Jennie mengetuk pintu dan membukanya saat mendengar sahutan samar dari dalam kamar. Setelah menunggu 3 jam lamanya, Jennie diizinkan bertemu dengan Yerim yang katanya tidak dalam keadaan yang prima. Gadis mungil itu duduk bersandar pada headboard ranjang.
"Hai Yerim.." sapa Jennie. "Ku dengar kau tidak sedang dalam keadaan yang baik. Apa yang kau rasakan sekarang?" Jennie memutari ranjang dan sampai di samping Yerim, tubuhnya di dudukkan pada pinggiran ranjang dengan mata masih memandangi Yerim lwmbut.
"Aku baik-baik aja." Jennie memandangi gadis di depannya itu curiga, tangannya bergerak menuju dahi yang terbuka lebar karena Yerim menggulung rambutnya keatas.
"Hangat, apa yang kau lakukan semalam?"
"Berendam." Balas Yerim pelan. "Berendam?"
"Ya eonni, Jungkook bilang aku harus berendam. Katanya aku terlalu banyak terbangun saat tidur." Jennie tak menahan senyuman yang timbul di kedua sudut bibirnya saat mendengar Yerim menyebut nama Jungkook yang biasanya disebut dengan Pria itu.
"Lalu bagaimana tidurmu semalam?"
"Biasa aja?" Jawab Yerim ragu. "Tapi memang aku merasa lebih pulas. Aku juga ingin menanyakan ini pada eonni, kenapa Jungkook bilang aku gelisah dan sering terbangun? Apa ada masalah dengan kesehatanku?"
"Ini hanya efek ingatanmu yang kembali, kau merasa gelisah tanpa sadar karena apa yang ada diingatanmu. Semua akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu Yerim. Kau hanya perlu berusaha untuk mengiklaskan dan menerima." Ujar Jennie. "Bossku itu sudah memberimu apa? Obat? Atau vitamin?"
"Vitamin, tadi setelah makan jam 8 aku diberi vitamin dan kembali tidur."
"Masih merasa kedinginan?" Yerim menggeleng. "Sudah lebih baik, terima kasih." Jennie membalasnya dengan senyuman sumringah.
Terjeda beberapa detik, Yerim menatap tepat di manik Jennie. "Eonni, apa yang harus ku lakukan?"
"Apa aku harus seneng menjalani sisa hidupku disini? Atau aku harus pergi dan mencari kebahagiaanku?" Lanjut Yerim.
"Bagaimana dengan pertanyaanku kemarin." Yerim menyerngit bingung mendengar pertanyaan yang Jennie berikan. "Menurutmu, apa yang bisa membuat orang mau terus menjalani hidupnya?" Jennie kembali memberikan pertanyaan yang dilontarkan kemarin.
"Orang lain? Entah. Mungkin untuk bertahan? Atau uang? Atau kebebasan?" Jawab Yerim masih beradu pandang dengan Jennie.
"Lalu, apa yang membuatmu ingin terus menjalani hidup?" Yerim terpekur diam, pertanyaan Jennie menyentak kencang di hatinya. Kenapa aku menyia-nyiakan hidupku selama ini?
"Seperti jawaban yang kau berikan, tiap orang memiliki tujuan dan alasan yang berbeda untuk terus menjalani hidupnya. Serumit apapun masalah yang kau atau orang lain hadapi saat ini, memiliki tujuan juga Yerim. Untuk membentuk kalian menjadi manusia yang lebih baik. Dengan apa yang terjadi, semua yang tak sesuai dengan harapan dan ekspetasi. Mungkin semua makhluk akan menyalahkan Tuhan juga Alam karena takdir yang tak sesuai. Tapi pernahkan kau berpikir bahwa apa yang terjadi padamu saat ini karena kehendak dan skenario terbaik yang bisa di berikan olehNya pada semua makhluknya?"
"Setiap makhluk, manusia bahkan hewan. Sudah memiliki garisnya masing-masing Yerim. Tentu saja dengan jalannya sendiri. Ada yang senang—" Jennie memanjangkan kata terakhirnya jenaka. "..ada juga yang sedih dan terpuruk tapi akhirnya bangkit dan menjadi orang-orang yang hebat."
"Garis milikmu mungkin tidak lurus, banyak lika-liku. Tapi kau bisa membuat jalanmu lebih indah Yerim. Dengan menerima semua yang terjadi. Kau, bahkan aku tak bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Mungkin bossku bisa, kamu tau maksudku." Jennie kembali menambahkan jenaka diakhir kalimatnya. "Tapi kau malah akan menyesal kalau Jungkook ikut campur dari awal. Mungkin kau memang akan disayangi amat sangat oleh Ibu dan Ayah, tapi lagi. Kamu akan sadar bahwa itu semua bukan apa yang harusnya terjadi. Sakit yang kamu rasa akan lebih dari pada yang kau rasakan sekarang."

KAMU SEDANG MEMBACA
end | Play the Game
Fanfiction"Let's play the game my ass! Aku yang akan memegang kendali." Jeon Yerim, si istri Jeon Jungkook.