Lima

2.6K 320 25
                                    

Yerim menatap jengah Jungkook yang sejak Yerim memulai makan siangnya tak juga mengalihkan pandangan darinya.

"Habiskan semuanya." Yerim membuang nafasnya kasar, berusaha menahan keinginan untuk meneriaki pria di depannya ini. Kalimat yang disampaikan pria itu sudah 5 kali di ucapkannya. Padahal jelas dia semalam bilang tak suka mengulang kalimatnya. Tapi lihat sekarang! Dia malah tersenyum-senyum memandangiku. Dia beneran gila? Gerutu Yerim dalam kepalanya.

"Apa yang biasanya kau lakukan saat aku tak sedang berada di rumah?" Tanya Jungkook, tangannya masih bersedekap di dada.

"Anda bertanya seolah tak tau." Balas Yerim datar.

"Jangan gunakan panggilan itu, sayang." Yerim meletakkan sendoknya dengan kasar, menimbulkan bunyi nyaring kerena sendok dan mangkuk yang berbenturan.

"Sayang." Ucap Jungkook datar.

"Kenapa kau mempermasalahkan hal-hal kecil?" Tanya Yerim bingung. Pria ini terlalu membesar-besarkan masalah!

"Hanya jangan mengulanginya lagi. Tadi terakhir Jeon Yerim, aku bersumpah." Seperti sumpahnya bisa dipegang saja. Cibir Yerim, di dalam hati tentu saja. Yerim belum berani memvokalkan semua keluhannya terhadap Jungkook dengan lantang.

Yerim tak menghiraukan apa yang Jungkook katakan, tangannya mengangkat kembali sendok dan melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Yerim harus memegang teguh prinsip menghabiskan makanan yang disajikan untuknya. Untungnya porsi makannya sudah dikurangi, jadi perut Yerim mampu menghabiskan semua dish dan nasi yang disiapkan untuknya.

Ketukan di pintu mampu merubah posisi duduk Jungkook, tubuhnya bangkit dan menekan tombol yang berada di headboard ranjangnya. Leo masuk dan melangkah gesit mendekati Jungkook.

"Tuan Suga sudah datang Pak, bersama Dokter Jennie." Lapornya.

"Suruh tunggu, aku harus memastikan istriku menghabiskan makan siangnya." Leo mengangguk patuh dan memundurkan langkahnya keluar dari kamar.

"Bagaimana dengan konselingmu dengan Dokter?" Jungkook sudah kembali duduk di samping Yerim. "Kau bisa menceritakan apapun padanya sayang, dia yang akan membantumu." Tangan Jungkook terangkat, berniat mengelus rambut istrinya itu tetapi berhasil digagalkan oleh Yerim karena lebih dulu menarik kepalanya menjauh.

"Sudah habis ya? Aku harus menemui Suga hyung sekarang. Jennie akan menemanimu sebentar." Jungkook mengangkat nampan berisi mangkuk kosong dari atas meja kecil yang ditelakka. Di atas ranjang.

Jungkook mendengus singkat saat bibirnya maju siap mencium Yerim tapi berakhir gagal. "Lebih mudah mencium kau di malam hari." Keluh Jungkook. Kakinya lalu melangkah menuju pintu setelah membereskan nampan dan meja kecil yang tadi digunakan.

Yerim hanya memandangi Jungkook sinis, "Tak akan kubiarkan pria itu menciumku lagi." Geram Yerim.

"Hai Yerim!" Yerim menoleh, pintu terbuka lebar dan Jennie terlihat di depan sana. "Aku kembali lagi, sepertinya akan terus begitu hingga satu minggu kedepan. Tergantung dari kondisimu nanti." Jennie melangkah masuk dengan nampan berisi 2 gelas minuman di tangannya.

"Sorry, aku sedang jatuh cinta dengan resepmu. Aku tak bisa jauh dari minuman ini." Terang Jennie tanpa di tanya. "Oh, kau habis makan siang?" Yerim mengangguk singkat.

"Perutmu sudah lebih baik kan sekarang?" Yerim lagi-lagi mengangguk.

"Jadi, kenapa kau tak berpindah kesini saja?" Jennie menepuk sofa panjang yang di dudukinya. "Cincin itu tak akan meledak selagi tanganmu masih di kamar." Ledekan Jennie berhasil merubah raut Yerim menjadi masam. Tetapi kendati demikian, dirinya menyingkap selimut dan berjalan kearah sofa yang ditepuk Jennie tadi.

end | Play the GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang