Gemuruh hujan tidak mematahkan semangat dari pria yang berlari kencang di jalan setapak kecil. Dia tidak punya banyak waktu untuk menunggu teduh hujan, bahkan Yeosang juga tidak bisa menahannya untuk tidak pergi.
Hari ini Wooyoung memiliki jadwal berlatih sekaligus seleksi pemain yang akan bertanding di kejuaraan tingkat kota 2 minggu mendatang. Hal itu merupakan peluang bagi Wooyoung untuk menjadi tim nasional jika dia terpilih.
Menjadi pemain untuk kejuaraan nanti adalah batu loncatan baginya. Dia berharap pelatih akan memilih pemain berdasarkan kemampuan dan tidak berdasarkan besarnya uang. Mengingat pengalaman sebelumnya, pelatih lama mereka memilih orang-orang yang mau membayar.
Tak lama, Wooyoung telah sampai di gedung olaharaga dimana mereka akan berlatih. Dia dengan buru-buru memakai sepatunya yang dia lapisi dengan kantung plastik agar tidak terkena hujan. Sepatunya sudah usang dan sedikit ada celah di ujung sepatu. Di lain waktu, Wooyoung akan segera membeli yang baru.
"Wooyoung, ayo!" teriak San di tengah lapangan mengingatkannya untuk segera berlatih. Di sana juga telah hadir pelatih baru mereka yang akan menilai dan menyeleksi.
"Jika kalian dapat mencetak gol dari tim lawan kita hari ini, aku akan menjadikan orang itu sebagai kapten" ujar pelatih di depan seluruh pemain. Mereka akan melawan tim dari club lain yang cukup hebat dalam bermain. Club itu dikenal sebagai club yang tangguh.
"Hari ini yang akan ikut bermain dan seleksi adalah Choi San, Hwan Mingyu, Bang HanSeop, Song Mingu,.." nama Wooyoung tidak disebutkan waktu itu. Dia sedikit kecewa karena kali ini Wooyoung harus menjadi pemain cadangan lebih dulu. Wooyoung berharap, dia tidak main saat menit-menit terakhir.
"Pecundang" bisik Mingi lalu mendorong Wooyoung dengan bahunya.
◇◇◇
Pertandingan telah berlangsung selama 45 menit. Wooyoung masih tidak mendapatkan arahan dari pelatih untuk masuk ke dalam pertandingan. Tidak ada yang mencetak gol dari mereka sampai detik ini. Wooyoung menggerakan kakinya selagi melihat pelatihnya di tepi lapangan. Dia benar-benar ingin bermain. Wooyoung ingin sekali menunjukan kemampuannya pada semua orang di sana.
Setelah menunggu untuk beberapa saat, Wooyoung sudah tidak dapat menahannya lagi. Wooyoung mengencangkan tali sepatunya dan menarik kaus kakinya hingga setinggi betis. Pria itu berlari menuju pelatih yang berada di tepi lapangan.
"Pelatih, boleh aku coba bermain pada sesi ini?" katanya. Pelatih itu tampak sedikit tidak yakin dengan Wooyoung. Namun dia juga berfikir jika dengan pemain yang seperti ini, permainan tidak akan berubah banyak.
"Song Mingi! Ganti!" teriak pelatih sembari mengangkat papan nomor di ujung lapangan. Mingi berlari dengan wajah yang penuh amarah. Tapi Wooyoung tidak mengindahkan hal itu, dia hanya ingin bermain dan mencetak gol.
Jung Wooyoung, kau bisa melakukannya!
"Choi San! Oper bolanya ke sini!" teriak Wooyoung pada San. San dan Wooyoung adalah pemain yang baik jika mereka bersama. Wooyoung berada pada posisi striker dimana San selalu memberikan umpan terbaik untuknya.
Wooyoung terus menggiring bola menuju gawang lawan dengan San yang berada di sisi kanannya. Selagi menggiring bola, San memotivasinya dari kejauhan "Tendang Wooyoung!"
"GOL!!!"
Dia berhasil mencetak gol di menit-menit terakhir pertandingan. Waktu tersisa 15 menit untuk melanjutkan pertandingan. Wooyoung terus melakukan yang terbaik untuk menjaga daerah pertahanannya agar tidak dikuasi oleh lawan.
Saat ini, skor mereka adalah 1-0 dimana kesebelasan mereka memimpin karena Wooyoung mencetak gol beberapa waktu lalu.
Pritt......
Waktu permainan telah selesai. Semua orang bersorak atas kemenangan tim kesebelesan Wooyoung. Mereka saling berpelukan dan memberikan selamat satu sama lainnya kecuali Mingi yang langsung pergi saat pertandingan selesai.
"Wah kau hebat sekali, Wooyoung!"
"Kerja bagus!"
"Lain kali ayo kita bermain lagi!"
"Permainan belum berakhir. 2 hari ke depan kita akan berlatih lagi dan memutuskan siapa yang menjadi kapten tim. Pulang dan beristirahat"
"Baik, pelatih!" mereka menjawab bersama.
◇◇◇
"Kudengar kau memenangkan pertandingan ya?" Yeosang memecah keheningan di toko bunga miliknya. Wooyoung memutuskan untuk pergi ke toko bunga selepas bertanding untuk menemui Yeosang.
"Eh? Aku bahkan belum memberitahumu?" sahut Wooyoung heran. Yeosang tertawa pelan seraya menyusun bunga ke dalam keranjang untuk dikirim ke pembeli.
"Kau chatting dengan Choi San, ya?!" Wooyoung menangkap basah Yeosang. Dia membuka ponsel Yeosang yang terletak di atas meja toko. Yeosang tidak memasang pin pengaman hingga Wooyoung bisa dengan mudah membuka ponsel itu. Yeosang melebarkan matanya dan berlari untuk mengambil ponselnya dari tangan Wooyoung.
"Kembalikan!" kata Yeosang berusaha meraih tangan Wooyoung yang bergerak di udara. Yeosang tetap bersikeras untuk mengambil ponselnya dari Wooyoung sampai dia kehilangan keseimbangan. Hingga pada akhirnya tubuh Yeosang berada di atas tubuh Wooyoung. Jelasnya, dia berada di pangkuan Wooyoung kala itu. Mata mereka bertemu dan seakan-akan dua insan itu menikmati tiap detail dari lawan bicaranya.
Wooyoung melingkarkan tangannya pada pinggang Yeosang tanpa sebuah penolakan. Wooyoung tersenyum kecil pada Yeosang menyebabkan semburat malu terpancar di wajah Yeosang.
"Lain kali, jangan bertanya pada Choi San. Tanya saja pada Jung Wooyoung yang tampan ini" wajah Yeosang semakin memerah ketika Wooyoung berbicara dengan lembut kepadanya.
"Me-memang kenapa tidak boleh?" ujar Yeosang.
"Pokoknya tidak boleh"
"Kau cemburu?" Yeosang mencoba mengganggu Wooyoung dengan sedikit memancingnya.
"Kalau benar, bagaimana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
RomansaJung Wooyoung & Kang Yeosang hidup bersama di rumah sederhana milik keluarga Jung. Yeosang adalah anak dari asisten rumah tangga di rumah keluarga Jung. Wooyoung dan Yeosang tidak pernah akur satu sama lain pada awalnya, namun sebuah kejadian besar...