Bab 24

148 19 14
                                    

Tepat lima hari Bella menghilang tanpa adanya kabar. Lima hari juga teman, sahabat bahkan keluarganya uring-uringan akan kehilangan Bella.

Suasana dirumah Bella sudah tak baik baik saja. Terdengar suara tangisan, caci maki tak jelas dan sebagainya.

"Aris. Apakah sudah ada kabar tentang keberadaan keponakan ku?" Tanya seorang pria bername tag Xavier Prayuda, adik dari Icha.

"Belum ada om," jawab Aris menundukkan kepalanya.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa bisa kejadian ini terulang kembali? Sudah ku katakan bukan jangan pernah bermain main denganku jika kalian masih ingin melihat anak itu berkumpul bersama kalian. Tapi apa yang kalian lakukan?" Marah Xavier dengan mata memerah.

"Maaf kak. Ini semua salahku, jika saja aku berfikir dua kali untuk mengirim pesan itu, ku pastikan kejadian ini tak akan pernah terjadi lagi," jawab Icha dengan menangis tersedu sedu.

"Sudah beratus ratus kali kau mengatakan hal yang sama seperti kejadian lalu, tapi apa buktinya? Kau melanggarnya lagi bukan?"

"Sudah. Jangan memperburuk suasana. Lebih baik sekarang kita berdoa agar anak itu cepat kembali," lerai Roy.

"Awas saja. Jika aku sudah menemukan dirinya, ku pastikan aku akan membawanya pergi dari kota ini. Aku tak akan pernah mempertemukan Bella dengan kalian lagi," ujar Xavier menatap nyalang adiknya itu.

"Tidak. Kau tak boleh membawanya pergi, dia anakku, aku berhak untuk menemuinya jika aku mau," bantah Icha sedikit menaikkan oktaf suaranya.

"Dia hanya anak angkat mu saja. Kau dan suami mu itu telah menculik Bella kecil dan mengganti namanya agar keluarganya tak bisa menemukan dirinya. Kau juga menyetujui ucapan suami bodoh mu itu untuk merahasiakan semuanya dari anak anakmu," jawab Xavier.

Icha dan yang lainnya berdiam kaku. Mulut mereka seolah kaku untuk membantah ucapan Xavier.

"Om ngomong apa sih. Bella itu adik kandung Rimba. Gak mungkin lah bunda menculik Bella buat apa coba," bantah Rimba.

"Ternyata kedua orang tua mu sudah menanamkan bibit kebohongan padamu sejak dini ya," ujar Xavier tersenyum miring.

"Ini sebenarnya kenapa sih? Kok om Vier bilang Bella bukan adik kandung Rimba. Kan emang sudah kenyataannya kalau Bella bener adiknya Rimba," jawab Rimba.

"Kau salah. Orang yang selama ini kau anggap sebagai adik mu itu ternyata bukan adik kandung mu. Melainkan adik angkat mu," ujar Xavier memberi tahu.

"Kak cukup!" Bentak Icha menatap kakaknya dengan tatapan muak.

"Kenapa? Kau takut jika anak anakmu tau yang sebenarnya?" Tanya Xavier pada adiknya.

"Kak. Ku mohon jangan pernah beritahu pada mereka sekarang. Nanti jika waktunya sudah tepat maka akan aku beritahu kepada mereka," mohon Icha dengan nada lirih.

"Sampai kapan? Kau, suami mu dan juga keluargamu yang lainnya sudah merahasiakan ini semua selama 16 tahun lamanya. Apa kau tidak ada rasa kasihan sedikit saja dengan anak itu? Bagaimana jika anak itu tau dari orang lain mengenai hal ini? Apakah kau berfikir resiko dari ini semua?" Tanya Xavier menatap adiknya kecewa.

"Mas sudah. Lebih baik kamu menjaga emosi mu. Keadaan tak memungkinkan untuk kau memberitahu semuanya. Tunggulah waktu yang tepat," ujar istri Xavier bernama Aldira.

Drtt drtt

Ponsel milik Xavier berdering membuat mereka semua menatap orang itu.

Xavier mengangkat telepon itu menjauh dari mereka.

ETERNALLY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang