Jungkook sampai di dalam kamarnya tepat saat jam menunjukkan pukul 10 malam. Yerim sudah tertidur dengan tubuh yang sepenuhnya tertutupi selimut, berada diposisi yang sama yaitu menghadap pintu balkon. Tadi Jungkook sempat beberapa kali menelpon istrinya itu, saat masih ada Jennie juga disana. Selesai makan siang, pukul 3 sore dan menjelang makan malam. Di waktu itulah Jungkook menelpon Yerim. Melihat lewat cctv rasanya tak cukup, Jungkook butuh untuk mendengarkan suara Yerimnya.
Jungkook menyelesaikan rutinitasnya terlebih dahulu sebelum ikut berbaring diatas ranjang. Pakaiannya berganti menjadi piyama panjang yang nyaman. Merebahkan tubuhnya disisi Yerim, seperti biasa Jungkook akan memutar tubuh Yerim. Menghadapkan Yerim kearahnya.
"Aku mencintaimu." Jungkook mengecup kening, hidung dan bibir Yerim beraturan, tapi mendiamkan bibirnya lebih lama di atas bibir milik Yerim. Merasa tak sabar, Jungkook sedikit mengangkat kepalanya, bertumpu pada sebelah lengannya dan lengan lainnya menahan wajah Yerim. Pria itu sibuk mencium dan menghisap keras bibir Yerim.
"Nghh..." tangan Yerim berusaha menyingkirkan sesuatu yang menganggu wajahnya.
"nnghh.." Leguhan Yerim membuat Jungkook semakin kuat menghisap bibir bawah milik istrinya itu saat kedua matanya itu mulai mengerjap pelan.
"Hey, sayang." Yerim mengerutkan kedua matanya, berusaha memperjelas wajah pria yang berada tepat di atas wajahnya. "Aku membangunkanmu." Ujar Jungkook tenang.
"Apa yang Tuan lakukan?" Yerim mengangkat kedua tangannya, menahan wajah Jungkook yang siap menempel padanya. "Menciummu tentu saja."
Jungkook merubah posisi sepenuhnya, merangkat tepat di atas Yerim yang sudah ia rubah pula posisinya menjadi berbaring lurus. Belum sempat memprotes, Jungkook melanjutkan aksinya.
Kedua kaki Yerim yang bebas menendang dengan brutal, tangannya juga berusaha mendorong dada Jungkook di atasnya. Gerakan yang dibuat Yerim malah membuat Jungkook semakin menambah gerakan cepat menyesap bibirnya. Teriakan tertahan di mulut Yerim memudahkan Jungkook menerobos masuk, lidahnya mengabsen satu persatu gigi yang ada di dalam rongga mulut Yerim.
"Aaa!" Jungkook melepaskan pangutannya. "Kau boleh menggigitku sayang, tapi jangan menggunakan terlalu banyak tenaga. Nanti aku tak lagi bisa menciummu."
"GILA!" Teriak Yerim, nafasnya terengah berat. "Kau bisa membunuhku!"
"Mana mungkin aku membunuhmu, saat kau yang selalu mencoba membunuh dirimu sendiri." Ujar Jungkook santai, Yerim semakin menggeram marah dibawahnya. "MENYINGKIR!" Masih berusaha mendorong tubuh besar pria itu diatasnya, Jungkook malah tertawa melihat usaha keras Yerim.
"Badanmu terlalu kecil sayang, tenagamu bahkan lebih kecil dari bobot tubuhmu." Jungkook menurunkan lagi kepalanya, siap menyatukan kembali bibirnya dengan bibir Yerim.
"Jangan cium orang tanpa izin!" Teriakan Yerim terdengar tertahan karena kedua tangannya beralih menutupi bibirnya.
"Ok. Kembali tidur." Jungkook berbaring kembali, memposisikan Yerim berada di dalam dekapannya. Memberontak beberapa kali, Yerim pasrah saat Jungkook mulai mengancamnya.
"Aku mencintaimu." Jungkook menghirup dalam harum rambut Yerim yang berada tepat di bawah dagunya. Tak melepaskan dekapannya itu walaupun Yerim terus menggeram kesal meminta di lepaskan.
"Bisakah Tuan kembalikan ponsel saya? Saya harus membayar tagihan. Sudah jatuh tempo." Suara Yerim terdengar pelan, karena posisi kepalanya ditempelkan paksa di dada Jungkook.
"Jangan dipikirkan, cepat pejamkan matamu."
"Hutang itu bisa bertambah banyak kalau tidak dengan segera di bayarkan." Jelas Yerim.

KAMU SEDANG MEMBACA
end | Play the Game
Fanfiction"Let's play the game my ass! Aku yang akan memegang kendali." Jeon Yerim, si istri Jeon Jungkook.