Hai, gimana kabarnya?
Siap baca part ini?
Siap spam komen?
Oke, happy reading📖❤
7. Pulang bareng.
Para siswa siswi SMA QAHS sudah bergegas untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka saling berebut untuk keluar dari kelas.
"Ngapain lo?" hane memicingkan matanya kepada gibran yang sudah nangkring di depan kelas XI Ipa 1.
"Jemput my love dong." ucap gibran dengan senyum yang merekah.
"Siapa?"
Tak lama angel dan ziva keluar dari kelas sambil menggendong tas mereka masing-masing. Gibran langsung mencegat angel ketika ia ingin berlalu begitu saja. "Tunggu dong."
Angel menghentikan langkahnya, ia berbalik untuk menghadap kearah gibran. Gadis itu menaikkan salah satu sudut alisnya. "Apa?"
"Pulang bareng gua."
"Gak bisa. Aku bawa mobil, nanti mobil aku gimana?" tanya angel.
Gibran menghela nafas jengah. "Gua anter pakai mobil lo deh. Nanti pulangnya tinggal gua telfon bodyguard gua."
Angel memutar bola matanya malas. Susah emang kalau ngomong sama sultan. Gibran itu termasuk jejeran orang yang sangat menyukai praktis. Tidak mau susah.
"Terserah deh."
Gibran tersenyum kemenangan. Ia menautkan jarinya ke jari angel lalu menggandeng gadis itu menuju parkiran. Senyumnya semakin lebar ketika gadis itu tidak memberontak.
"Eh, mau lo bawa kemana temen gue!" teriak ziva dan hane.
Tanpa memperdulikan teriakan dua orang gadis di belakangnya, gibran tetap membawa angel ke parkiran.
Setelah sampai di mobilnya angel ia meminta gadis itu untuk menyerahkan kunci mobilnya. Setelah itu ia membukakan pintu sebelah pengemudi untuk angel. Ketika angel sudah duduk dengan nyaman ia kembali menutup pintu itu dan berjalan kearah kursi pengemudi.
Gibran menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Jika saja dia berkendara sendiri pasti ia akan kebut-kebutan. Tapi, kali ini tidak. Ia tidak ingin membuat angel takut.
"Lo tinggal sama siapa aja di rumah?" gibran yang tidak menyukai keheningan pun bersuara.
"Bunda."
"Bokap lo?"
Deg.
Entah kenapa ketika gibran menanyai ayahnya angel merasa tidak nyaman. Karena nyatanya keluarganya tidak se harmonis itu. Ayahnya selalu pergi-pergi an. Dan jika pulang terkadang sang ayah membawa wanita asing. Itu membuat bundanya sakit hati.
Walaupun bundanya bilang ayah selalu memperhatikan mereka setiap hari, tapi ia tahu bahwa bunda nya itu berbohong. Nyatanya ayahnya sama sekali tidak peduli kepada dirinya dan mamahnya. Ia dan mamahnya hany dianggap sampah yang menjijikan oleh sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN [TAMAT]✓
Fiksi Remaja[ PART MASIH LENGKAP! HARAP FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA. ] - Kita sama namun tidak bisa bersama - #2in_Keterpurukan [3/5/21] Alexander Gibran Pranadipta. Pemuda yang memiliki nasib beruntung karena bisa menjadi adik angkat dari ora...