Bab 06

338 41 25
                                    

[Tolong vote dan komennya, yang offline vote aja. Nanti kalau kamu buka koneksi internet bakal masuk sendiri kok. Jangan jadi siders ya. Hehehe.]

100 vote dan 100 komen untuk part ini bisa gak ya?

Ini part ketujuh dari cerita ini. Di mohon untuk kesabaran kalian dan hati-hati senyum sendiri🧚‍♂️🧚‍♂️🧚‍♂️

Part panjang, awas kalau kalian bosan!

Mau tanya dong, hehehe

• Kalian tau cerita ini dari mana?

• Sebutkan nama plus usia kalian, dong.

• Udah mandi belum? (Sudah pasti belum, dong?)

Selamat membaca❤

▪▪▪▪▪▪


Beralih ketempat dimana Rena yang masih mematung akan ucapan Darren tadi. Ia tahu siapa Darren sebenarnya. Dan dia juga tak akan main main dengan ucapannya, jika ada yang berani mengusiknya ia tak akan segan segan membalas orang tersebut.

"Hello epribody, Bella yang cantik jelita imut tiada tara tak ada saingannya kambek. Ada apa nih diem diem bae kek gak ada tanda tanda kehidupan aja nih. Bella yang cantik ketinggalan apa nih, em oh iya ocehan unfaedah ups maaf mulut Bella emang ceplas ceplos kayak gini. Jadi gimana ceramah nya udah selesai belum," cerocos Bella tiada henti seketika membuyarkan pikiran mereka.

"Loh Bella dari mana saja kamu?" tanya Bu Ningsih.

"Em itu bu tadi abis manjat pohon yang ada disana."

"Ini semua salah lo tau gak," sentak Rena dengan menunjuk Bella.

"Eistt gak semudah itu lo nuduh Bella yang enggak enggak. Bella gak ngapa ngapain jadi kenapa lo nuduh Bella kayak gitu," ucap Anggi menepis tangan Rena kasar.

"Gue gak punya urusan sama lo, lebih baik lo pergi dari sini," bentak Rena dengan mendorong Anggi kuat hingga terjatuh dan kepalanya terbentur batu besar dan mengeluarkan darah dibagian kepalanya.

Bugh!

Maureen langsung menonjok hidung Rena hingga mengeluarkan darah. Ia langsung menghujani beberapa pukulan membuat sang empu terkapar tak berdaya.

"Mati aja lo, sialan. Siapa yang nyuruh lo buat nyentuh adik gue," bentak Maureen yang nafasnya tak beraturan.

"Woy udah woy anak orang udah mau mati tuh," ucap Justin panik.

"Woy bantuin gue elah jangan diem aja," teriak Justin.

Mereka pun langsung memisahkan keduanya.

"Sialan lo, lepasin gue. Dia udah buat kembaran gue terluka dan dia harus membayar semuanya," teriak semakin memberontak.

"Tapi gak kayak gini caranya. Anggi lagi butuh pertolongan dan kita harus bantu dia. Dengan cara kamu kayak gini bakal buat Anggi semakin parah," ucap Justin lembut dan membawa Maureen ke dalam dekapannya.

ETERNALLY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang