Pagi harinya, Jungkook telah berangkat untuk bekerja 10 menit yang lalu. Tentunya setelah memastikan Yerim menghabiskan seluruh isi bubur yang porsinya sudah dikurangi. Kemarin, saat tangan Yerim terluka. Dokter yang datang hanya Kai, karena sebelumnya sudah dikatakan bahwa Suga memiliki jadwal operasi dan Jennie memiliki jadwal visit pasien di rumah sakit. Terjadi perdebatan alot saat itu, Jungkook yang tetap memaksa memasang infus pada Yerim, sedangkan sang Dokter maupun si pasien tak berpendapat sama. Habis waktu 20 menit hanya untuk memutuskan bahwa Yerim tak akan dipasangi infus lagi, tapi dengan syarat Yerim harus menghabiskan susunya sebelum tidur.
Kembali pada pagi hari, Yerim hanya duduk bersandar pada headboard ranjang. Tak tau harus melakukan apa selain duduk diam, menatap pintu balkon, atau berkeliling ruangan. Minatnya menonton televisi belum muncul karena kejadian pekan lalu. Di sudut otak Yerim masih ada ketakutan jika dirinya menonton tv, penculikan itu akan kembali terjadi.
"Hutang..." gumam Yerim, dirinya masih memikirkan bagaimana caranya mendapatkan ponselnya kembali.
Pintu kamarnya terketuk agak kencang, Yerim menoleh kaget. Tak mungkin Karina, karena jika betul pasti wanita itu sudah masuk tanpa menunggu izin darinya. "Apa mungkin Joohyun eonni?" Gumam Yerim, dirinya lalu beranjak dari ranjang. Menghampiri pintu dan benar saja, Joohyung berdiri disana dengan Jennie.
"Yerim!" Sapa Jennie semangat, dirinya masuk dengan langkah lebar dan menubruk tubuh Yerim.
"Berhenti Jennie, Yerim tak bisa bernafas." Joohyun menarik lengan Jennie guna memisahkan pelukan erat si perempuan bersenyum gummy itu.
"Jangan memandangiku begitu." Ucapan Jennie berhasil menciptakan raut tak enak di wajah Yerim. Dirinya tak bermaksud begitu. "Maaf, bukan begitu maksudku." Sontak Jennie tertawa saat mendengar jawaban polos Yerim.
"Lihatkan Hyun, dia menggemaskan sekali." Jennie menarik masuk Yerim, menendang pintunya lebih dulu berlagak seperti kamar itu adalah miliknya. Padahal jika ada Jungkook, Jennie tak akan mungkin melakukan hal itu.
"Kenapa saat makan malam dan sarapan kau tak ikut turun?" Ketiganya duduk di sofa set yang berada di pojok ruangan. Jennie duduk di sebelah Yerim, dan Joohyun memilih sofa single yang posisinya tepat di dekat pintu balkon.
"Seperti kau tak kenal Jungkook saja." Cibit Jennie. "Dia tak akan mengizinkan Yerim keluar dari kamar ini setelah kejadian pekan lalu." Lanjutnya Jennie acuh.
"Jungkook dan Taehyung sama saja." Balas Joohyun lirih.
"Jadi..." Jennie mengarahkan tubuhnya pada Yerim. "Aku disini untuk menemuimu." Yerim menyergitkan alisnya bingung, tak mungkin pria itu mengizinkan orang lain berlama-lama di kamar ini. Pasti ada maksud tertentukan dan perempuan ini, dia Dokter.
"Yerim!" Panggilan dan tepukan Jennie menyentak Yerim. "Kau melamun." Ujarnya.
"Maafkan aku Dok.."
"Jangan panggil aku Dokter, kau bisa memanggilku Jennie eonni atau Jennie saja. Kitakan sudah sedekat itu." Joohyun mendengus malas mendengar apa yang diucapkan Jennie.
"Ya eonni, maaf. Aku hanya sedang berpikir, kenapa aku perlu ditemui?" Gummy smile Jennie muncul saat pertanyaan itu keluar langsung dari mulut Yerim. Gadis ini terlalu baik, polos, jujur, lugas dan tak bertele-tele. Tak berubah, bahkan setelah tau apa yang sudah menimpanya. Nilai Jennie.
"Tentu aja atas perintah suamimu Yerim." Jawab Jennie santai. Joohyun hanya menjadi pemerhati disofanya. "Aku ditugaskan menggantikan Suga oppa, Jungkook tak mau Suga oppa yang mengobrol berdua denganmu. Padahal dulu dia tidak se-posesif itu."
![](https://img.wattpad.com/cover/247911193-288-k771110.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
end | Play the Game
Fanfiction"Let's play the game my ass! Aku yang akan memegang kendali." Jeon Yerim, si istri Jeon Jungkook.