Empat belas

2.3K 310 23
                                    

Yerim sudah kembali ke rumah, setelah ke rumah abu tadi, Yerim di bawa menuju butik dan hanya mencoba beberapa pakaian yang cocok untuk Yerim gunakan. Tentunya atas persetujuan Jungkook, karena Yerim hanya berhasil mencoba 5 potong baju dengan potongan sopan. Padahal ada satu baju berwarna hitam yang cukup menarik di mata Yerim, tapi perancang itu mengatakan bahwa Yerim hanya diizinkan memilih diantara 5 potong pakaian yang sudah dipilih Jungkook.

Lalu keempat SUV itu sampai di rumah pukul 1 siang, saat sampai Yerim di giring ke ruang makan yang salah satu kursinya sudah diisi oleh Joohyun. Mereka makan dengan tenang diselingi obrolan tentang pekerjaan yang belakangan ini sedang dikerjakan Taehyung dan keenam pria lainnya, tapi semua terhenti karena Karina berhasil mengintrupsi keduanya. Pelayannya itu menggiring Yerim ke kamarnya untuk istirahat. Tentu saja lagi-lagi Jungkook yang memerintahkan. Joohyun hanya mampu tertawa kecil melihat Yerim yang memajukan bibirnya tapi tetap mengikuti perintah Jungkook.

Well, setelah di rumahkan 3 pekan, tanpa melakukan apapun. Membuat Yerim merasa lelah hanya karena perjalanan darat yang memakan sedikit waktunya dan juga mood yang tiba-tiba menurun membuat rasa lelah Yerim bertambah lebih terasa. Setelah berhasil sampai di kamarnya, berganti baju dan membersihkan diri sekucupnya, Yerim tertidur pulas sampai jam menyentuh angka 5 lebih. Yerim berhasil bangun pun karena Karina yang membangunkannya. Mengingatkan bahwa dirinya harus berendam.

"Nyonya, air sudah siap. Saya permisi." Yerim yang masih berusaha mengumpulkan seluruh nyawanya hanya mengangguk samar. Tangan sebelah kanannya malah bergerak menggaruk jemari kirinya. Seakan tersadar oleh sesuatu, Yerim membuka matanya lebih lebar.

"Cincin ini tak meledak saat aku keluar. Apa dia berbohong?" Yerim memperhatikan berlian yang menjadi mata dari cincin dilingkaran jari manisnya.

Dering telepon membuat Yerim melompat cepat, menghampiri meja kerja Jungkook dengan tergesa karena mengingat ia memang menunggu telepon itu.

"Halo Yerim, kali ini kamu mengangkatnya dengan cepat menunjukkan bahwa kau tak sabar menanti kebebasanmu." Yerim berusaha mengatur nafasnya ditempat. "Acaranya akan dilakukan di gereja yang ada di Seoul. Aku akan mengeluarkanmu dari sana. Tepat saat hari pernikahan Dokter Jennie dan Dokter Kai. Pukul 9 pagi, saat pemberkatan."

Yerim masih mendengarkan dengan seksama. "Aku akan mengutus orang menjemputmu. Ikuti dia, perempuan dengan jepit rambut ungu."

"Siapa kau?"

"Yerim, bukankah lebih menyenangkan kalau kau mengetahuinya nanti? Kita perlu bertatap muka supaya perkenalan awal kita lebih berkesan." Yerim menegang saat mendengar tawa aneh di ujung teleponnya. "Aku berjanji akan mengeluarkanmu dari sangkar emas seorang Jeon Jungkook. Aku akan memberimu kebebasan."

"Siapa kau? Apa tujuanmu sebenarnya?" Tawa pria di sebrang sana semakin kencang, kali ini di tambahkan dengan suara tepuk tangan membuat mood buruk Yerim kembali muncul.

"Aku hanya ingin membantumu Yerim, ikuti saja semua perkataanku. Dan kau akan mendapatkan kebebasanmu kembali." Suara pria itu berubah datar. "Waktuku habis. Dan Yerim, aku Kibum. Aku tak sabar bertemu denganmu Yerim.." panggilan terputus, dan seperti mengulangi kejadian dua hari lalu pintu kamar Yerim diketuk kencang disertai pertanyaan apa semua baik-baik saja.

Kaki Yerim dilangkahkan menuju bathroom setelah menjawab bahwa dirinya baik-baik saja, guna menyelesaikan ritual sorenya sejak beberapa hari terakhir yang selalu ia lakukan.

end | Play the GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang