Hai semuanya, gimana kabarnya?
Siap baca part ini?
Siap spam komen?
Oke, happy reading 📖❤
11. Hane dan Galang.
Hane mengedarkan pandangannya ke penjuru arah. Hari mulai gelap, tetapi ia harus membeli gula di minimarket. Dia bukanlah orang kaya yang bisa menyuruh asisten rumah tangga untuk membeli perlengkapan dapur. Ia harus membelinya sendiri karena tidak mungkin ia mengandalkan ibunya. Ibunya pasti kelelahan karena membantu ayah mencari uang. Ia tidak mau menambah beban ibunya. Apalagi dengan hal sepele seperti ; membeli gula.
Menghela nafas kasar ketika ia sadar bahwa gang yang ia tempuh kini sangat sepi. Ia mempercepat langkahnya supaya dapat sampai ke minimarket dengan aman. Sedari tadi ia merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Ia berusaha untuk terus berpikir positif.
Gadis itu mengelus dadanya lega ketika sudah memasuki minimarket. "Alhamdulillah, akhirnya sampai juga. Lebih baik gue cepat-cepat ambil gula nya. Biar gak kemaleman sampai rumah." monolog hane.
Ia menghampiri rak yang terdapat gula. Dengan segera ia mengambil gula itu dan membayarnya ke kasir. Setelah selesai membayar gula nya, hane keluar dari minimarket tersebut.
Hane menghela nafas gusar ketika mengingat ia akan kembali melewati gang yang gelap dan sepi itu. Pikiran nya selalu melayang kemana-mana. Ia takut ada sesuatu buruk menimpanya.
Akhirnya, ia merogoh saku celana jeans nya dan, sial! Dia lupa membawa ponselnya. Sekarang bagaimana ia meminta galang menjemputnya. Ia sungguh tidak berani melewati gang itu lagi. Tetapi jika tidak, ia tidak akan sampai ke rumahnya.
"Duh, gimana ini." dengan terpaksa hane kembali melewati gang itu.
Sampai sini masih aman karena ia belum menapaki kakinya di gang yang gelap dan sepi itu. Dan kakinya mulai bergetar saat ia sebentar lagi akan sampai di gang itu. Tidak ada jalan lain selain gang itu untuk menuju ke rumahnya. Hanya gang itulah satu-satunya jalan. Sayangnya, saat malam gang itu sangat sepi. Konon, katanya ada beberapa preman yang sering berada di situ pada malam hari. Mengingat itu membuat hane semakin ketakutan.
"Hai cantik, sendirian aja nih?"
What? Lihatlah sekarang, apa yang dipikirkan nya kini terjadi. Di hadapannya ada tiga orang preman berbadan kekar. Kalung rantai melekat di leher mereka, dan tato yang memenuhi tangan serta kaki mereka.
Hane memejamkan matanya. 'Ya Allah, tolonglah hane. Hane janji akan rajin shalat, gak bolong-bolong lagi.' batin hane.
"Heh, serahin duit lo ke kita!" bentak salah satu preman itu.
"Saya nggak punya duit bang. Tolong lepaskan saya." mohon hane seraya menyatukan kedua telapak tangannya.
Preman pertama menyeringai. "Kalau lo gak punya uang-" ucapan preman itu menggantung, dia menelisik struktur tubuh hane. "Maka berikan tubuh lo buat kita, dan lo akan selamat."
Dengan cepat hane menggelengkan kepalanya. Mana mau dia memberikan tubuhnya seenak itu. Dia bukanlah perempuan murahan, camkan itu!
"Jangan bang, saya mohon."
Preman kedua berjalan mendekati hane. Dia menarik paksa tangan hane. Hane terus memberontak, selama ia masih hidup tidak akan ada yang boleh menikmati tubuhnya kecuali suaminya kelak!
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN [TAMAT]✓
Jugendliteratur[ PART MASIH LENGKAP! HARAP FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA. ] - Kita sama namun tidak bisa bersama - #2in_Keterpurukan [3/5/21] Alexander Gibran Pranadipta. Pemuda yang memiliki nasib beruntung karena bisa menjadi adik angkat dari ora...