Hai, gimana kabarnya?
Udah siap baca cerita ini?
Siap spam komen?
Happy reading📖❤
1. Mulainya kehidupan baru
Anak lelaki yang masih berusia 14 tahun kini tengah memeluk dirinya sendiri. Berharap dengan cara itu, ia dapat menghangatkan tubuhnya dari angin malam.
Malam ini cuaca tampak dingin. Seperti ingin hujan, tetapi di usir oleh angin. Dan ingat, angin malam tidak baik untuk kesehatan. Terlebih jika tubuh kalian sensitif, maka jika kalian keluar malam lebih baik memakai jaket. Lebih baik waspada daripada kalian sakit nantinya.
"Aku lapar, tapi aku gak punya uang." monolog anak lelaki itu yang tak lain adalah gibran.
Gibran mengedarkan pandangannya ke penjuru jalanan. Saat ini ia sedang berada di bawah jembatan layang. Ia kabur dari rumahnya karena sudah tidak sanggup dengan siksaan sang ayah.
Untung saja tadi, ada kesempatan bagus untuk dirinya melarikan diri dari rumah. Tunggu, apa pantas bangunan itu di anggap rumah? Bukankah rumah tempat untuk berpulang? Namun nyatanya, Gibran tidak merasakan bahwa bangunan itu tempat untuk dirinya berpulang.
Ia sama sekali tidak dapat melawan saat sang ayah menyiksanya. Ia hanya bisa pasrah terhadap keadaan. Dan sekarang, ia berhasil kabur dari siksaan kejam sang ayah.
Gibran berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya kearah penjual nasi goreng. Mungkin pedagang itu berhati baik akan memberikannya makanan. Walaupun ia yakin sebelum itu terjadi, pastinya ia akan dihina terlebih dahulu. Yah, penampilan nya sekarang sudah seperti gelandangan.
Namun, saat gibran tengah menyebrang jalan, dari arah kiri terdapat sebuah mobil Bugatti yang tengah melaju sangat kencang.
Citt.
Gibran memejamkan matanya saat mobil itu hampir menabraknya. Gibran tidak takut. Ia justru senang jika hari ini adalah hari terakhirnya. Namun sepertinya itu tidak terjadi.
"Hei. Kamu gak papa?" gibran membuka matanya ketika mendengar seseorang Memanggilnya. Di hadapannya kini ada seorang perempuan yang memiliki kecantikan bak dewi yunani. Wajahnya seakan dibentuk sedemikian rupa oleh sang kuasa. Baru kali ini Gibran dapat melihat perempuan secantik ini. Itu membuat Gibran merasa terperangah.
"Maafin kakak. Kakak gak sengaja." Terlihat raut penyesalan di wajah perempuan itu. Dan kata-katanya juga terlihat sangat tulus.
"Ia. Gak papa kak. Aku juga salah. Seharusnya aku lihat-lihat dulu kalau nyebrang."
"Ada yang sakit?"
"Enggak kok kak." Dusta Gibran.
"Kenapa kamu bisa ada disini? Orang tua kamu mana?"
Gibran menundukkan kepalanya ketika queen menanyakan hal itu. Membahas orang tua, membuatnya sensitif. Bahkan jika bisa, ia enggan membahas perihal itu. "Aku kabur dari rumah kak."
Perempuan itu tersentak. Entah kenapa dia merasa jika anak yang ada di hadapannya kini memiliki nasib yang sama dengan dirinya. Di benci oleh keluarga sendiri. Ia merasa Dejavu
"Kamu belum makan?" gibran menggelengkan kepalanya.
"Yaudah. Ikut kakak yuk! Kita makan bersama." ajak perempuan itu.
"Gak perlu kak. Aku takut malah ngerepotin kakak." tolak gibran halus.
"Kakak gak merasa di repotin kok. Kakak malah seneng kalau bisa bantu orang. Kamu mau kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN [TAMAT]✓
Teen Fiction[ PART MASIH LENGKAP! HARAP FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA. ] - Kita sama namun tidak bisa bersama - #2in_Keterpurukan [3/5/21] Alexander Gibran Pranadipta. Pemuda yang memiliki nasib beruntung karena bisa menjadi adik angkat dari ora...