"Yeosang sang sang sang~ kau masak apa pagi ini?" Wooyoung duduk di kursi ruang makan sembari menggaruk bagian pundaknya yang sedikit gatal. Dia baru saja bangun setelah terluka kemarin sore.
"Sudah bisa berjalan rupanya" sahut Yeosang sembari mengaduk sesuatu di dalam gelas kaca. Cuaca pagi hari ini cukup baik untuk menyantap jus buah yang sedang dia siapkan di atas meja.
"Aku cuma terluka, bukan mati" Wooyoung menjawab dengan ketus dibalas seringaian dari Yeosang.
"Minum ini" Yeosang menyerahkan jus alpukat pada Wooyoung dan bergegas meninggalkan Wooyoung sendiri di sana. Namun sebelum itu, Wooyoung menahan pergelangan tangan Yeosang hingga dia hampir saja terjatuh. Wooyoung membuat Yeosang duduk di atas pangkuannya.
"Setidaknya kau harus memastikan keadaanku, kan?" bisik Wooyoung meraih tangan Yeosang dan dia letakan pada keningnya.
"Bagaimana? Sudah sehat atau belum?" kata Wooyoung masih menempelkan jemari Yeosang pada keningnya.
Kala itu, Yeosang tidak menunjukan perlawan sama sekali pada Wooyoung. Yeosang bahkan benar-benar merasakan suhu tubuh pria itu dengan waktu yang cukup lama.
Wooyoung tidak mengalihkan pandangannya dari Yeosang ketika pria itu menyentuhnya. Bagi Wooyoung, Yeosang adalah orang yang sama sejak dia mengenalnya saat masih anak-anak dulu. Dia sadar, selama ini Yeosang benar-benar menahan amarahnya pada Wooyoung setiap waktu. Namun terkadang, Wooyoung mengganggunya dengan sengaja.
Wooyoung meraih tangan Yeosang lalu menurunkan tangan pria itu ke wajahnya. Yeosang menyadari itu namun tetap membiarkan Wooyoung tanpa membantah sedikitpun. Wooyoung menggenggam erat tangan Yeosang sembari menempelkan jemari pria itu pada wajahnya. Sesekali, Wooyoung memejamkan matanya.
Wooyoung menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Yeosang. Rambutnya masih berantakan dan lembab karena Yeosang baru saja selesai mandi. Wooyoung mengelus pelan wajah Yeosang lembut bak kapas itu. Dia benar-benar menikmati detail wajah Yeosang dan kecupan singkat akhirnya dia berikan pada kening Yeosang. Pria itu terkejut dan diam terpaku, merasa tidak percaya akan sesuatu yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Aku sudah tidak bisa menahannya"
Semburat merah menyelimuti wajah Yeosang kala itu. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Wooyoung akan berperilaku seperti ini padanya. Dia rasa, dia seharusnya marah lalu memukul keras Wooyoung. Namun dia merasa ada sesuatu yang menahan dirinya dan alhasil dia tidak melakukan itu.
Yeosang turun dari pangkuan Wooyoung dan mengambil segelas jus yang dia simpan di atas meja. Wajahnya masih memerah hingga dia harus buru-buru meredakannya. Bagaimana tidak, Wooyoung pasti akan mengganggu di lain waktu karena hal ini.
"Hm enak" Wooyoung bergumam ketika dia mulai meneguk jus dari Yeosang. Dia sedikit meledek pria yang tengah berjalan dengan terburu-buru.
◇◇◇
Langit hitam telah menyelimuti senja sore hari. Hujan juga menemani langit yang sudah menghitam itu. Seperti biasanya, Yeosang harus menyiapkan ember di kamarnya untuk menampung air hujan yang merembes melalui langit-langit. Dia sudah pernah memanggil seseorang untuk memperbaiki kamarnya, namun 5 hari setelahnya kamar itu kembali bocor di titik yang berbeda.
"Sialan! Menyebalkan sekali" dia mengutuk keras sembari meletakan ember di lantai dengan kasar.
"Bisa-bisa kamarku akan banjir suatu saat nanti kalau begini" ucapnya lalu mengepel lantai yang terkena percikan air.
"Kamar bodoh!" teriak Yeosang hingga membuat Wooyoung memeriksa kamar untuk memastikan. Wooyoung datang dengan handuk yang menyelimuti tubuhnya. Dia baru saja selesai mandi saat itu.
"Kenapa?" tanyanya.
Yeosang menoleh ke arah sumber suara dan terkejut ketika melihat Wooyoung tidak mengenakan pakaiannya dengan benar.
"Pakai bajumu bodoh!" Yeosang melempar kain yang dia gunakan untuk mengepel lantai.
"Memangnya kenapa? Kau bahkan sudah melihat semuanya kan?" wajah Yeosang memerah.
"Bocor lagi ya?" kata Wooyoung seraya melihat sekeliling kamar Yeosang. Yeosang buru-buru mengalihkan perhatiannya. Wooyoung menghela nafasnya keras lalu keluar dari kamar Yeosang untuk menelpon seseorang.
