Lima belas

2.5K 306 34
                                    

Yerim merengut duduk di sisi ranjang milik si Suami, sedangkan Jungkook bersedekap di ujung meja kerjanya terus menatap Yerim.

"Kau sedang sakit. Lebih baik tak usah datang."

"Aku bukan sakit." Pembicaraan keduanya terus berputar pada pembatalan sepihak Jungkook dan penolakan Yerim. Terus seperti itu sejak 10 menit yang lalu.

"Tapi kau emang sakit."

"Aku hanya datang bulan Jungkook! Berapa kali harus aku bilang!" Kali ini Yerim menaikkan suaranya, karena terlalu lelah mengulang jawaban yang sama.

"Kau pucat."

"Aku pucat karena kurang terkena matahari." Balas Yerim sengit.

"Lebih baik ki—" Yerim bangkit dengan menghentakkan kaki, menghampiri Jungkook yang belum juga mengalihkan pandangannya dari Yerim.

"Sayang." Keluh Jungkook karena kakinya ditendang Yerim dengan kencang. Sedangkan si istri berbalik kesal masih terus menghentakkan kakinya. Kali ini Yerim menghampiri sisi ranjangnya, menelungkupkan kepalanya diatas bantal dan mulai terisak.

"Yerim.." Jungkook mendekati ranjang saat melihat punggung Yerim yang bergetar samar. "Oke, kita pergi." Ucapan Jungkook sukses membuat Yerim berbalik dengan cepat. Tangan Jungkook menghapus air mata yang mengalir di pipi Yerim, matanya berganti sendu saat melihat hidung dan mata Yerim yang memerah.

"Aku minta maaf, aku hanya cemas."

Ketukan dipintu menghentikan aksi tangan Jungkook. Badannya di kedepankan mengarah ke headboard dan menekan tombol disana. Pintu terbuka dengan Joohyun dan Taehyung yang serasi mengenakan pakaian putih hitam menyambut pandangan Yerim dan Jungkook.

"Cepat Jeon!"

"Ada apa dengan Yerim?" Taehyung dan Joohyun melemparkan kalimat yang berbeda.

"Istriku sedang sakit, tapi dia memaksa untuk pergi." Joohyun menatap cemas Yerim yang wajahnya memerah. "Kalau memang sakit, kamu harus beristirahat saja Yerim." Joohyun masuk dan mendekati Yerim.

"Aku hanya datang bulan eonni." Yerim mununjuk Jungkook penuh permusuhan, "Pria ini terlalu berlebihan!"

Joohyun menahan Jungkook yang ingin menyangkal dengan menarik Yerim bangkit. "Ayo aku bantu merias."

"Disana saja." Jungkook menunjuk pintu ruang pakaiannya. Joohyun menurut dan membawa Yerim masuk.

Taehyung bersandar pada tembol disisi pintu. "Tumben kau mengizinkannya keluar?"

"Yerim menangis." Jawaban singkat Jungkook berhasil membuat Taehyung tersedak salivanya sendiri.

"Ahh, Jimin akan membawa Seulgi." Jungkook masih menatap Taehyung dengan datar. "Masalah yang melibatkan Jimin sudah selesai, dan Seulgi terus merengek untuk di pulangkan." Lanjut Taehyung, walaupun ia tau Jungkook tak ingin tahu, tapi dirinya tetap membeberkan alasan kepulangan Seulgi.

Tak juga menjawab, Taehyung diam beberapa menit sebelum teringat hasil pencariannya. "Mengenai pembicaraan kemarin malam, aku sudah mendapat beberapa informasi. Dia hacker Jeon, independent." Taehyung tak melihat perubahan ekspresi pada wajah Jungkook, semakin menguatkan pendapatnya bahwa Jungkook sudah mengetahui segala informasi yang ia dapatkan. "Dia tak memiliki pengaruh apapun, bukan dari kalanganku. Hanya orang biasa yang diberi Tuhan rasa pantang menyerah yang tinggi dan kejeniusan. Dia tak memiliki darah Kim yang kau maksud, bukan dari silsilah keluargaku atau Kim lainnya juga."

Pintu walk in closet terbuka. Bersamaan dengan kalimat terakhir dalam laporan Taehyung. "Kibum bukan siapa-siapa." Berbeda dengan Jungkook yang memandang Yerim penuh cinta, perempuan itu malah terpaku saat mendengar nama yang terucap dari bibir Taehyung.

end | Play the GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang