Yeosang mengikat longgar rambut panjangnya ke belakang. Dia merasa, suhu ruangan menjadi lebih panas dibanding sebelumnya. Sinar mentari telah menembus selah-selah jendela lusuh di ujung ruangan. Pria itu segera membersihkan seluruh ruangan, khawatir pelanggan akan segera datang pagi ini.
Drrtt
Drttt
"Wooyoung"
Tulisan digital dengan ukuran kecil muncul di layar utama telepon genggam Yeosang. Sembari tangan kirinya memegang sapu, dia berusaha menempelkan ponselnya di telinga lalu menjepitnya dengan pundak.
"Kenapa?" sahut Yeosang ketika dia sudah berhasil menekan tombol hijau di ponselnya.
"Aku pulang lebih awal sepertinya" ujar suara di ujung sana. Yeosang menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar hal itu dari Wooyoung.
"Lalu kenapa?" katanya ketus pada Wooyoung.
"Aku ingin makan sup-" Yeosang segera menekan tombol merah untuk mengakhiri percakapannya dengan Wooyoung. Pagi ini, dia tidak ingin bertengkar dengan Wooyoung karena pekerjaan yang akan dia lakukan akan banyak sekali. Dia tidak ingin menghabiskan waktu untuk itu.
"Selamat pagi Yeosang!" suara lembut nan ceria menyapanya di ujung pintu. Yeosang meletakan sapu dan menyimpan ponselnya untuk memeriksa siapa yang datang.
"Oh! Seonghwa!" Yeosang menyambut kedatangan Seonghwa dengan senang. Seonghwa adalah seseorang yang membawa persediaan bunga baru dari taman miliknya. Seonghwa akan datang membawa jenis bunga setiap 2 minggu sekali. Moment seperti ini adalah yang paling Yeosang tunggu. Dia akan senang melihat dan menghirup wangi bunga yang baru saja dipetik.
"Kau membawa mawar putih?" Seonghwa mengangguk.
"Ya, aku tidak akan melupakan kesukaanmu. Ada di dalam wadah bewarna biru" jawab Seonghwa menunjuk wadah biru berisikan ratusan tangkai bunga mawar putih.
"Kau suka?" Yeosang mengangguk dengan antusias. Dia sangat menyukai bunga mawar yang masih segar seperti saat ini.
Yeosang segera merapikan dan memilih bunga yang dibawa oleh Seonghwa ke dalam wadah miliknya. Dia tidak lupa untuk menambahkan air dingin di dalam wadah agar bunganya terlihat lebih segar. Yeosang menggulung lengan bajunya se per empat dari tangannya agar tidak terkena sisa tanah. Jemarinya dengan telaten mengurus bunga-bunga itu sampai seluruhnya sudah bersih dan rapi di dalam wadah.
Seonghwa lebih dulu pergi ketika Yeosang masih sibuk memindahkan dan membersihkan bunga darinya karena harus mengantar pesanan bunga di tempat lain. Dia beruntung, ketika tengah sibuk menata bunga-bunga baru, pelanggan masih belum datang ke toko.
•••
"Wooyoung, kau ingin ikut bersama kami ke tempat karoke? Kami sudah memesan tempat" ajak salah satu teman kerja Wooyoung ketika dia sedang menyiapkan kopi pesanan pelanggan.
"Wah lagi?! Kalian akan bersenang-senang lagi hari ini?" jawab Wooyoung tanpa mengindahkan pandangannya dari latte yang dia pegang.
"Ini berbeda! Kata mereka, di sana lebih menyenangkan dan yah kau tahu itu" Wooyoung menyeringai kecil. Dia meletakan cangkir di atas meja lalu bersiap untuk mengantar pesanan.
"Pesanan coffee latte!~" Wooyoung berseru membawa pesanan lalu melewati rekan kerjanya. Rekan kerjanya berusaha memanggil Wooyoung namun hal itu tidak berguna karena Wooyoung tidak akan pergi hari ini.
Waktu terasa berjalan lebih cepat bagi Wooyoung. Saat ini sudah menunjukan pukul 9 malam dan 10 menit lagi dia akan pulang. Dia memutuskan untuk pulang lebih awal dari sebelumnya karena Wooyoung merasa kondisi tubuhnya tidak baik hari ini. Wooyoung juga sudah meminta izin dengan pemilik toko untuk pulang lebih awal.
Sebelum dia pulang, Wooyoung menghubungi Yeosang lebih dulu untuk bertanya perihal kunci rumah. Biasanya, jika mereka berdua sedang bekerja kunci cadangan akan mereka bawa atau malah mereka lupa untuk membawanya. Wooyoung khawatir jika Yeosang meninggalkan kunci cadangan.
Yeosang tidak mengangkat telepon dari Wooyoung saat itu. Wooyoung akhirnya pergi menuju toko bunga milik Yeosang untuk memastikan. Wooyoung pikir, harusnya Yeosang sedang bersiap untuk menutup toko. Jarak antara tempat kerjanya dan toko Yeosang tidak terlalu jauh hingga dia pergi ke sana untuk memastikan.
Ketika dia sampai, lampu toko sudah dimatikan dan terkunci. Dia sudah pulang? Benak Wooyoung ketika dia sampai di toko milik Yeosang. Wooyoung menelpon Yeosang kembali namun saat ini nomornya tidak aktif.
Jangan sampai dia melewati gang setapak itu..
Wooyoung berjalan pulang melalui gang dengan jalan setapak yang sudah sedikit hancur. Tempat itu tidak tersedia lampu sama sekali sejak 5 bulan yang lalu. Yeosang sering kali melewati jalan itu karena akan sampai di rumah dengan lebih cepat. Wooyoung sudah berulang kali melarang Yeosang untuk melewati jalan itu karena selain jalan yang gelap, banyak sekali anak-anak jahil yang berkeliaran.
Kalau aku menemukan Kang Yeosang di sini, akan aku caci maki pria itu. Aku bersumpah.
"Tolong kembalikan!" suara berat dan meninggi terdengar oleh Wooyoung yang tengah berjalan. Wooyoung membalikan badannya berusaha mencari sumber suara itu. Dia berjalan mendekati suara berat itu dan menemukan Kang Yeosang bersama 3 pria di sana.
Ketiga pria di sana merampas tas milik Yeosang dan mengeluarkan seluruh isi dari tas miliknya. Selain itu, salah satu pria mendorong dengan kasar kepala Yeosang dan menekan keras bagian pelipis Yeosang. Wooyoung mengepal kedua tangannya ketika dia menemukan Yeosang diperlakukan layaknya orang yang tidak berdaya oleh ketiga pria jahil di sana.
"Lepaskan bajingan!" teriak Wooyoung dan ketiga pria itu seketika berlari meninggalkan mereka. Yeosang menunduk berusaha menahan air matanya dan memungut barang-barangnya yang berserakan di tanah.
Wooyoung berlari menuju Yeosang yang sedang membereskan barang-barangnya ke dalam tas. Wooyoung meraih tubuh Yeosang dan melihat wajahnya. Pelipisnya mengeluarkan sedikit darah karena salah satu pria jahil itu menekannya dengan kuku.
"Kau baik-baik saja?!" tanya Wooyoung meraih wajah Yeosang untuk dia lihat bagaimana kondisinya. Wooyoung mengelus pelan pelipis Yeosang yang mana terdapat tanda lahir kemerahan bercampur dengan darah.
Yeosang mengangguk pelan dengan mata yang berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Wooyoung segera membantu Yeosang untuk memasukan seluruh barangnya ke dalam tas dan membantunya berdiri. Jantungnya masih berdegup kencang sampai saat ini karena dia takut terjadi suatu hal pada Yeosang jika Wooyoung tidak lekas datang.
"Kita pulang ya?" Wooyoung berbicara lebih pelan pada Yeosang. Dia tahu bahwa Yeosang masih menyimpan rasa takutnya. Wooyoung berusaha menenangkannya kala itu. Mereka berjalan pulang bersama tanpa menyisakan barang apapun dan kesunyian menyelimuti mereka sampai kedua pria itu sampai di rumah.
•••
"Kan sudah aku bilang jangan melewati jalan" ujar Wooyoung sembari mengoleskan cream luka di pelipis Yeosang.
"Bagaimana jika terjadi sesuatu yang lebih parah?" sambungnya masih mengeloskan dan memijat pelan pelipis Yeosang yang terluka.
"Lain kali jangan lewati jalan itu lagi" Yeosang mengangguk dan sesekali meringis kesakitan ketika Wooyoung terlalu kuat menekan lukanya.
"Sudah selesai. Ayo pesan makanan"
Terima kasih, Wooyoung.

KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
RomantizmJung Wooyoung & Kang Yeosang hidup bersama di rumah sederhana milik keluarga Jung. Yeosang adalah anak dari asisten rumah tangga di rumah keluarga Jung. Wooyoung dan Yeosang tidak pernah akur satu sama lain pada awalnya, namun sebuah kejadian besar...