Wooyoung menelpon temannya yaitu Hongjoong untuk memperbaiki kamar milik Yeosang. Hongjoong adalah teman lamanya yang memutuskan untuk pindah ke desa mereka sejak beberapa waktu lalu. Dia pikir, Hongjoong dapat mengatasi hal itu.
"Tidur di kamarku saja malam ini" tawar Wooyoung pada Yeosang.
"Tidak mau. Aku akan tidur di ruang tamu saja" katanya ketus. Wooyoung menyeringai lalu meninggalkan Yeosang di kamarnya.
"Kita lihat saja nanti" gumam Wooyoung membayangkan Yeosang yang akan mengetuk pintu kamar miliknya dan meminta untuk berbagi kasur.
◇◇◇
Hujan semakin deras kala langit yang semakin menghitam. Hembusan angin dari luar membuat jendela rumah sederhana itu bergerak ke luar dan ke dalam. Jendela itu sudah berkali-kali mereka perbaiki namun tetap saja rusak ketika musim hujan atau salju tiba. Jika kamar milik Yeosang mengalami bocor pada atapnya, kamar Wooyoung memiliki jendela yang telah rusak. Mereka bukan tidak ingin menggantinya dengan yang baru, hanya saja orang tua Wooyoung mengirim uang bulanan untuk makan sehari-hari saja. Bahkan gaji Wooyoung bekerja part time tidak cukup untuk memperbaiki rumah.
Tidak hanya kamar mereka yang rusak, dapur kecil rumah itu pun sudah dalam kondisi buruk. Air dapat masuk dan merembes ke dalam dapur ketika hujan sangat deras. Hal itu benar-benar merepotkan mereka setiap kali air sudah tergenang di sana. Untungnya, akhir-akhir ini tidak sering turun hujan.
Saat ini, Wooyoung berbaring di ranjang dengan selimut yang sudah menutupi seluruh tubuhnya. Sejak tadi, mata Wooyoung tidak lepas dari pintu kamar yang tertutup rapat. Dia menunggu ketukan pintu dari seseorang di sana. Dia sedikit berharap kedatangan Yeosang untuk berbagi tempat tidur.
Sudah hampir 1 jam dia menunggu Yeosang, namun pria itu tidak mengetuk pintu kamarnya juga. Wooyoung bergumam "Apa dia benar-benar tidur di ruang tamu?" kala itu. Dia segera memeriksa ruang tamu sambil membawa bantal dan selimut di kedua tangannya. Ketika dia keluar, dugaan Wooyoung adalah benar bahwa Yeosang tidur di ruang tamu.
Wooyoung meletakan selimut dan bantalnya di lantai lalu memperbaiki posisi Yeosang yang kurang baik di atas sofa. Kepalanya hampir saja menyentuh lantai dengan kaki berada di sandaran sofa. Wooyoung menahan leher Yeosang untuk dia angkat agar kepalanya kembali ke bantal, namun Yeosang tiba-tiba memeluk Wooyoung dengan erat.
Wooyoung membekukan tubuhnya untuk berjaga agar Yeosang tidak bangun dari tidurnya. Sofa itu memiliki ukuran yang dapat menampung 2 orang untuk tidur bersama di sana. Wooyoung membenarkan posisinya agar Yeosang dapat tidur dengan nyaman. Mereka saling berhadapan satu sama lain dimana Wooyoung tidak dapat mengalihkan pandangannya sama sekali dari pria itu.
Yeosang perlahan membuka kedua matanya dan menyadari Wooyoung telah berada di sampingnya. Dia menggerakan tubuhnya namun Wooyoung menahannya agar tidak terjatuh. Wooyoung menatap Yeosang yang baru saja bangun. Wajahnya tampak polos dan menggemaskan bagi Wooyoung.
"Kenapa tidak ke kamarku?" tanya Wooyoung pelan.
"Minggirlah, ini sempit" ujar Yeosang mendorong pelan tubuh Wooyoung.
"Ssst- jawab dulu" Wooyoung semakin mendekatkan tubuh Yeosang padanya.
"Tidak ingin mengganggu" kata Yeosang dengan suaranya yang parau. Dia seakan-akan tidak memiliki tenaga karena kantuk masih menyelimuti seluruh tubuhnya.
"Kembalilah ke kamarmu" sambungnya dibalas pelukan hangat oleh Wooyoung.
"Ya, asal kau ikut"
Yeosang kembali tertidur di pelukan Wooyoung tanpa menjawab perkataan pria itu. Wooyoung melihat Yeosang di sampingnya sembari mendekap Yeosang ke dalam pelukannya. Malam itu, mereka tidur bersama hingga pagi menjelang.

KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
RomansaJung Wooyoung & Kang Yeosang hidup bersama di rumah sederhana milik keluarga Jung. Yeosang adalah anak dari asisten rumah tangga di rumah keluarga Jung. Wooyoung dan Yeosang tidak pernah akur satu sama lain pada awalnya, namun sebuah kejadian besar...