Dua hari berlalu sejak Yerim yang luruh dari pijakannya. Jungkook bersikap seperti biasanya, seolah tak ada yang terjadi. Dan Yerim kembali bersikap pasif, hanya mengikuti semua yang di perintahkan Jungkook. Setelah merasa dirinya sudah baik-baik saja, semua lenyap saat dirinya kembali menyaksikan kejadian yang sama untuk yang kedua kalinya. Jungkook dengan mudahnya menembak perempuan itu—Wheein seperti Jungkook menembak Dokter Sungkyung.
Yerim kehilangan orientasi.
Dipikirnya sudah kebal dengan semua perilaku Jungkook yang selalu semaunya, tetapi ternyata kenyataan berkata lain. Dua hari itu pula Yerim menolak bertemu dengan siapapun, Seungwan, Jennie, bahkan Sooyoung dan Doyeon. Yerim hanya bertatap muka dengan Jungkook. Saat sarapan, makan siang atau makan malam Yerim selalu menunduk saat bertemu pandang dengan penjaga atau pelayan yang tak sengaja berpapasan dengannya. Bukan karena malu, tapi ada ketakutan tak kasat yang bersarang dipikirannya. Bagaimana jika Jungkook secara tiba-tiba membunuh orang-orang yang bercengkraman dengannya? Karena Yerim sadar rasa ingin pergi dari tempatnya sekarang masih besar. Yerim takut jika pikiran itu melintas di kepalanya, atau tanpa sengaja terlontar Jungkook akan melukai orang lain lagi.
"Sayang.." Yerim mendongak. "Ayo turun, waktunya makan malam." Dan dua hari belakangan Jungkook selalu pulang pukul 7 tepat, dirinya yang akan menjemput Yerim untuk turun ke ruang makan.
Menurut, Yerim turun dari ranjang dan membiarkan tangannya berada dalam genggaman Jungkook. Kepalanya dibiarkan menunduk, hanya melihat kaki Jungkook yang melangkah memimpinnya.
"Yerim!!" Suara lengkingan senang memaku kaki Yerim. Jungkook ikut berhenti karena tangannya masih menggenggam tangan Yerim. "Aku—" Jungkook berbalik dan mununduk mendekati telinga kearah kepala Yerim. "Aku ingin makan malam di kamar."
"Ada teman-temanmu disini." Tolak Jungkook datar.
Yerim menarik tangannya turun, melepaskan tautan keduanya dan berbalik cepat keluar dari ruang makan. Mengabaikan suara panggilan heran dari Sooyoung, Yerim merubah jalannya menjadi berlari menaiki tangga.
Semua yang ada di meja makan saling pandang keheranan. "Ada apa dengan Yerim?" Jimin yang mengeluarkan suaranya. Saat ini dimeja makan milik Jungkook sudah diisi penuh. Taehyung-Joohyun, Seulgi-Jimin, Suga diujung kursi, Seungwan-Hope-Sooyoung dan kursi kosong yang harusnya diisi oleh Yerim. Tanpa menjawab, Jungkook berbalik menyusul Yerim.
"Apa mereka bertengkar?" Tanya Seungwan heran.
"Kenapa mereka bertengkar? Bukankah semuanya baik-baik saja harusnya?" Ujar Seulgi.
"Tapi memang ada yang aneh, Yerim menolakku dan Doyeon saat ingin berkunjung. Itupun yang menyampaikan orangnya Jungkook." Jelas Sooyoung.
"Kau ingat apa yang ku beritahu dua hari lalu?" Semua yang ada di meja makan memandang Taehyung bingung, terkecuali Jimin dan Hope yang mengeluarkan Ahhh panjang. "Apa? Kenapa Tae?" Joohyun memandangi suaminya itu.
"Wanita masa lalu Suga kembali muncul dan memporak-porandakan Jeon Yerim." Balas Jimin asal.
"Hah?" Hanya itu yang menjadi respon Sooyoung. Matanya masih memandangi Taehyung dan Jimin meminta penjelasan.
"Jungkook menembak wanita itu di depan mata Yerim, seperti yang pernah di lakukannya dulu saat menembak Sungkyung." Joohyun, Seungwan, dan Sooyoung terkesiap kaget. Hanya Seulgi yang tenang di bangkunya.
"Menembak yang itu, atau menembak yang mana?" Tanya Sooyoung setelah berhasil menguasai kekagetannya. Dalam otaknya ada dua kesimpulan, Jungkook bermain dengan wanita itu atau memang menembak secara harfiah.
"Tentu saja menembak yang itu Sooyoung, tak mungkin Jungkook menembak yang lain selain dengan Yerim." Hope memperagakan adegan menembak ke arah Sooyoung.

KAMU SEDANG MEMBACA
end | Play the Game
Fanfiction"Let's play the game my ass! Aku yang akan memegang kendali." Jeon Yerim, si istri Jeon Jungkook.