."
Kenzo mengeluarkan ponselnya,bersiap-siap menelfon seseorang.
"Dikira gue takut sama anceman lo?"tantang cewe didepannya.
Kenzo tersenyum sinis,"Oh ya? try me."
Ya benar,Tessa dan kawan-kawannya lagi.
Flashback on.
"Kira-kira tahan berapa lama dia disitu?"tanya Chaca.
Tessa sambil memainkan rambutnya dengan manja,"Sebentar lagi juga mati"
"Anak kayak dia,gak pantess hidup."tambah Tessa dengan penuh kebencian.
"Oh ya?siapa?"
Suara itu pun sontak membuat Tessa dan teman-temannya terkejut.
"Siapa!?"bentak laki-laki itu.
Tessa semakin berjalan mundur,karena lelaki didepannya sudah sangat murka dan bersiap-siap untuk mengulitinya hidup-hidup.
"Berapa kali gue bilang jangan sekali-kali lo sentuh cewe gue."
Tessa berhenti dalam langkahnya,dan memajukan badan agar depan-depanan dengan Kenzo.
"Gue benci dia. Dan gue mau dia mati."ucap Tessa jelas.
Secara otomatis tangan Kenzo langsung terkepal,namun ia tetap diam dan secara tidak langsung mengisyaratkan Tessa untuk melanjutkan penjelasannya.
"Dia dapet semua yang dia mau ken."ucap Tessa sinis.
Dia beralih dari tatap-tatapan dengan Kenzo menjadi memutari tubuh Kenzo perlahan.
"Emang lo gak pernah penasaran,kenapa dia diperlakukan kek gitu sama keluarganya?" Tessa berhenti sejenak.
Lalu berlari kecil sampai kedepan Kenzo lagi dan ingin memegang wajah Kenzo namun ditepis.
Tessa tersenyum smirk lalu mendekati tubuh Kenzo,lalu beralih ke arah kuping Kenzo.
"She's a murderer."
Kenzo terkejut namun segera menutupinya,ia ahli dalam hal itu.
Tessa menjauhkan badannya dari Kenzo.
"Dulu dia sama kayak anak dan keluarga lainnya,bahkan sangat disayang. Tapi 1 kecelakaan yang ngebuat dia dibenci sama keluarganya."
"Kecelakaan itu,harusnya dia yang mati. Bukan kembarannya."
"Sahabat gue,Ressa. Itu kembarannya Adel." suara Tessa yang tadi menggebu-gebu langung berubah.
"Gue pun terpaksa sahabatan sama dia,karena itu permintaan terakhir Ressa ke gua."
Tessa tersenyum sinis membayangkan kejadian tragis dulu yang menimpa sahabatnya.
"Tapi gue tetep gabisa. Gue benci sama Adel."
"Dan yang pasti,gue pengen dia yang mati."ucap Tessa yang menutup ceritanya.
Kenzo masih mencerna semua yang dikatakan Tessa,dan untungnya ia dengan cepat memahami segala situasi ini.
"Jadi sekarang secara gak langsung,lo ngaku kalo lo yang macem-macemin Adel lagi?"tanya Kenzo dengan tatapan yang tajam.
Tessa hanya tersenyum dan mengangkat bahu acuh."Gue gak tau apa-apa tuh.Emang Adel kenapa?"tanyanya sambil pura-pura memelas seolah khawatir.
"Oh masih gamau ngaku?"tanya Kenzo lagi.
Tessa mengangkat bahu lagi dan tetap diam.
Kenzo menoleh kearah Chaca dan Siska,"Lo juga pada gamau ngaku?"
Chaca dan Siska hanya mengisyaratkan agar Kenzo menanyakan langsung ke Tessa.
"Ok,gue akan pakai cara gue sendiri."
Flashback off.
****
Adel terbangun dari sadarnya dan ia sudah bisa menebak ia ada dimana.
"Sweety?Kamu udah sadar?"
Adel menoleh kearah dari mana asal suara tersebut,disitu lagi dan lagi Kenzo yang menyelamatkan nyawanya.
Entah ia sudah berapa kali bisa mati,namun lagi-lagi Kenzo menahannya.
"Baby?"
Panggilan Kenzo membuyarkan lamunannya.
"Aku gapapa,makasih ya."ucap Adel lirih.
Kenzo langsung duduk disampingnya dan meraih tangan Adel untuk digenggam.
Sambil tersenyum Kenzo berkata,"Udah jadi kewajiban dan tugas aku untuk ngejaga kamu."
Adel hanya tersenyum kecil,"Apa keluargaku juga akan mencemaskan ku seperti ini?Sepertinya mustahil."batin Adel.
"Hei."
"Kamu ngelamun mulu dari tadi. Mikirin apa sih sweety?"
Adel melirik kearah tangannya yang sedari tadi tidak berhenti di genggam dan dielus Kenzo.Dan Kenzo menyadari itu.
"Kenapa?"tanya Kenzo lagi dengan nada yang lembut.
Adel mulai memikirkan kejadian-kejadian dulu lagi,andai saat itu ia yang mati,apakah orang-orang akan tetap saying kepadanya.
Mengingatnya saja sudah membuat dada Adel sesak.
"Kenapa kamu gak biarin aku mati?"tanya Adel tiba-tiba.
Kenzo yang mendengarnya terkejut dan sangat terlihat tidak suka.
"Kamu ngomong apa sih. Aku gak suka kamu ngomong kayak gitu."ucap Kenzo dengan terang-terangan menunjukan ketidak sukaannya.
Adel menatap langit-langit rumah sakit dengan sendu.
"Kamu gak tau apa-apa."mulai Adel.
Adel menghela nafas berusaha menutupi sesak didadanya,namun tidak bisa.
Perlahan air matanya turun membasahi pipinya.
"Del,kenapa kamu nangis?"tanya Kenzo yang langsung panik dan ingin berdiri mencari tisu namun ditahan Adel.
"Sebentar del,aku mau cari ti--"omongan Kenzo yang belum selesai itu dipotong oleh Adel.
Adel menoleh kearah Kenzo,dan Kenzo sangat sakit melihatnya.
Dari tatapan itu Kenzo merasa bahwa Adel sangat menyimpan banyak beban sendiri selama ini.
"Aku seorang pembunuh."ucapan itu tiba-tiba saja keluar tanpa aba-aba dari mulut Adel.
Diiringin dengan tangisan yang semakin memecah kesunyian diruangan tersebut.
Kenzo langsung memeluk Adel erat tanpa aba-aba.
"Aku tau,dan aku tidak peduli apa kata orang-orang."
"Aku cinta kamu del."
Dan dari sini Kenzo bertekad,akan mencari tau semua tentang Adel dan menjaganya dengan seluruh tenaga,waktu dan harta yang ia punya.
Karena baginya sekarang,Adel adalah hidupnya.
****
FsdiniKamis,3 Desember 2020
Jakarta,Indonesia
Vote,comment,and share.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me!
Ficção AdolescentePLEASE, DON'T COPY MY STORY! **** Bagaimana rasanya tidak dianggap oleh keluargamu sendiri? Bagaimana rasanya dikhianati oleh pacar dan sahabatmu sendiri? Bagaimana rasanya dikucilkan dan tidak diperdulikan? Bagaimana rasanya menjadi yang selalu...