Jungkook masih memperhatikan Yerim yang dengan nyamannya bergelung di dalam dekapannya. Tubuh keduanya terselimuti dengan rapat. Kaki Jungkook juga memeluk erat kedua kaki Yerim yang dirapatkan guna memberikan kehangatan.
Jungkook memainkan cincin permata yang menghiasi jari manis kiri Yerim. Selain bom, Jungkook juga memasang alat kontrol kadar oksigen, jantung dan tekanan darah pada cincin Yerim. Dirinya berusaha semaksimal mungkin memastikan Yerim tak akan sakit seperti sebelumnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 7, tapi Jungkook belum juga beranjak dari baringnya. Masih terus memandangi istrinya sejak 2 jam lalu dirinya membuka mata. Setelah semalam selesai dengan kegiatan yang menguras seluruh tenaga Yerim, Jungkook memaksa Yerim untuk makan malam terlebih dahulu. Mungkin terlalu lelah atau pengaruh penenang, Yerim tak membantah saat Jungkook mengambil alih tugas menyuapinya.
Pintu kamar yang diketuk berhasil membuat Yerim meleguh pelan. Matanya masih tertutup rapat enggan terbuka, tetapi telinganya menangkap suara yang ada disekitarnya.
"Bangun sayang, waktunya sarapan." Yerim membuka matanya cepat, mendorong mundur Jungkook karena terkejut dengan keberadaan pria yang bertelanjang dada didepannya.
Kekehan Jungkook membawa Yerim mundur beberapa jam. Wajah, telinga hingga lehernya merona merah.
"Selamat pagi sayang, aku mencintaimu." Memanfaatkan keterkejutan Yerim, Jungkook memberikan ciuman dan hisapan dalam pada bibir Yerim. Dan melepaskannya sebelum Yerim sadar pula.
"Ayo mandi. Aku akan membantumu." Dengan santainya Jungkook bangkit, Yerim berteriak kencang dan menyembunyikan dirinya kedalam selimut.
Gila! Bagaimana bisa Kim Yerim?! Geram Yerim dalam hati. Bagaimana bisa kau melakukan itu Kim bodoh Yerim!!
"Sayang, ayo mandi."
"Menjauh!" Teriak Yerim, Jungkook malah terkekeh berkacak pinggang melihat gumpalan selimut di atas ranjangnya.
"Nanti, sekarang kau harus mandi." Jungkook mengangkat serta selimut yang menutupi seluruh tubuh Yerim. Matanya sempat melihat bercak merah-kecoklatan yang tercetak jelas di atas seprainya. Tanpa sadar, Jungkook melebarkan senyumnya.
"Lepas! Aku bisa mandi sendiri!" Yerim memberontak didalam gendongan kokoh Jungkook.
"Sial! Lepas brengsek!"
"Ssttt. language sayang." Membuka pintu bathroom, Jungkook melangkah kearah bathup. Meletakkan gumpalan selimut berisi istri mungilnya dengan gerakan perlahan dan lembut.
"Ayo mandi."
"Aku bisa sendiri! Urus saja dirimu sendiri!" Jungkook semakin melebarkan senyumnya.
"Kita bisa ma—"
"Diam!"
"Oke, cepat lepas sayang. Kau bisa sakit kalau terlalu lama di dalam sini." Jungkook berusaha menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh istrinya.
"Tolong. Aku bisa sendiri."
"Oke." Jungkook berjalan mendekati tempatnya mandi, bersebelahan dengan bathup yang diisi oleh tubuh Yerim.
Yerim menajamkan telinganya, suara air terdengar. Menunggu setidaknya 15 menit dengan posisi yang sama, berbaring miring dengan selimut yang masih menyelimutinya. Suara air di matikan terdengar.
"Aku sudah selesai, sekarang giliranmu. Ayo sayang mandi." Yerim menahan cengkramannya dengan erat saat Jungkook kembali berusaha membuka perlindungannya.
"Shit! Aku bisa sendiri! Pergi sana!" Tawa renyah Jungkook sampai pada gendang telinganya, membuat jantung Yerim berdebar lebih cepat.
"Oke, berendam dengan air hangat sayang, tekan saja tombol berwarna hijau. Jangan terlalu lama." Jungkook mencium gulungan selimut yang tepat menutupi kepala Yerim, kakinya lalu dilangkahkan ke arah ruang sebelah, yaitu walk in closet. Kali ini dirinya membiarkan Yerim sendirian, karena Jungkook jelas tau betapa malunya seorang Jeon Yerim setelah pergulatan yang terjadi semalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
end | Play the Game
Fanfiction"Let's play the game my ass! Aku yang akan memegang kendali." Jeon Yerim, si istri Jeon Jungkook.