10. Taman matahari

1.4K 161 11
                                    

Hai semuanya, gimana kabarnya?

Udah siap baca part ini?

Siap spam komen?

Oke, happy reading 📖❤

Aku bakalan update setiap hari senin dan kamis.







10. Taman matahari.

Angel merapihkan peralatan tulisnya dan memasukkan nya kedalam tas. Sudah lima menit yang lalu bel pulang berbunyi. Hane dan ziva sudah pulang terlebih dahulu. Setelah selesai ia berberes, ia mengayunkan kakinya keluar dari kelas. Saat ia akan berbelok ke kanan tiba-tiba ada yang mencekal tangannya.

"Tunggu ngel." ucap gibran seraya mencekal pergelangan tangan angel.

Angel menatap datar gibran. "Apa? Aku mau pulang."

"Gua mau ajak lo ke suatu tempat."

"Aku gak mau."

"Please. Sekali aja lo nurut sama gua. Gua yakin lo pasti suka sama tempatnya." mohon gibran.

"Aku bilang enggak ya enggak!" bentak angel.

Tanpa menghiraukan ucapan angel gibran segera menarik gadis itu menuju mobilnya. Lalu ia mendorong pelan angel supaya masuk ke dalam mobilnya. Ia berjalan kearah kursi pengemudi dan menutup pintu dengan keras.

Gibran menatap tajam angel yang memalingkan wajahnya ke jendela mobil. "Gua gak suka dibantah ngel. Jangan buat gua kasarin lo."

"Ini namanya pemaksaan."

"Nggak. Kalau aja lo nggak nolak gua, gua gak bakal kasarin lo kayak tadi." ucap gibran.

Angel berdecih pelan. "Cih, kamu egois."

Gibran mencengkram setir pengemudi dengan kuat untuk menahan emosinya. Buku-buku jarinya memutih. Ia tidak mau sampai berperilaku kasar kepada angel untuk kedua kalinya.

"Maaf udah buat lo takut. Sekarang lo nurut ya." lirih gibran seraya mengusap lembut rambut angel.

Angel menatap balik manik mata gibran. Gadis itu mengangguk pelan.

"Good girl." gibran menyalakan mesin mobilnya.

Setelah dua puluh menit menempuh perjalanan. Akhirnya mereka sampai di sebuah tempat. Tertulis plang 'Taman Matahari' di atas tempat itu. Dari dalam mobil mereka berdua dapat melihat bunga matahari yang tumbuh subur disana.

"Ayo turun." ajak gibran.

Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan beriringan menuju pintu karcis. Tangan gibran yang setia melingkar di pinggang ramping angel. Angel tidak mempermasalahkan itu, ia tidak bisa berbohong bahwa ia merasa nyaman dan aman.

"Mbak, saya beli dua karcis." ucap gibran kepada penjual karcis itu.

"Siap mas."

Tak lama dua lembar karcis diberikan kepada gibran. Gibran mengambil selembar uang berwarna biru lalu memberinya kepada penjual karcis itu. "Kembaliannya ambil saja mbak."

GIBRAN [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang